05. Es Krim Cokelat

265 25 0
                                    

"Jejak kenangan itu nggak bisa dilupain, apalagi jejak kenangan itu bersama Ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jejak kenangan itu nggak bisa dilupain, apalagi jejak kenangan itu bersama Ayah. Sosok yang selalu di panggil pahlawan."

* * *

05. Es Krim Cokelat

"Tapi gue nggak apa-apa, Kak! Lo terlalu berlebihan." Zia berdecak malas sembari menelungkupkan wajahnya di balik bantalnya, membelakangi Zion yang masih berdiri sembari melipat tangan di atas dada.

Zia memang keras kepala, seperti saat ini saja Zion hanya bediri di sisi pintu kamar adiknya di saat Zion meminta Zia untuk menemuinya di balkon lantai tiga tadi.

"Tapi si Xylon sialan itu ganggu lo, lo dijadiin tameng sama dia karena gue!"

"Ya terus gue harus gimana, Kak? Gue nggak ngerti sama permasalahan antara lo sama Kak Xylon." Zia merubah posisinya menjadi menghadap Zion, namun masih tetap berada di atas kasurnya.

Mengingat permasalahan di sekolah tadi, tentang Xylon yang menganggu Zia saat kelas Zia tengah melangsungkan jam olahraga, dan cowok itu kurang ajarnya mengganggu Zia.

Zion bedecak, mencoba mengulik isi kepalanya agar mendapat solusi di situasi seperti ini.

"Gimana, setiap apa-apa lo bareng sama gue kalo di sekolah? Kecuali di kelas." Saran Zion, walau yakin tak yakin dengan sarannya sendiri.

"Boleh!" Angguk Zia setuju, tapi bibirnya kembali bergerak untuk kembali berbicara. "Walaupun bareng sama lo, tapi di situ harus ada Kak Sie juga!"

"Kenapa lo malah pengen dekat-dekat mulu sama pacar gue?" Zion menghela napas, memicing tidak suka, ia memberi saran itu tapi adiknya meminta permintaan lain juga.

"Wait, lo cemburu Kak, ini adik lo sendiri lho ..."

"Nggak." Decak Zion pelan sembari menggeleng kecil. "Gue nggak mau Sie kerepotan gara-gara lo, gue sendiri sebagai abang lo gue tau gimana kelakuan lo."

Zia menekuk kedua alisnya tidak suka. "Lah? Gue kenal Kak Sie lumayan lama ko, sebelum lo sama Kak Sie jadian malah, Kak Sie itu anggota English Club, lo pasti nggak lupa 'kan kalo gue juga masuk English Club?"

Zion diam, ia kalah jika adiknya sudah mengoceh panjang lebar seperti ini.

Zia yang melihat Kakaknya itu hanya diam mulai kembali buka suara. "Kalo iya, gue bakal turutin saran lo setiap sekolah, tapi, di situ harus ada Kak Sie!" Tuturnya mutlak.

"Ya, atur aja sama lo sendiri," kata Zion yang pada akhirnya pasrah.

"Lo mau ke kamar?" tanya Zia sebelum Zion benar-benar menutup pintu kamarnya.

"Ada kumpulan di markas."

"Jangan pulang malam-malam lo Kak! Nanti gue bilangin ke Papah!"

***

Zion Sie [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang