dini aulia maris
Mereka berlima sudah sampai di depan rumah minimalis berwarna cream milik orang tua nadine. Hanya rumah itu yang tersisa dan perusahaan yang kini Aroin handle.
Farell tampak canggung untuk berpamitan pulang. "ekhem" dehem farell membuat antusias mereka menatap farel
"eh iya tante, saya mau pamit pulang dulu ya" pamit nya.
Nadine melihat penampilan farell dari atas sampai bawah. entah apa yang ia cari.
"oh iya nak, makasih ya sudah mengantarkan dini"
Farell menatap sekilas wajah Dini lalu melenggang pergi dari pekarangan rumah baru dini. Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah minimalis namun terlihat sangat mewah dengan balutan cat cream.
Nadine berjalan di depan abizar dan di belakang abizar di susul oleh Azar dan dini. Abizar type cowo cool dan irit bicara lebih tepat nya si kulkas. Abizar berjalan santai membawa koper hitam di tangan kanan nya dan tangan kiri nya ia gunakan untuk memegang handphone dan mendengarkan musik.
sedetik kemudian mereka telah sampai di ruang tengah rumah itu. Azar merebahkan tubuh nya di atas sofa dan dini duduk di sebelahnya. Sedangkan Abizar langsung pergi ke kamar nya dan tak ikut berbincang bincang dengan yang lain.
Nadine mendekati Azar dan dini dengan membawa satu toples roti dan susu coklat hangat yang ia beli di Indomaret tadi. "di minum sayang" ujarnya.
Dini dan azar kompak mengambil susu hangat di meja itu dan menyeruput nya pelan. "mama kenapa pergi dari rumah papah" tanya Dini
Nadine mengangguk pelan. "mama pisah sama papah sayang" jawaban Nadine membuat dini tersedak roti yang ia makan. ia tak percaya keluarga yang selama ini damai ternyata akan berakhir di perceraian.
"mamah tidak mau lagi melihat kamu di pukuli oleh ayah mu sendiri sayang, di sebut anak sialan dan lain sebaginya. Mama di sini yang melahirkan kamu lalu dengan seenaknya dia bilang kamu anak seperti itu" lanjut nya
Dini hanya mendengarkan apa kata Nadine tanpa berbicara apapun. Azar yang paham maksud Nadine hanya mengangguk pelan. "gapapa mah, lakuin yang menurut mamah baik. Azar, bang abizar dan dini selalu ada buat mamah" ujar Azar.
Nadine berjalan mendekati Azar. ia memeluk tubuh anak nya itu dengan sayang dan berganti pelukan untuk dini. "makasih ya sayang" ujar nya.
"mamah akan ambil alih perusahaan yang sekarang papah handel. mamah akan kerja kalau ga kerja kalian ga makan dong HAHAHA" ujar Nadine tertawa kecut.
"nanti abizar bantu" suara itu mengalihkan pandangan mereka bertiga. ia menatap intens abizar yang sedang turun dari tangga.
Nadine menatap tak percaya ke arah abizar. bagaimana ia akan menghandle semua pekerjaan? bukan kah dulu abizar tidak mau berkerja kantoran?
Nadine menggeser duduk nya agar abizar bisa duduk di sebelahnya. "kamu yakin kak" tanyanya.
Abizar duduk di sofa depan dini dan azar duduk. "ya" ucapnya dingin
Azar, Dini dan Nadine melongo tak percaya atas apa yang akan di lakukan putra pertama nya ini. Ia tak menyangka selama ini abizar yang kekeh dengan pendiriannya yaitu tidak mau mengurus perusahaan kini mau untuk mengurusi nya.
Nadine tersenyum lebar ke arah abizar. "makasih ya abizar aulio maris anak mama yang paling ganteng" ujar Nadine
Azar mencerna apa yang di bicarakan Nadine barusan. "Maksud nya? azar bukan anak mama? kok cuman bang abizar yang di bilang ganteng sih, azar kan juga mau ya kan din" tanya nya kepada dini.
Nadine terkekeh dengan ucapan putra keduanya ini. Azar yang tampak mengerikan ketika berada di dekat teman nya kini berubah menjadi seorang putra yang manja kepadanya. "iya iya bang azar juga ganteng, dini juga cantik kok" ujar nya
Azar mencondongkan tubuhnya, ia terlalu pd ketika dipuji seperti itu oleh mamahnya "azar gitu loh, anak paling ganteng sejagat raya" ucapnya
Abizar menatap azar malas. "di puji malah ngelunjak lo monyet" ucap abizar tetap dengan wajah datar tak berekspresi.
Dini menyimak pembicaraan mereka bertiga sambil sesekali terkekeh karna ulah mereka. memiliki keluarga yang baik seperti Nadine, Abizar dan Azar yang mau mengorbankan dirinya untuk membela dirinya.
"makasih ya mah,bang, dini sayang kalian semua" sontak ketiga laki laki menoleh ke arah suara.
Azar meraih kepala dini dan mengecupnya singkat. "kita kan keluarga, harus saling support dan abang setuju sama apa yang mama lakuin buat bela kamu" ujar nya
Dimana sikap acuh Azar dulu? kenapa sekarang ia bergitu manis di depan dini? apa ia sedang pura pura? ah sepertinya tidak
Nadine membalas ucapan Dini tentang berterimakasih. "kamu ga usah berterimakasih sama mama sayang, mama lakuin ini semua demi kebaikan kita bersama sama, kita susun keluarga baru kita yang sekarang ya, mulai bahagia tanpa kekangan" ucap Nadine
Azar dan Nadine melirik ke arah Abizar yang diam saja. Padahal mereka sedang menunggu jawaban dari Abizar. Abizar langsung peka terhadap lirikan sang adik pertamanya dan sang mama.
"ya, lo ade gue dan gue harus lindungin lo dari manusia jahat" ujar abizar
Mereka semua melotot ke arah abizar. mereka semua tak menyangka jika abizar bisa berbicara panjang. "yaalah mah habis ini kita syukuran ya, bang abizar ngomong panjang mah ini anugerah terindah yang tuhan kasih mah" ucap Azar alai
"diem setan" sentak Abizar
*oke maaf banget jarang up karna ga tau harus buat alur kaya gimana lagi, vote nya jangan lupa ya bestie nanti ku feedback deh hehe jangan bosen juga
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA DAN OBATNYA
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA [HEHE] -KISAH INI DI AMBIL BENER BENER DARI PEMIKIRAN AKU YA BUKAN COPAS CERITA DARI LAPAK LAIN ATAU GIMANA GIMANA. DINI AULIA MARIS ia adalah sosok gadis cantik blasteran Belanda Indonesia. Ia salah satu gadis yang menjadi...