TERKUCILKAN

10 4 0
                                    

Hari ini seperti hari biasanya, biasa saja untuk Liana. Tidak ada yang istimewa, dia hanya ingin bertemu sahabatnya untuk berbagi ceritanya. Biasanya yang datang duluan adalah Liana. Tapi, kali ini Una telah berada didalam kelas. "Morning Una" ucap Liana saat memasuki ruang kelas.

Una hanya melirik kedatangan Liana. Liana menghampiri Una yang sedang menggambar. "Gambar apa na?" tanya Liana yang penasaran. Una langsung menutup buku gambarnya lalu memasukkannya kedalam tas. "biasa" ucap Una. Liana mengganguk seolah mengerti.

"Bawa bekal na?"

"hm,iya"

**

"sutt..suttt eh, bentar lagi istirahat kan?" bisik Liana yang ada dibelakang Una.

"iya.. lo mau jajan kan?'

"hehehe" menyengir pelan.

Kringgg....

Kringgg....

"Yoi... istirahat" ucap salah satu siswa.

Semua siswa-siswi keluar lebih dahulu mendahului guru yang sedang merapikan peralatan pensilnya.

"Lo mau ke kantin juga ga na?" tanya Liana yang akan siap-siap ke kantin.

"Gue nitip gorengan aci aja 2"

Liana menunjukkan jarinya yang berbentuk 'Ok'. Liana berjalan menuju kantin, di pertengahan tangga ia bertemu dengan Risa sahabatnya dari awal pendaftaran SMP. "Woi.." teriak Risa.

Langkah Liana terhenti karna teriakan Risa, "hm, lo siapa?"

"eest... kenalin gue Terisa Naomi. Anak paling cerewet, ceria dan sahabatnya Liana." ucap Risa sambil mengulurkan tangan seperti bersalaman.

Liana pun menepis tangan sahabatnya itu, "iueww". Liana melanjutkan langkahnya menuruni tangga dengan Risa mengikutinya dari belakang. Keadaan kantin begitu ramai seperti di pasar. Suara-suara pembicaraan pun kian menjadi tidak jelas.

"bu, acinya 2 sama lontongnya 3." Ucap Liana yang sedang memesan makanan itu.

Liana melihat Risa yang sangat kebingungan, "lo mau beli apa?"

"ga tau ni anjir.. enaknya beli apa ya?"

"beli teh pucuk aja. Itu kan kesukaan lo."

Risa memberikan 2 jempol yang berada disamping kanan dan kiri wajahnya sambil tersenyum lembar menampakkan deretan giginya, "oke". Risa langsung pergi ke kios yang menjual minuman.

Liana pun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ini neng jadi lima ribu" ucap Ibu Mirna sang ibu kantin. Liana merogoh uang yang ada di saku bajunya yang bernilaikan Rp. 20.000.

"Ini bu" ucap Liana sambil memberikan uang.

"Ini neng kembaliannya."

"makasih ya bu"

"sama-sama"

Liana menunggu Risa dengan duduk di kursi kosong depan bu Mirna. Hahahaha.. suara tawa segerombolan orang-orang biasanya tidak menggangu tapi kali ini ada rasa di batin hati yang membuat risih Liana. Liana melirik sebelah kiri ada beberapa orang termasuk Ka Darwin sedang bergosip riah sambil menunjuk kecil ke arah Liana.

'Kok nunjuk ke arah gue? Salah gue apa?'

Liana memberani untuk menengok ke meja mereka yang ada di kiri itu. Dan mereka semua diam tak bergeming berpura-pura dengan sibuk masing-masing. Anjir.

"Woi! Lu ngapa masih disini dah?" tanya Risa yang sudah meminum sedikit teh pucuknya.

Liana sontak terkejut dan memalingkan wajahnya ke Risa, "nungguin lo."

"So sweet amat lu,nyet."

**

"tadi lo kenapa liatin gerombolan kakel?" tanya Risa saat menaiki tangga.

"gapapa kok. Gue cuman pengen liat doang."

Risa mengganguk mengiakan jawaban Liana. Risa merasakan kalau Liana ada sesuatu dengan kakel tadi hanya saja ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin Liana menyukai salah satu gerombolan tadi?

**

"ini aci lo" Liana menyodorkan aci yang dibungkus kantong plastik.

"Thank you. Jadi berapa ni?"

"gausah na.." jawab Liana dengan nada lemas.

Una melihat Liana dari atas sampai bawah, "lo gapapa kan?"

Liana berjalan menuju mejanya yang ada dibelakang Una. Liana mencoba merebahkan kepalanya di meja sambil memiringkan ke arah tembok. "gue tanya jawab dong. Lo kenapa?" tanya Una masih penasaran sambil menghadap ke meja Liana.

"hm... tadi..."

"tadi apa?"

"lo masih inget Ka Darwin kemarin kan?"

"heeh"

"dia sama gerombolan temennya ketawa-ketawa tapi sambil nunjuk gue begitu."

"Begitu doang? Yaelah... karna di kantin rame mungkin bukan lo kali orangnya. Sudah gausah dipikirin lagi." Ucap Una sambil mengelus punggung Liana.

Liana tersenyum seperti memaksa.

**

"Belum dijemput?" tanya Risa yang menghampiri Liana yang duduk sendirian di depan pos.

"Belum"

Risa duduk disamping Liana, "gue mau lu tanya deh."

"Tanya apa?" tanya Liana bingung.

"Tadi lo di kantin itu kenapa? Lo suka ya sama salah satu dari mereka?"

"Ha?! Ngga kok!" jawab Liana kaget.

"Ya terus.. lo ngapain lihatin mereka deh. Jujur sama gue lin..."

Hufttt helaan nafas panjang Liana terdengar oleh Risa.

"Ceritanya panjang. Lo juga ga akan mau dengerin juga."

"Gue banyak waktu. Cepet cerita."

"Oke... Jadi, waktu kemarin ada kakel nyariin gue. Dan ternyata namanya Ka Darwin. Dia ngira gue cantik kaya diprofile whatsapp. Dan tadi di kantin Ka Darwin sama temennya kaya ngegosip gitu, sambil nunjuk gue ketawa-ketawa. Emangnya gue salah apa ya?" Jelas Liana.

Risa memeluk sahabatnya itu yang ia temui saat pendaftaran sekolah dahulu, "Lo ga salah anjir... yang gak jelas itu mereka yang kek tai. Kaya dirinya sudah paling ganteng aja, walau emang ganteng. Ya, tapi ga usah ke gantengan anjir.. ilfeel gue lihat cowo kaya dia. Udah lo ga usah mikirin tentang mereka lagi.. itu cuman buang waktu lo yang berharga. Anggap aja mereka itu fans lo. Inget, suatu hari mereka akan tergila-gila dengan filter dan sok unyu-unyu pakai filter. Iyuh."

Titt..tit... suara klason jemputan Liana yaitu ibunya. "gue duluan ya sa.. makasih sudah dengerin gue." Sambil berjalan menjauh dari Risa dan melambaikan tangannya mengucapkan selamat tinggal.

Ternyata, kita hidup tidak perlu peduli dengan perkataan orang lain. Itu akan membuang waktu kita yang berharga.

KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang