10

5 3 0
                                    

Percakapan Liliana dan teman online melanjutkan dengan via telepon, bulan - moon- sangat antusias bahas kejadian tadi disekolah bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Percakapan Liliana dan teman online melanjutkan dengan via telepon, bulan - moon- sangat antusias bahas kejadian tadi disekolah bulan. Jerit-jerit kecil memecahkan keheningan kamar Liliana.

" Jadi gini friend forever, gua kan lagi gabut tuh, sendirian, jadi gue iseng pelesetan diri." Ucap Bulan

" Jadi gimana lu jatuh, lu di tolongin sama dia, pakai gerakan biride syele?" Tanya Liliana.

" Kaga njir, bukan gaya gitu kalo gaya gitu mah udah mati di tempat gua kena Serangan jantung." Ucap Bulan.

" Terus terus bagaimana?" Tanya Liliana sangat power penasaran.

" Jadi......"

" Nungguin ya....." Ucap Bulan

Liliana menghembus kesal.

" Eh untung sayang gua sama lu ya..." Balas Liliana sambil menunjuk padahal bulan tidak  mengetahui Liliana sedang apa.

" HAHAHAHA, OKE, JADI GUA TU kaya sengaja coba-coba kayang gitu, nah pas gua kayang... Tiba-tiba pundak gua nih di pegang Ama tu cowo, mau tau kata cowo itu apa?" Tanya Bulan.

" Apa katanya?" Tanya Liliana sangat super penasaran.

" Eh, sehat kan?"

" Sehat Alhamdulillah," jawab Liliana

"Bukan lu goblok, tapi si cowok itu!" Tekan Bulan tertawa keras.

Liliana menggaruk kepalanya, lalu berfikir sehat kan? Bukannya itu kata agak kasar? Batin Lili.

" Kasar kaga dia?" Tanya Liliana

" Kasar? Kaga, bagi gua itu tipe cowok dingin yang harus di cairkan oleh butir-butiran perjuangan." Jelas Bulan kegirangan.

Lili menatap dirinya di cermin, rasanya perkataan itu menyakiti tapi kenapa moon sangat senang.

" Lu pasti banyak yang suka ya, Karena banyak yang suka, jujur aja lu cantik bangettt." Ujar bulan

Lili terdiam sejenak entah mengapa hatinya merasa bersalah, teman virtual sudah lama dekat bahkan sudah menceritakan aib-aib keluarga beserta curhatan yang seharusnya disimpan rapat-rapat, Moon selalu tau apa saja yang ada dalam keluarga lili, namun rahasia terbesar lili adalah wajah beserta kehidupan. Anehnya moon tidak pernah curiga dan selalu mendengarkan dengan baik.

1 jam kemudian, tiba-tiba saja moon memutuskan sambungannya, lili menarik nafas pelan kebiasaan ucap lili sambil mengambil selimut.

" HP muluk, kaga tau udah malam apa lu? Belajar sana biar pintar otak lu dikit, biar ga nyusahin"

Amriya masuk lalu mengeluarkan kata-kata yang hampir membuat kesal lili, sang kakak tertua, usia 24 tahun jomblo, ia pernah pacaran namun karena kondisi keluarganya tiba-tiba sang cowo menjauh.

Lili menatap sang kakak kosong, apalagi yang harus dia lampiaskan kepada lili. Amriya sangat menyebalkan sedikit-sedikit marah, mau melawan ibu dan ayah. Sejak patah hati Amriya tidak mau di atur, sesuka hatinya bahkan ia tak pernah lagi bergaul Ama lelaki.

Bodoh! Batin Lili ketika melihat kakaknya membentak sambil memukul dinding, sedari tadi kakaknya terus mengoceh sambil berteriak  bahkan kata-kata Amriya tidak bisa lagi di terima Lili.

Hanya karena seorang lelaki kau hancur?!

Kau payah!

Bahkan diluar sana masih ada masalah yang tak bisa kau terima lagi dalam hidupmu!

Tuhan sangat baik, kau di beri masalah hanya berupa cinta yang masih bisa di cari lagi?

Lantas bagaimana dengan orang-orang lain yang seharusnya bahagia sekarang tapi malah menderita.

" DENGAR KAGA LU?!" Teriak Amriya lalu menutup pintu kasar.

Amriya selalu seperti itu jika gila nya kambuh, ibu dan ayah lili sudah berusaha menenangkan tapi tidak berhasil, Amriya seharusnya jadi kakak tertua yang bisa diharapkan malah sebaliknya.

Lili menetes air matanya pelan, Isak tangis masih terdengar namun di tahan, ia membuka beberapa aplikasi sambil menenangkan diri.

📸📸📸

RAKA!

Teriak Rion sambil melempar bola.

" Latihan futsal kaga?" Tanya Rion

"Engga, cuman mau nanya aja kesini, minta nomor pelatih dong." Ucap Raka lalu menyodorkan handphone.

Rion mengangguk, mengambil handphone Raka mengotak-atik pelan lalu menyodorkan lagi.

Setelah Raka mendapatkan handphonenya ia langsung pergi tak mengatakan apa-apa.

Rion tersenyum, ia sudah tau jika Raka hanya meminta nomor Pelatih.

"Raka nanti hubungi pelatih ya, sepertinya kamu dapat beasiswa masuk PSSI Lo."

Raka tersenyum tipis dan mengangguk.

" Soalnya kamu punya bakat yang luar biasa."

Rion mengingat kata-kata guru olahraga tadi, ia sangat kesal lalu memberikan nomor palsu kepada Raka. Semoga aja Nomor itu bisa di ajak kerja sama harap Rion.

Cermin PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang