Siapa dia?

10 4 3
                                    

            Beberapa minggu yang lalu pikiran Liana tentang Ka Darwin and the gengs masih sangat menggangu. Pagi ini Liana sudah berangkat dari rumah untuk menuju ke sekolahnya. Menggunakan sepada motor kesayangannya yang diantar oleh ibunya. Gadis ini berjalan santai melewati gerbang sekolah, angin pun menciumi dirinya. Ia berjalan menuju kelasnya yang berada dilantai dua. Ia menyalakan lampu dikelasnya. Menaruh tasnya di meja kesayanganya.

Brak! Suara pintu kelas yang tak sengaja terbanting ke tembok oleh seseorang. Liana sontak terkejut sambil mengelus dadanya, pikirnya itu hantu yang ingin menunjukkan jati dirinya sebagai hantu.

Kedua mata Liana kini tertuju pada seorang pria yang membanting pintu kelasnya. Bola matanya mengikuti langkah pria itu yang melihat pemandangan keluar melalui jendela kelasnya. Aneh. Sangat aneh pria itu. Seperti tidak ada jendela lain yang bisa ditengok selain kelasnya, pikir Liana.

Pria itu pun akhirnya keluar. Tak ada sapaan hanya kedua bola mata saling bertatapan. Ini kejadian pertama kalinya untuk Liana melihat pria itu disekolah ini. Ia pun tidak mengenal siapa pria itu. Liana tidak peduli ia hanya menunggu sahabatnya datang.

**

"Una....." teriak Liana berjalan menuju sahabatnya yang baru datang itu.

"Ck.. Apaan si lo" kesal una.

"Gue itu kangen sama lo. Terus gue ada kabar baru loh.."

"Kangen? Aneh. Baru kemarin ketemu kita. Kabar apa?" tanya Una yang penasaran.

Liana menarik bangku di depan meja Una, "Tadi ada cowok pakai jaket merah masuk kelas kita cuman liat pemandangan diluar lewat jendela kelas kita."

"Mungkin karna baru kelas ini yang udah dibuka. Positif thinking aja." Ucap Una.

**

Kring...

Kring...

Bel istirahat kedua pun berbunyi. Semua siswa-siswi ada yang pergi ke kantin ada juga yang menunaikan ibadah. Liana dan Una sedang bersantai duduk di bangku luar kelas.

"Hi.... everybody..." Sapa Risa.

"Hai, Ris. Sini duduk bareng gue sama Una." Ucap Liana.

"Oke, tapi gue ke kantin dulu sekalian beli makan buat nyemil sambil gibah sama lo berdua."

Risa berjalan meninggalkan mereka berdua. "Lo ga ikut Risa jajan?" tanya Una.

"Nanti lu sendirian. Gue disini aja bareng lu."

Tiba-tiba mata Liana tertuju pada pria jaket merah yang tadi pagi ia temui sedang berjalan menuju lantai 3. Siku tangannya menyenggol-nyenggol pada Una. "Kenapa si!"

"Itu tu orang yang gue temuin tadi pagi na."

"Oh... dia"

"Lo kenal dia na?"

"Kenal muka kalau nama kagak tau"

**

"Woi.. lu pada kaga jajan?" tanya Risa yang tanganya sangat sibuk dengan belanjaan jajannya.

"Kaga.. sini bagi aci." Ucap Una dengan santainya mengambil bungkusan plastik berisi gorengan aci.

"Yah.. mampus lo, itu makanan kesukaan Una abis nanti pasti ludes hahaha"

"Selow.. makan aja ge"

Risa duduk disebelah kiri Liana. Tangan Una sibuk dengan gorengan aci milik Risa.

"Btw, Ris. Lu kenal orang yang sering pakai jaket merah ga?" tanya Una.

"ih.. Una." Liana berdecak sebal.

"Kan gue tanya doang, emang kenapa?" Tanya Una heran.

"Ada apa deh?" tanya Risa penasaran sambil melirik kedua kawannya bergantian.

"Gapapa kok." Jawab Liana dengan cepat.

Risa menganggukkan wajahnya sambil mengalihkan pandangannya kearah lain. "Duh.. ga usah tanya Risa, nanti aja gue yang tanya sama dia, berdua." Ucap Liana berbisik.

"Kenapa? Kan gue tanya."

"Nanti dikirain gue suka. Dia apa-apa ngira gue suka sama orang." Ucap Liana pelan sambil sesekali mengawasi Risa akan menguping pembicaraan mereka.

**

Liana, Una dan Risa berjalan bersama menuju gerbang sekolah. "Gue duluan ya udah di jemput bokap" ucap Una.

Liana dan Risa berdiri di depan gerbang sekolah. Tidak ada percakapan diantara mereka, Liana menyadari bahwa Risa sedang marah dengannya. Karna sosok Risa yang selalu ceria dan banyak bicara tidak akan diam membisu jika tidak ada sesuatu. Apalagi Liana akan membiarkan semua itu karna pikirnya seseorang yang sedang marah lebih baik diberi waktu sendiri.

Sebuah sepeda motor manual berhenti tepat didepan Liana dan Risa. Pitt...Pittt.. seorang pria yang ada dimotor itu membunyikan klason motornya seakan memanggil seseorang bahwa dia sudah sampai.

"Duluan, pa." Ucap seorang pria yang berpamitan dengan satpam sekolah.

Pria yang berpamitan itu adalah pria yang ia temui tadi pagi yang setia dengan jaket merahnya. Dan pria yang membunyikan klason itu jemputannya. Liana berpikir bahwa itu ayahnya.

Liana tanpa sadar terus melihat pria berjaket merah itu dan pria itu membalas dengan tatapan juga. Dan Liana dengan cepat ia mengedipkan matanya. Motor itu telah pergi dari hadapannya.

"Oh.. itu orangnya." Ucap Risa tiba-tiba.

"H-Ha?" Liana terkaget.

"Itukan orangnya?" tanya Risa mengintrogasi.

"Iya, kenapa?"

"Lumayan."

"Ih.. gue ga suka ya."

"Terus?"

"Gapapa, dia aneh aja."

KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang