02. Hardship

93 9 0
                                    

Friendship (n) : the emotions or conduct of friends; the state of being friends.

Kayana

Pernah ada yang mengatakan, semakin bertambahnya usia, maka semakin sedikit pula lingkar pertemanan yang akan dimiliki. Mungkin itu karena, anak-anak cenderung berteman dengan siapa saja, mereka tidak terlalu perduli tentang perbedaan watak atau bahkan ketidak cocokan antar individu.

Lalu saat beranjak dewasa, saat akhirnya manusia mulai menggunakan akalnya dalam segala hal, mereka mulai menyadari bahwa tidak semua orang bisa diizinkan untuk mengenal mereka lebih jauh.

Itu lah kenapa, semakin dewasa seorang individu, semakin sedikit juga rasa percayanya kepada individu lain.

Dan gue adalah salah satu dari orang-orang yang mempercayai teori itu. Sejak menginjak bangku Sekolah Menengah Atas, gue tidak lagi pernah menyebut seseorang sebagai sahabat. Meskipun gue tergolong anak yang begitu aktif dalam kegiatan sekolah dan organisasi, tapi tidak ada satupun dari teman-temannya yang mengenal gue lebih jauh. Meskipun mereka mencoba, gue tidak pernah benar-benar membuka diri.

Lalu, saat akhirnya Raechan masuk ke hidup gue dan membawa gue masuk dalam sebuah lingkar pertemanan yang memiliki arti lebih dari kata sahabat, gue akhirnya menyadari bahwa memiliki sahabat adalah hal yang baik.

Markio, Jaenandra, Jevan, Juan, Klarisa dan Jelena. Orang-orang yang akhirnya bisa gue panggil sebagai sahabat. Sering kali gue merasa berterima kasih kepada Raechan, karena sudah mau membagi sahabat yang sudah bersamanya selama bertahun-tahun itu.

"Akhirnya kumpul juga, sibuk banget dah lo pada." Jevan membanting tubuhnya ke sofa lalu menyesap sekaleng minuman bersoda dengan merk kesukaannya, "Sampe berdebu ni tempat." tambahnya lagi.

Gue melempar pandangan ke penjuru ruangan dan menyadari bahwa apa yang dikatakan Jevan ada benarnya. Keadaan studio kecil milik Jevan itu memang terasa sedikit kotor dan berdebu. Biasanya kami selalu mampir ke sini setiap sore sepulangnya dari kampus. Tapi karena beberapa orang sedang sangat sibuk dengan kegiatannya masing-masing, tempat ini sedikit terabaikan.

"Sorry, Bro. LPP lagi hectic banget sumpah, apa lagi gue megang hardware. Dan ini udah h-2 acara." Raechan angkat bicara, tidak membela diri, hanya bermaksud menjelaskan, "Bini gue lebih sibuk tuh, kan ketuanya. Si Ica juga ribet banget ngurus buyer."

"Gue aja dikacangin njir berhari-hari." timpal Jaenandra.

"Muka lo mirip batagor sih, jadi emang cocok dikacangin."

Mulut Juan memang sering sembarangan.

"Anjing juga si Wawan." Jaenandra tidak terima dan menghukum Juan dengan menindih tubuhnya. Mereka berakhir terlibat saling dorong seperti anak kecil yang berebut mainan.

"Makanya lo pada ikut LPP juga deh, ntar kita sibuk sama-sama. Kan seru satu geng kumpul di satu organisasi."

Jelena tampak langsung mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah. Juan bergidik ngeri. Jaenandra pura-pura sibuk dengan kamera di tangannya. Sementara Jevan pura-pura tidak mendengar perkataan Klarisa barusan.

"Udah diwakilin sama mereka tuh ya, Ca. Terlihat tidak tertarik padaan." Markio bersuara.

"Kalau gak gini aja deh, buat mempererat pertemanan kita nih, biar rapet lagi kayak perawan, kita ke vila aja gimana? Lusa kan acara kalian? Berarti weekend bisa lah ke vila."

LAGOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang