Bagian| Lima Puluh Lima

498 62 5
                                    


🤍🤍🤍

Nayarra perlahan membuka matanya. Dalam hati ia mengumpat karna kepalanya terasa sedikit pusing. Bajingan memang!

"Sudah bangun? "

Nayarra mendengus pelan mendengar pertanyaan dari seseorang yang ia kenal betul suaranya. "Buta mata lo? "

Alex dan Justin terkekeh mendengarnya. Benar-benar gadis yang berani!

"Ternyata bukan hal sulit untuk bisa melenyapkan kamu gadis kecil!"

Nayarra tersenyum miring mendengar apa yang Justin katakan.

"Wahhh dua pria tua bajingan tengah bersatu hanya untuk melenyapkan seorang gadis kecil! Sungguh miris dan menyedihkan!!"

Alex mengeraskan rahangnya. Sedangkan Justin tertawa pelan atas keberanian gadis yang kini duduk diatas kursi itu dengan tangan terikat dikedua sisi kursi.

"Ya ya ya! Terserah dirimu saja! Lagian sebentar lagi juga kamu gak akan bisa bicara apa-apa. Jadi berbicaralah sepuasmu! Anggap saja ini sebagai hadiah!"

"Ohh baru kali ini aku bersikap sebaik ini pada mainanku!" kekeh Justin.

"Nyenyenye!! Bacot bener lo anjir!!" ejek Nayarra dengan nada pelan.

Alex tersenyum miring. "Keberanian mu patut untuk diakui! Tapi sayang sekali keberanian dalam diri mu itu hanya akan membawamu pada kematian."

"Mati?"

Nayarra tersenyum lebar. "Bagus dong!"

Alex dan Justin kompak mengernyitkan alisnya.

"Kematian adalah tujuan hidup saya!"

" So, terimakasih banyak karna akan mewujudkan apa yang saya inginkan selama ini!"

"Sejujurnya sudah seringkali saya hendak menemui maut, tapi nyatanya saya selalu saja lolos dari hal itu!"

"Ahhh sepertinya akhirat selalu menolak kehadiran saya!"

Justin tertawa kecil mendengarnya. "Saya tak menyangka kalau yang saya hadapi ini hanyalah seorang gadis sakit!"

"Ya! Dan yang menghadapi gadis sakit ini pun hanyalah satu pria serakah dan satu sikopet gila!" timpal Nayarra sembari tersenyum remeh.

"Sungguh kombinasi yang menakjubkan bukan?" bangga Nayarra.

Justin mendengus pelan.

"Gue ke ruangan sebelah dulu buat ambil sesuatu. Sementara lo tunggu disini dan berbicaralah sepuas lo dengan gadis ini!"

Sebelum pergi, Justin melangkah mendekat pada Nayarra dengan pisau cutter ditangannya. Ia tersenyum lebar. Kemudian ia menulis angka 127 menggunakan cutter ditangan Nayarra.

Nayarra hanya diam dan tak menunjukan raut apapun.

"Ini adalah nomor urutan kematianmu gadis kecil!" kekeh Justin.

"Bacot!"

Justin tertawa kecil lalu melangkah pergi setelah menepuk-nepuk pelan puncak kepala Nayarra.

🤍🤍🤍

Jeanno sampai didepan gerbang sebuah gedung tempat dimana Nayarra berada. Ini adalah tempat rahasia om Justin yang pernah dikunjungi papanya. Suasana disana nampak sepi, sepertinya semenjak om Justin ditetapkan sebagai tersangka, pria itu sengaja bersembunyi dan menghilang tanpa jejak.

Jeanno membuka helmnya dan turun dari motor. Ia mengamati sekitar karna pasti jika Nayarra berada disini, kemungkinan ada banyak anak buah papanya juga disini. Jadi ia harus ekstra hati-hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dandelion [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang