6.

445 64 1
                                    

Hati-hati Typo!

Hari ini hari Sabtu, surga dunia bagi seorang Shania Gracia. Ia bisa tidur sepuasnya tanpa diganggu oleh tugas-tugas menyeramkan. Gracia bukan anak yang pintar dalam akademik, ia lebih pintar dalam hal bersosialisasi dan ia juga sangat suka bernyanyi.

Seperti saat ini, ia tengah memutar musik yang sangat kencang di kamarnya pagi-pagi sambil rebahan di kasurnya. Inilah rutinitas seorang Gracia saat Sabtu pagi, jika ia terbangun—jika tidak ya tidur saja sampai siang ataupun sore.

Zee, sang adik membuka pintu kamar Gracia kasar. Lalu mematikan speaker yang digunakan Gracia untuk menyetel musik.

"Masih pagi loh kak," ujar Zee kesal.

"Ya mang napa sih?"

"Berisik." Setelah mengatakan itu Zee keluar dari kamar Gracia tanpa menutup pintu kamarnya.

"Zee tutup pintunya!" Teriak Gracia.

"Ogah, salah sendiri berisik," jawab Zee.

"Awas aja," ucap Gracia pelan.

***
Zee turun menuju lantai satu, ia menghampiri sang bungsu, Christy di sofa ruang tamu. Ia duduk di sebelah Christy yang sedang menonton Upin Ipin.

"Kenapa?" Tanya Christy yang melihat wajah kesal kakaknya.

"Ngga."

"Oke."

Tidak ada obrolan lagi, mereka asyik menonton. Christy berjalan menuju dapur untuk mengambil snack, ia mengambil 3 macam snack. Jaga-jaga jika sang kakak mengambilnya secara paksa ya kan, toh kakaknya selalu saja mager, mager dan mager.

Christy kembali ke ruang tamu dan kembali menonton sambil sesekali memakan snack yang ada di tangannya. Tanpa permisi, Zee mengambil salah satu snack yang dibawa oleh Christy tadi. Tuhkan, dibilang juga apa, pasti ada yang diambil.

Saat asyik menonton, tiba-tiba bel rumah mereka berbunyi. Zee inisiatif untuk membukakan pintu, dan melihat siapa yang pagi-pagi begini bertamu. Saat membuka pintu ada seorang laki-laki yang menurut Zee adalah laki-laki brengsek, yang sukanya nge-ghosting tapi lihat sekarang dia kembali kesini. 

"Cari siapa ya?" Tanya Zee. Tanpa ditanya jelas Zee tahu dia mencari siapa. "Mau ketemu Gracia, Zee," jawabnya. Zee tidak ingin kakaknya ini bertemu lagi dengan si Frans Frans ini, cukup sekali ia membuat kakaknya menangis tiga hari tiga malam. 

"Ga ada, sana pergi," ketus Zee. 

"Cuma mau ngobrol sebentar Zee," pintanya. 

"Cukup ye buat kakak gw nangis-nangis, dan sekarang lu malah muncul lagi disini," ucap Zee kesal. 

"Karena itu gw mau ngejelasin ke dia Zee, memperbaiki hubungan."

"Engga ya, sa-." Belum sempat Zee menyelesaikan ucapannya, terlihat Gracia di belakang Zee yang sudah mengenakan pakaian rapi. Sejak kapan? entahlah. 

"Eh udah sampe? Kenapa ga bilang Frans," ujar Gracia yang membuat Zee melongo. Tak ingatkah Gracia yang membuat ia menangis tersedu-sedu ini ada di hadapannya sekarang! Ingin rasanya Zee memukul wajah Frans sekarang. 

"Ayo gre mending berangkat sekarang," ucap Frans.

"Iya, Zee jangan lupa kunci pintu," ucap Gracia sambil berlalu meninggalkan Zee yang masih kesal di depan pintu.

"Liat aja," kesal Zee sambil menutup pintu dan kembali menonton bersama adiknya.

***

Kini Gracia dan Frans sudah berada di salah satu mall, Frans mengajak Gracia untuk menonton salah satu film horor yang lagi banyak dibicarakan. Gracia sih iya-iya aja diajak, toh mumpung di bayarin oleh si Frans ini. Mereka kini menuju bioskop, saat memasuki bioskop keadaan bioskop cukup ramai—mungkin karena hari Sabtu begini. Apalagi yang pacaran, wah bejibun di dalam ini.

Mereka membeli tiket untuk dua orang, setelah itu memutuskan untuk membeli minum dan popcorn yang sangat mahal itu. Popcorn sama minum sama aja mahalnya sama harga tiket.

"Masih lama filmnya mulai Gre, duduk disini dulu aja," ajak Frans duduk di kursi dekat tempat membeli popcorn.

"Iya," ucap Gracia singkat.

Gracia dan Frans menunggu sambil mengobrol, mereka mengobrol kan banyak hal. Sampai kenapa semut kecil pun di obrolkan.

"Gre, udah berapa lama ya kita ngga gini?" Tanya Frans tiba-tiba. Otak Gracia memikirkan kenangan-kenangan dengan Frans, entahlah sudah berapa lama. Yang sangat melekat di memorinya adalah masa-masa mereka selalu menghabiskan waktu bersama, sangat banyak orang yang mengira mereka berpacaran—Zee contohnya.

"Gatau, kamu sih pake acara pindah segala," ucap Gracia sambil terkekeh.

"Ya maap atuh Gre, buktinya gw nepatin janji buat balik ke lu lagi," jawab Frans.

Tidak ada lagi obrolan diantara mereka, semua asyik dengan lamunan masing-masing. Tak berselang lama, pengumuman teater pun berbunyi. Mereka akan menempati teater 2.

"Gre, lu makin lama makin cantik aja," gombal Frans yang membuat jantung Gracia sedikit berdetak lebih cepat.

"Apaan sih, ga jelas."

"Gw bicara fakta ya, Shania Gracia."

"Ya in saja."

Mereka telah duduk di kursi masing, mereka membeli yang tidak terlalu bawah dan tidak terlalu atas. Tengah-tengah lah. Biar enak nontonnya juga kan.

"Gimana hari pertama sekolah?" Tanya Gracia kepada Frans.

"B aja, gw masuk IPA 3. Anaknya ya ada yang urakan, ada yang pinternya juga kebangetan."

"Sapa yang pinter?"

"Ada satu, dipanggilnya Dheo. Anak kutu buku gitu keliatannya ya," jawab Frans.

"Ohh, ga kenal."

Jujur, jawaban Gracia membuat Frans sedikit kesal. Tapi ada benarnya juga, jadi dia tidak melihatkan kekesalannya. Ia sangat hapal dengan Gracia, mankannya dia sangat sabar dengan Gracia. Dan karena itu Gracia nyaman juga dengan Frans, dia bisa meng-treat Gracia sangat baik. Apa Shammy juga?

"Udah lah, tuh filmnya udah dimulai," ujar Frans.

Pada saat ada jumpscare Gracia selalu berteriak kaget dan menyembunyikan wajahnya di lengan Frans. Teriakan Gracia terkadang juga membuat Frans sendiri kaget, lebih kaget dari jumpscare film itu sendiri. 'Olahraga jantung banget inimah,' batin Frans.

Setelah dua jam menonton, mereka keluar dan menuju sebuah restoran sushi untuk makan. Ya iyalah untuk makan, yakali buat ngamen. Mereka sudah sampai di restoran dan memilih tempat duduk paling pojok, sekalian mojok ya kan.

"Mau makan apa Gre?" Tanya Frans.

"Terserah." Oke sekarang beri tahu Frans, adakah nama makanan "terserah"? Pusing sekali menjadi Frans kali ini, tapi ia harus sabar.

"Yaudah pesen terserah," lanjut Frans.

Tidak ada jawaban dari Gracia, ia yakin Frans tahu apa makanan yang dia suka dan dia mau. Toh jadi laki-laki tuh harusnya peka apa yang di mau perempuan, ya kan?

***
Seseorang melihat Gracia dan Frans dari jauh, tangannya terkepal erat hingga menjadi kemerahan. Cemburu, itulah yang ia rasakan kali ini.

"Awas saja," gerutunya.

******
To be continued

Aduh aduh ternyata masih banyak yang nungguin cerita ini, terharu aku tuh. Maapkeun kalo ceritanya ngga nyambung, lagian ini cuma buat have fun aja ya kan. Gausah dibawa serius sama jalan ceritanya, pusing entar kayak yg buat.

Sampai ketemu tahun depan!!!✌️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GRACIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang