4

6 7 0
                                    

Kini matahari tampak di atas kepala dan panas nya sangat menyengat untuk siapa saja yang berada di luar seperti dini sekarang. Dini sedang berjalan dari sekolah ke rumah nya karna supir nya tidak bisa menjemput nya hari ini.

Setiba nya ia di perempatan besar ia di kejutkan oleh suara klakson motor. Tatapan kosong nya itu buyar ketika terkejut ada yang mengklakson nya dari arah belakang. Ia memutar kepala nya ke belakang agar bisa melihat siapa yang mengagetinya.

Dini terkejut bukan main karena itu adalah motor Reyyan. Ia mendongak ke atas menatap wajah sayu pacarnya itu.

"m-maaf ya rey, gue ga sengaja" ujar Dini dengan terbata bata. Rey menatap wajah damai sang pacar tanpa di sadari ia tersenyum tipis bahkan tak ada yang menyadari bahwa Rey sedang tersenyum.

sering bertemu antara mata coklat dan warna hitam lengkat milik rey. mereka sama-sama tak menyangka mereka akan bertemu di perempatan jalan itu. rasa ingin berbincang lama-lama timbul dalam benak rey. Namun, mengerti ya tak bisa menerima maaf dari Dini.

"sory juga" ujar Rey lalu melenggang pergi menaiki motor sport hitam milik nya.

Dini menatap kepergian rey dengan mata sendu. iya bingung karena kenapa ia diacuhkan seperti ini. padahal menurut nya ia tak salah jika yang ia lakukan di tempo hari itu benar.

"gue sayang sama lo rey" ucap Dini lirih saat Rey sudah menjauh dari hadapannya.

                            ***

Sore berganti malam, kini saatnya Dini Aulia Maris belajar untuk ulangan harian besok pagi. Ia menatap senang ke arah buku buku yang tertumpuk rapi di atas meja belajar nya.

Perlahan senyum di bibir Dini terangkat sangat jelas bahkan begitu manis saat orang lain melihat nya. Ia perlahan membuka buku sejarah nya dan membaca dengan telaten setiap tulisan yang ada.

Suara hentakan kaki seorang yang berada di luar kamar dini terdengar begitu jelas di telinga nya. Sampai pada akhirnya suara hentakan kaki itu berubah menjadi ketukan pintu.

tok tok tok

"DINI!!!" Panggil pria paru baya di depan kamar dini dengan nada tinggi.

Dini memandang arah pintu dengan tatapan takut. Ia bertanya tanya kepada dirinya sendiri, apakah ia punya salah hari ini? oh sepertinya tidak.

Dengan ragu, Dini bangkit dari kursi nya dan berjalan ke arah pintu kamar nya. Dengan langkah lambat ia membuka kamar nya.

PLAK

"ANAK SIALAN KAMU" Ujar laki laki yang baru saja datang ntah dari mana itu.

Pria itu menatap Dini dengan tatapan kebencian yang membara. Entah apa yang di perbuat Dini hingga Arion sangat marah padanya.

Dini memegangi pipi nya yang memerah karna tamparan yang di berikan Arion bukan main main.

Tanpa aba aba Arion menarik lengan Dini dengan erat untuk masuk ke dalam kamar. Arion menyeret Dini sampai tersungkur ke karpet bulu kamar Dini.

Setelah Arion rasa Dini sudah bisa duduk setelah tersungkur, Arion menendang tubuh Dini hingga terbentur kuat oleh lemari. Arion tak peduli jika yang ia lukai adalah anak nya sendiri.

bugh bugh

Satu bogem an kuat di bibir Dini hingga ujung bibir nya sobek dan mengeluarkan darah segar. "awss, sakit pah" ujar Dini dengan nada bergetar.

Arion yang tak peduli dengan rintihan anak nya kembali menarik krah baju tidur dini. Satu tamparan kembali ia trima di pipi kanan Dini.

"MAKSUD KAMU PACARAN SAMA REY APA ANAK SIALAN?!!" tanya Arion dengan nada emosi dan urat urat yang menonjol dan mata memerah.

"p-papah tau dari mana" tanyanya

"KAMU TIDAK PERLU TAU SAYA TAU KAMU PACARAN DENGAN REY DARI MANA, TAPI YANG PERLU KAMU TAU, SAYA TIDAK PERNAH MENGIZINKAN KAMU UNTUK PACARAN ANAK SIALAN" Ujar Arion yang semakin emosi.

Dini hanya bisa merasakan perih di pipi dan bibir nya akibat bogem an dari papah nya. Ia tak bisa melawan Arion karna tubuh Arion lebih besar darinya. Walaupun Dini bisa pun ia tak mau membalas nya karna ia tak mau di sebut anak durhaka.

"m-maaf pah" cicit Dini pelan.

Arion mendekati Dini dan memegang dagu lincip milik Dini. "apa ini yang buat nilai kamu semakin turun? iya?" tanya nya.

"eng.." belum sempat Dini melanjutkan ucapannya kamar dini di buka paksa oleh seorang laki laki yang tak lain adalah Azar.

bugh bugh bugh

Tiga bogeman mendarat mulus di pipi Arion. Tanpa sadar di ujung bibir Arion sudah menitihkan darah segar.

Aroin yang kesal dengan perbuatan anak nya ini lantas berdiri di hadapan Azar. "APA MAKSUD KAMU MENAMPAR PAPAH?!!" tanya arion dengan nada yang benar benar menakutkan.

"SELAMA INI PAPAH SELALU NGLARANG DINI BUAT PACARAN, KELUAR MALEM, MAIN SAMA TEMEN TEMEN DINI LAIN NYA. YANG SELAMA INI PAPAH CARI ADALAH PRESTASI YANG DINI DAPET, TAPI PAPAH GA MIKIR GIMANA KONDISI DINI SEKARANG!!!" Ujar Azar dengan nada yang tak kalah tinggi.

"SELAMA INI PAPAH SELALU NUNTUT DINI BUAT JADI YANG SEMPURNA DI ANTARA YANG SEMPURNA, SAMPAI PAPAH BUTA AKAN SEMUANYA!! PAPAH LUPA KESEHATAN DINI DAN WAKTU MAKAN DINI YANG BERANTAKAN BRENGSHAKE" Lanjut nya.

Arion tampak mencerna apa yang di katakan Azar. memang benar jika yang selama ini ia cari adalah prestasi Dini saja tanpa memikirkan apa yang terjadi pada anaknya.

"ini semua untuk kebaikan dini" ucap Arion santai. Tangan nya tergerak untuk mengusap darah yang keluar dari mulut nya.

Azar yang terkejut akan ucapan papah nya ini mengulang apa kata Arion. "apa? demi kebaikan Dini?" tanya nya.

"KALAU INI SEMUA BUAT KEBAIKAN DINI SEHARUSNYA LO GA NGLAKUIN INI BUAT DINI, LO GA HARUS BANDING BANDING IN DINI SAMA ORANG LAIN GOBLOK" ujar nya.

"LO CUMAN ORANG TUA YANG GA TAU GIMANA RASANYA JADI ANAK YANG SELALU DI KEKANG SELALU DI SURUH UNTUK MENJADI SEMPURNA,  PADAHAL LO SENDIRI BELUM TENTU BISA JADI SEPERTI DIA" lanjutnya

Dini yang nampak takut akan perdebatan di depan nya ini hanya menutup telinga sambil menundukkan kepala nya. Ia tak menyangka bahwa Azar akan membela nya bahkan sampai mengorbankan dirinya sendiri.

Dini berdiri dan masuk di celah antara Azar dan Arion. "udah pah,bang, Dini gapapa kok bang dini suka seperti ini" ujar nya dengan nada pelan.

Dini beralih menatap Arion dengan tatapan sedikit takut. "papah gausah marah marah lagi, Dini bakalan berusaha jadi apa yang papah minta sebisa dini ya. Tapi.." Dini menjeda ucapan nya.

"Tapi kalau suatu saat nanti dini cape sama semuanya, Dini bakalan pergi dengan sendirinya tanpa papah suruh. Biar papah bahagia kalo Dini gaada kan?" ujar nya di ikuti senyuman palsu nya.

"selama ini dini cuman mau di manjain sama papah,di sayang,di perhatiin bukan malah di pukul di tampar di tendang pah, sakit hati dini pah" ujar nya lalu melenggang pergi keluar kamar.

LUKA DAN OBATNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang