Chapter 2

2.1K 280 12
                                    

Happy Reading!(。・ω・。)ノ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!(。・ω・。)ノ♡

Hari sudah malam, tapi belum terlalu larut. Di kawasan rumah Renjun masih terdengar bising kendaraan berlalu lalang. Karena bingung apa yang harus dia kerjakan, Renjun berpikir sejenak. Akhirnya dia memutuskan untuk belanja bulanan di supermarket. Stok mie instan dan telur di rumahnya sudah habis. Bagaimana mau sehat? Tuh anak makanannya itu terus. Raena dan Haechan sudah menasehati berulang kali, tapi kenyataannya Renjun sangat bebal orangnya. Percuma, dan berujung mereka berdua membiarkan Renjun melakukan apapun keinginannya.

Saat melewati gang kecil, Renjun tidak sengaja menabrak punggung seseorang yang ternyata bos dari segerombolan genk cewek yang sedang merokok. Sial, kenapa tadi aku berjalan sambil melamun sih? 

"Wah, siapa ini yang berani mengganggu kesenangan kita? Sang Putri NCIT? Cuih," seseorang yang Renjun kenal bernama Yemi meludah dan dengan ekspresi menjengkelkan seolah mengejek Renjun, "memang sudah sepantasnya kamu dibuang oleh pangeran kita, tampangmu jelek sekali."

Tangan Yemi mengusap kepala Renjun kemudian menarik rambutnya ke belakang. Renjun mengerang kesakitan karena rambutnya dijambak, bahkan Renjun merasakan beberapa helai rambutnya lepas dari kulit kepalanya.

"Serahkan semua uang yang kamu bawa, kalau tidak kamu tidak akan pulang dengan selamat!" Yemi mengatakannya dengan penuh tekanan yang membuat Renjun ketakutan.

"Tidak mau!" Renjun memberanikan diri menatap Yemi tajam.

"Wah, kamu berani melawan ya! Gaes, cepat rampas uang yang dia bawa!" Yemi menyuruh anak buahnya untuk merogoh semua kantong saku di pakaian Renjun. Setelah menemukan apa yang diinginkan, Yemi mendorong tubuh Renjun hingga dahinya terbentur ujung tempat sampah yang terbuat dari besi.

"Akhhh," Renjun merasakan dahinya sakit dan pening yang luar biasa.

"Rasakan, sekarang kamu bukan siapa-siapa lagi! Tidak akan ada orang yang peduli terhadapmu lagi, Putri Renjun. Hahahahaaa." Yemi dan gengnya meninggalkan Renjun.

Suara tawa Yemi sangat memekakkan telinganya, Renjun sangat membencinya. Apa yang salah? Dirinya bahkan tidak pernah mengusik Yemi, kenapa dia diganggu? Apa karena dirinya sekarang jelek, membuat semua orang bisa seenaknya menghina dan menindasnya? Kenapa dunia ini kejam, ya Tuhan?

Renjun duduk menyender dinding di samping tempat sampah, memeluk lututnya, menangis meratapi semua nasibnya. Dari tubuhnya yang menggendut, wajah jelek penuh jerawat, di sekolah semua mengejeknya, Jaemin memutuskannya kemudian jadian dengan gadis lain sehari setelah memutuskannya, kenapa dunia ini seakan tidak memihaknya, kenapa?

Banyaknya kata kenapa dan mengapa yang singgah di kepalanya membuat tangisan Renjun semakin kencang. Kata pengandaian turut hinggap di kepala Renjun, andai saja ayahnya tidak selingkuh dan meninggalkan ibunya, kesialan hidup Renjun tidak akan terjadi. Renjun benci ayahnya.

Sodoran sapu tangan membuat Renjun tersentak. Perlahan Renjun mendongak, memfokuskan pandangannya. Dengan isak tangisnya yang belum berhenti, mata Renjun mulai fokus, dia melihat pangeran nomor satu sedang berjongkok di depannya dengan sapu tangan di tangan.

"Jeno?"

Yang dipanggil hanya diam saja, tangan itu perlahan bergerak menyeka air mata Renjun dengan sapu tangan. Renjun tanpa tahu malu langsung memeluk Jeno hingga membuat si empu terjengkang ke tanah. Renjun sangat membutuhkan seseorang untuk menemaninya.

Jeno tahu semua masalah yang gadis ini hadapi, berat memang. Untuk itu dirinya datang memberikan uluran. Jeno memeluk Renjun, mengusap-usap pelan punggung sang gadis untuk menenangkannya.

"Jangan menangis," ucap Jeno.

Jeno terus memeluk Renjun hingga tangisan itu mereda dan Renjun melepaskan pelukannya. Renjun menatap Jeno malu malu. Astaga pasti wajahku semakin jelek sehabis menangis.

Mereka terdiam, keadaan tiba-tiba menjadi hening. Jeno menatap Renjun, begitu pula sebaliknya, apa mereka sedang lomba tatap-menatap?

"Dahimu terluka," Jeno mempertahankan intonasi datarnya untuk menekankan kekhawatiran agar tidak terlalu terlihat di depan Renjun.

Renjun mengangguk, "tadi saat aku berjalan menuju supermarket ada geng anak nakal yang marah karena aku menabrak punggung si ketua. Mereka mengambil semua uangku dan mendorongku hingga jatuh membuat dahiku terbentur ujung tempat sampah."

Jeno hanya terdiam mendengarnya, tapi Renjun dapat merasakan tatapan mata pemuda itu menajam. Renjun yang melihat itu menjadi ketakutan, didukung dengan hawa yang tiba-tiba menjadi dingin, suasana menjadi semakin menakutkan. Dia tidak sedang memanggil arwah kan? Renjun merinding dengan pemikirannya itu.

"Jeno?" Cicitan Renjun yang ketakutan membuat Jeno kembali tersadar dari lamunannya.

"Kamu tidak usah khawatir, aku akan membantumu kembali cantik seperti dulu."

"Ah, benarkah?" Renjun senang.

Jeno mengangguk, "tapi ada syaratnya, kamu harus menjadi istriku kelak."

Kependekan nda nih? Wkwkwk seru nda sih? Ada yang nungguin TB nda?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kependekan nda nih?
Wkwkwk seru nda sih? Ada yang nungguin TB nda?

True Beauty | NoRen GS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang