◍•◕◕•◍Sekitar pukul 23.00 romobongan Ir. Soekarno sampai di Jakarta untuk sesaat pulang ke tempat masing-masing, lalu langsung menuju rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan naskah proklamasi. Tanggal 16 Agustus 1945 pukul 23.00 WIB, rombongan tiba di Jakarta.
"Bagaimana kita membicarakan naskah proklamasi untuk mendeklarasikan kemerdekaan kita?" Ahmad Soebardjo memulai perbincangan terlebih dahulu.
"Kita butuh tempat untuk membahasnya, Bung. Tapi hari ini sudah malam dan pihak Jepang tak mungkin mengizinkan kita melakukan kegiatan sekarang, apalagi jika mereka tahu bahwa kita hendak membicarakan rencana proklamasi." Chaerul Saleh memberikan sarannya.
"Saya punya ide. Kita akan meminjam rumah perwira Jepang, Laksamana Maeda. Bagaimana?" Ahmad Soebardjo menyampaikan idenya.
"Saya setuju" Jawab yang lain.
◍•◕◕•◍
Ketika Ir. Soekarno dan Moh. Hatta datang ke rumah Laksamana Maeda, di sana sudah menanti B.M Diah dan surat kabar Asia Raya, Semaun Bakri dari Jawa Kokokai, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri dan para anggota PPKI.
Sementara itu, Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri mendatangi kediaman para pemuda untuk mengajak mereka ke rumah Laksamana Maeda.
"Silahkan masuk, Bapak-bapak!" Laksamana Maeda mempersilahkan mereka untuk masuk ke kediamannya.
"Tunggu dulu, Bagaimana mungkin kita akan merumuskan suatu teks proklamasi di rumah seorang Laksamana Jepang?" Moh. Hatta bertanya.
Ia heran, mengapa mereka merumuskan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda.
"Tenanglah, silahkan masuk semua, saya menjamin selama berada di rumah saya, anda sekalian akan terjamin keselamatannya." Laksamana Maeda menjelaskannya.
"Baiklah, diruangan mana kita dapat merumuskannya?" Ir. Soekarno bertanya di ruang mana mereka akan merumuskan teks proklamasinya.
"Silahkan anda berdiskusi di ruang makan. Saya akan pergi istirahat dulu."
Laksamana Maeda memberitahukan ruangannya. Sedangkan ia akan istirahat terlebih dahulu.
"Terimakasih, Pak Perwira." Chaerul Saleh mengucapkan terima kasihnya kepada Laksamana Maeda.
"Kita mulai sekarang saja, bagaimana usulan kalian tentang naskah proklamasi yang akan kita bahas?" Ir. Soekarno memulainya.
Hening sejenak...
Karena semuanya terdiam ia berbicara kembali. "Untuk mempersingkat waktu, saya sudah memiliki konsep teks proklamasi." Ir. Soekarno berbicara.
"Oh, kalau begitu, bersediakah anda membacakannya?" Ahmad Soebardjo bertanya kepada Ir. Soekarno.
"Baiklah, dengan senang hati."
Kemudian ia mulai membacakan konsep teks proklamasi.
Ahmad Soebardjo lalu mengacungkan jari tangannya. Lalu memberikan idenya. "Bagaimana jika kalimat pertama dalam teks Proklamasi diambil dari rumusan BPUPKI."
"Ya, baiklah. Lalu, rumusan apa yang akan diambil?" Ir. Soekarno menyetujuinya dan bertanha kembali.
"Bagian yang merupakan pernyataan bangsa Indonesia untuk menentukan Nasibnya sendiri." Ahmad Soebardjo berbicara kembali.
"Baiklah, ide yang bagus." Lalu Ir. Soekarno menulis usulan dari Ahmad Soebardjo. "Ada usulan lain?" Lanjutnya.
Kemudian Moh. Hatta mengacungkan jari tangannya "Bagaimana jika kalimat kedua diubah menjadi pengalihan kekuasaan?" Sarannya.
"Ya, itu lebih baik dan saya juga setuju." Kata Ir. Soekarno lalu menuliskannya.
"Lalu atas nama siapa proklamasi ini?" Moh. Hatta bertanya.
"Karena ini semua berkat jasa-jasa Indonesia berarti 'Atas nama bangsa Indonesia'." Ir. Soekarno menjawab pertanyaan dari Moh. Hatta.
"Ide yang bagus, Bung." Kata Moh. Hatta.
"Bagaimana menurut kalian?" Tanya Ir. Soekarno meminta persetujuan yang lain.
"Ya, kami setuju." Ucap mereka semua.
"Lalu siapa yang akan menandatangani teks proklamasi ini?" Ir. Soekarno bertanya kepada mereka.
"Bagaimana jika dibuat seperti Declaration of Independence America." Moh. Hatta memberikan usulannya.
"Bagaimana maksudnya?" Tanya B.M Diah.
"Maksud saya teks tersebut ditandatangani oleh semua yang hadir malam ini." Moh. Hatta menjelaskannya.
"Saya tidak setuju jika teks tersebut ditandatangani oleh anggota PPKI." Kata Chaerul Saleh menyanggahnya.
"Kenapa Anda tidak setuju?" Heran Ir. Soekarno.
"Menurut saya PPKI dibentuk oleh Jepang dan anggotanya diangkat oleh Jepang padahal kemerdekaan ini kita dapatkan atas usaha bangsa kita sendiri." Chaerul Saleh menjelaskan maksud perkataannya itu.
"Ya, saya sependapat dengan Anda." Ahmad Soebardjo menyetujui pendapat Chaerul Saleh.
"Lalu siapa yang akan menandatangani teks tersebut?" Tanya Ir. Soekarno.
"Bagaimana jika teks proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia." Sukarni memberikan pendapatnya.
"Ya, saya setuju dengan pendapat Sukarni." Chaerul Saleh lalu menyetujuinya.
"Baiklah, saya bersedia. Lalu, bagaimana dengan Bung Hatta?" Ir. Soekarno lalu bertanya kepada Moh.Hatta.
"Ya, dengan senang hati." Moh. Hatta akhirnya ikut menyetujui.
"Baiklah jika Bung Hatta setuju." Kata Ir. Soekarno.
Akhirnya semuanya telah menyetujui naskah proklamasi yang akah diketik oleh Sayuti Melik.
Kemudian naskah tersebut diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik, dan penandatanganan akan dilakukan setelah naskah selesai diketik.
"Bung, tolong ketikkan naskah ini." Kata Ir. Soekarno sambil memberikan naskah tersebut kepada Sayuti Melik.
"Baik Bung, dengan senang hati." Sayuti Melik akhirnya.
Sesudah naskah teks proklamasi diterima oleh Sayuti Melik, Beliau mengubah beberapa kata yang ejaannya dianggap kurang tepat. Beberapa kata yang diubah yaitu, kata tempoh menjadi tempo, dan kata Djakarta 17-8-45 menjadi Djakarta hari 17 bulan 8 tahun 05.
◍•◕◕•◍

KAMU SEDANG MEMBACA
PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Historical FictionPeristiwa Rengasdengklok merupakan perstiwa yang bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat ini menjadi saksi bisu perjuangan menuju proklamasi kemerdekaan Indonesia. Peristiwa yang terjadi pada 16 Agustus 1945 itu...