2

20 10 3
                                    

"makasih pah, Dini suka banget sama kado yang papah kasih" ucap nya sambil tersenyum manis ke arah Arion.

"iya sayang papah juga sayang sama kamu" ucap Arion tulus. "yaudah ayok pulang" lanjut nya.

"iya pah"

"makasih banyak ya papah ganteng" ucap Dini.

Suara alarm yang mampu membuat dini terbangun dari tidurnya. Ia menatap aneh ke arah dinding kamar nya. Bukan kah tadi ia sedang berada di taman dengan Arion? kenapa sekarang ia berada di kamar?

Dini meraup wajah nya kesal. Ternyata ini semua hanya mimpi nya saja. Bagaimana bisa seorang Arion yang tak menginginkan keberadaan Dini begitu baik dengan anak bontot nya itu.

Dini melirik sekilas ke arah jam yang terpasang di dinding atas meja belajar nya. Jam sepertinya sudah menunjukkan pukul 04:45 yang waktu nya adalah sekarang mandi dan segera melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslim.

Sebelum ia beranjak dari tempat tidur nya, ia terlebih dahulu merapihkan tempat tidur nya agar nyaman di lihat. Selesai membereskan kasur nya, sekarang ia berjalan menuju kamar mandi pribadi nya.

Sekitar 30 menit Dini keluar dengan handuk kimono yang melekat di tubuh mulus dan putih nya. Ia berjalan dengan sesekali menyanyi kan lagu diary depresi

"wajar bila saat ini"

"ku iri pada kalian"

"yang hidup bahagia lekas suasana indah dalam rumah"

"hal yang selalu aku bandingkan dengan hidup ku yang kelam"

"tiada harga diri agar hidup ku terus bertahan"

Nyanyian merdu itu sering terucap oleh bibir mungil Dini. Ia terkekeh geli mendengar suara nya sendiri.

"andai ya aku kek anak anak lain" batin nya

ʕ·ᴥ·ʔ

"DINI!!!" Teriak gadis berambut panjang yang tak lain adalah Ketrin.

Dini yang merasa ada yang memanggil namanya menoleh ke arah suara. Ia berdecak sebal karna masih pagi begini sahabat satu satu nya sudah teriak teriak.

"apa" balas Dini singkat. Ia berjalan pelan sambil ingin mendengarkan apa yang akan Ketrin akan ceritakan.

"gue tadi liat si rey sama si michi" ucap Ketrin dengan menatap wajah Dini yang tak menggubris nya.

"udah udah gapapa biarin aja ketrin" ucap santai.

Ketrin menatap Dini tak percaya. Bagaimana bisa ia sesantai ini saat mendengar kabar bahwa pacar nya sedang bersama wanita lain.

"lo gimana sih Din, lo harus bertindak tegas tau ga. Dia di biarin malah ngelunjak" ucap Ketrin ngebu ngebu.

Bukan tak peduli dengan omongan Ketrin, tapi Dini sudah biasa melihat dengan mata kepala nya sendiri seorang Reyyan Atraska Rezky bersama gadis lain bahkan bermesra mesraan.

Tak sangka, keduanya sudah sampai di depan kelas. Kondisi kelas yang tampak sepi walaupun sudah banyak orang membuat Dini tersenyum simpul. Ia bisa gunakan kesempatan ini untuk belajar lebih fokus.

Dini dan Ketrin adalah satu sahabat yang tak bisa di pisahkan. Kemana pun dini pergi Ketrin selalu membuntuti nya.

Ketrin dan Dini menduduki tempat paling belakang. Dini lebih suka di belakang entah kenapa rasanya bangku paling belakang adalah bangku yang paling nikmat.

Setelah ia duduk, Dini membuka hp butut nya yang hanya bisa untuk SMS dan telepon. Ia tidak di perbolehkan untuk memegang hp canggih karna takut lalai belajar kata papah nya.

LUKA DAN OBATNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang