Chapter Three

121 20 11
                                    

"kucing aku kaa" adu nya histeris. ia tengah sibuk menghapus air matanya yang entah mengapa tidak bisa berhenti mengalir.

"eh jangan nangis atuh, nanti aku beliin baru gimana?" Reqsha gelagapan. paling gabisa dia tuh liat pacar mungilnya nangis begini.

"nanti hiks Dio marah sama aku hiks gimana?" tanyanya rersendat.

"Dio pasti maklumin kok, kan biar kamu ada temen. gimana? mau ya?"

"hiks ya-yaudah deh, tapi kalo Dio marah sama aku, salahin kaka ya"

"iya iya salahin aku. udah dong jangan nangis lagi. ga tega liatnya"

"hiks gabisa hiks berenti.. gimana dong?" tangisan itu semakin kencang, gitu tuh. kalo disuruh berenti nangis, otomatis malah ngalir lagi air matanya. aneh emang.

"duhh by jangan nangis.. aduh mana sih tisu" Reqsha udah celingak-celinguk nyari tisu yang biasanya ada diatas nakas. tapi malah ilang pas dibutuhin. kayak dia dah intinya.

setelah ketemu, Reqsha langsung aja nempelin tisu ke screen hape dan digosok-gosok ampe mampus, guna mengeringkan air mata Ruby yang gamau kering-kering. udah kayak orang dongo liatnya. tapi mau gimana lagi, manusia bucin mah gitu. aish.

"ish ka.. hiks gabisa di elap virtual gitu air matanya hiks" Ruby kesel sendiri karna kamera nya ketutupan tisu yang dipegang Reqsha. mau di gadai in tapi sayang. yaudah lah terima aja.

"ya abisnya kamu ga berenti-berenti nangisnya"

***

"makasih kaa" kan, seneng lagi anaknya. perkara tisu yang di elapin diatas screen hape, Reqsha jadi nyamperin Rubynya langsung. gamau cewenya itu makin buruk moodnya. se bucin itu anaknya.

"iyaa.. mau dinamain siapa kucingnya?"

"eum, siapa ya?"

"gimana kalo Dio pt 2?"

"oke boleh. sekarang ayo pulang" Ruby menggandeng pacar bagongnya. dibelakang punggungnya, Ruby tengah membawa seekor anak kucing berwarna putih bersih dengan mata yang berwarna biru. di dalem tas yang gembung kayak pala astronot.

di tangan yang sebelahnya, Reqsha membawa kantung plastik berisi beberapa pasang sarung tangan bayi untuk kucing mereka. biar nggak kedinginan katanya. udah cocok pasangan bucin dan sengklek kayaknya mereka.

. . . .

"dah siap?" tanya sang pengendara. yang dibonceng berdiri diatas bust step dan mengangkat sebelah tangannya dengan semangat.

"udah!!"

"let's go!!"

kendaraan roda dua itu segera berjalan membelah jalan raya dan menuju ke sekolah. di perjalanan, diisi oleh tawa dan candaan mereka berdua. serasa bumi milik mereka dah. yang lainnya ngekos. jangan lupakan tangan Ruby yang terus melingkar di pinggang Reqsha tanpa ingin lepas.

keduanya telah sampai di tempat parkiran kendaraan murid-murid. Ruby turun sambil tersenyum lebar. hingga pipi chubbynya menempel apik dengan helm. gemas banget!

"yaampun jangan gitu dong" Reqsha berujar sembari membuka kuncian helm. Ruby mengernyitkan dahinya bingung.

"jangan begitu gimana?"

"ini, pipinya jangan gemas-gemas begini. aku gigit mau?"

"nanti kalo digigit, Ruby gapunya pipi lagi dong? trus pas lagi makan, makanannya jatoh semua dong?"

"kamu mah by, kenapa jadi creepy gini?"

"abisnya kamu nya du--hhmpp" omongan Ruby berhenti gitu aja pas bibir mereka bertemu, hanya beberapa detik dan itu berhasil membuat Ruby bungkam dengan jantung yang memompa lebih cepat dari biasanya.

Manusia Bucin (closed account)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang