02. Softball

434 27 0
                                    

"Ayah ya? Kenapa sosok yang dirindu harus di sebut sama bibir yang menyakitkan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah ya? Kenapa sosok yang dirindu harus di sebut sama bibir yang menyakitkan?"

* * *

02. Softball

Senin berlalu, berganti hari Selasa yang di mana pagi ini tidak ada seterbit senyum penuh semangat pun dari anak-anak kelas 11 IPS 1. Berbeda dengan Sie dan Shera yang sangat bersemangat di jam pertama ini.

Kedua sahabat yang sudah diketahui selalu bersama saat kelas 10 itu terlihat sudah rapih dengan seragam olahraganya setelah beberapa menit yang lalu pergi ke toilet untuk mengganti seragamnya.

Sie berjengit kaget di tempatnya kala suara keras yang sangat memekkan itu menyambut gendang telinganya. Lirikkan singkat Sie lemparkan. Saat mengetahui si pelaku, Sie kembali fokus, tidak ingin protes ataupun membuat masalah dengan anak-anak ambisi seperti sosok di sebelahnya.

Usai memasukkan baju seragamnya dan memastikan lokernya benar-benar terkunci, tiba-tiba langkah Sie di hadang. Melihat sepatu yang tidak asing, Sie langsung mengangkat pandangan. Tidak salah lagi.

"Kenapa lo nggak bayar makanan gue pas di cafe kemarin? Lo 'kan kerja di sana, masa liat temen sekelas lo makan di situ lo nggak mau bayarin?"

"Lo nggak mampu buat bayar? Papah lo nggak bangkrut 'kan?" Sie menjawab dengan berani, tanpa takut sama sekali membalas tatapan remeh dan penilaian dari sosok di depannya.

Desisan bibir yang terlapis oleh lipstik merah itu tidak bisa di tahan lagi. "Gue sangat mampu. Bahkan beli cafe-nya sekalipun gue sangat mampu," ucapnya menjeda.

"Gue cuman mau tau, uang lo ada berapa si? 'kan yang gue tau, Papah lo udah nggak ada. Otomatis, lo harus banting tulang 'kan? Ups, sorry." Cewek itu menutup mulutnya, namun tidak bisa di pungkiri jika senyum mengejek terlihat jelas oleh Sie.

"Uang gue banyak ko." Sie tersenyum manis, hatinya tidak gentar sama sekali dengan deretan kalimat yang mengejek itu.

"Oh banyak ya? Kira gue lo mau jadi pacarnya Zion cuman mau porotin uangnya aja."

"Gue bukan cewek matre." Tatapan Sie berubah dingin. Tangan sebelah kanannya mencengkram tangan cewek di depannya. "Gue nggak mau doain lo yang nggak baik. Gue cuman berharap, lo bisa berubah jadi lebih baik lagi, cukup gue yang lo beri kata-kata menyakitkan."

Sie tersenyum lagi, lalu berkata, "belum tentu orang lain yang lo sakiti bakal sekuat gue, Van."

***

"SIE VIONLIF!"

Semua tatap mata tertuju kepada Sie dengan tatapan berbeda-beda dari mereka. Shera yang telah usai bermain softball menatap Sie dengan pandangan yang sulit diartikan. Apalagi mendengar Pak Fery―Guru olahraga mereka meneriaki nama Sie.

Shera semakin geram dengan gerak-gerik Sie yang tersadar dari lamunan dan malah diam saja tanpa ekspresi, apalagi mendengar semua teman sekelasnya mecibir Sie dengan terang-terangan. Tapi Sie jelas malah bodo amat.

Zion Sie [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang