How Are You Arkhan?

8 0 0
                                    

Sandra dan Devah berhenti di sebuah Restoran mewah di pusat kota Jakarta. Sandra menghela nafas setelah melepas seatbelt, begitupun Devah. Devah memperhatikan Sandra yang tampak mematung kemudian menyadarkan perempuan itu dan mengajak istrinya turun. Tak lama, mereka telah memasuki restoran. Dari ujung pintu masuk, tampak sosok Arkhan menyambut mereka berdua dengan senyuman khasnya. Namun, Sandra tak dapat menebak senyum apa yang tersungging disana. Entah senyum palsu atau senyum tulus menyambut kedatangan mereka.
       "Hei, apa kabar?" sapa Arkhan seraya memeluk Devah. Devah yang tampak terkesiap dengan pelukan Arkhan seketika menyambut dengan sigap.
       "Baik, Bang. Abang baik?" Devah mengulum senyum hangat.
       "Fine. Of course. Sandra? Sehat?" cecar Arkhan yang kali ini menujukan pandangannya pada Sandra.
        "Baik, Arkhan" timpal Sandra sedikit gugup.
        "Yuk duduk. Mau pesan apa?"
        Setelah memesan makanan, mereka hanya berpandangan-pandangan. Saling menatap satu sama lain tanpa bersuara. Hingga tiba-tiba Arkhan memecah keheningan.
         "Oh iya, gimana pengantin baru? Semoga langgeng ya, maaf aku enggak bisa datang di acara kalian"
         "Enggak apa-apa, Bang. Aku justru seneng banget Abang mau menemui kita. Aku masih enggak nyangka Abang maafin aku." ucap Devah dengan nada bersalahnya.
          "Memangnya kenapa? Aku justru senang dua kerabatku ini menikah, minta maaf untuk apa?"
          Devah terpaku, rasanya ia tidak mendapati sosok Arkhan yang sangat marah dan berapi-api di hari pernikahannya dengan Sandra. Apa Arkhan benar-benar sudah memaafkannya?
          Selanjutnya mereka memesan makanan sekalipun saling diam dan cukup kaku untuk berbicara satu sama lain. Ketegangan cukup terasa di antara mereka. Seketika Arkhan memecah keheningan, "Apa kalian sudah berbulan madu?"
          Devah dan Sandra hanya saling berpandangan kemudian Devah terpaksa menjawab, "Kami nggak ada rencana Bang"
          "Nah, kalo gitu hadiah pernikahan dariku buat kalian liburan ke Paris ya"
          Tiba-tiba Sandra meletakkan alat makan yang ia pegang dengan keras, "Maksud kamu apa sih Ar? Kamu kesini mau bikin kita semakin merasa bersalah?"
          Devah shock melihat respons Sandra yang tampak marah.
          "Sandra, aku enggak bermaksud seperti itu, aku hanya ingin merayakan kebahagiaan kalian", timpal Arkhan.
          "Sandra, kamu apa-apaan sih? Enggak sopan kamu bersikap seperti itu pada Bang Arkhan, dia bermaksud baik", nada suara Devah mulai meninggi.
          "Kamu udah lupa kejadian hari akad nikah?"
          "Cukup, Sandra! Kamu memang perempuan egois!", bentak Devah keras membuat Sandra dan Arkhan membeku.
          Sandra terisak kemudian melenggang pergi meninggalkan restoran. Tak berselang lama, Arkhan mengikuti langkah Sandra setelah menuding Devah dengan tajam. Devah semakin emosi melihat respons Arkhan yang tampak marah padanya, dipukulnya meja seketika sambil berteriak kesal.
***
          "San, are you okay?", tanya Arkhan setelah menarik tangan Sandra yang tengah berjalan tergesa-gesa.
          "Aku mau pulang, Ar", isak Sandra.
          "Aku antar ya. Daripada kamu cari taksi"
          "Enggak usah, Ar"
          "Please, aku khawatir kamu pulang sendiri, San"
          Akhirnya Sandra mengiyakan tawaran Arkhan, Sandra memasuki mobil Arkhan kemudian Arkhan melajukan mobilnya menuju rumah Sandra dan Devah.
          "Aku bersyukur kita bisa bertemu lagi, San", ucap Arkhan setelah mereka turun dari mobil.
          Sandra menatap Arkhan dengan saksama.
          "Kamu tahu, San. Bertahun-tahun aku menanti saat ini, ternyata aku sangat membutuhkan kamu. Jujur aku memang menyesal kenapa aku enggak bergegas menemui kamu"
          "Ar, aku sudah menikah dengan Devah. Aku berharap kamu tahu posisiku sekarang"
          Arkhan tersenyum, "Maka dari itu, San. Kalau bukan aku orangnya, aku mau kamu benar-benar mendapatkan yang terbaik"
          Sandra yang kini mengulum senyum, "Devah sudah lebih dari cukup buat aku, Ar. Dia yang aku tunggu-tunggu"
          "Maksud kamu?", Arkhan mengernyitkan kening bingung dengan pernyataan Sandra.
          "Dia cinta pertamaku yang sampai sekarang masih aku cintai"
          Arkhan tertohok, ia tak menyangka dengan jawaban Sandra.
          "Kamu tau kan alasan hubungan kita berakhir karena aku enggak bisa cinta setulusnya sama kamu? Sebenarnya bukan karena aku mati rasa tapi karena aku sudah punya seseorang yang aku cinta sejak dulu dan orang itu adalah Devah. Entah kebaikan apa yang diterima Tuhan dari aku hingga Tuhan mengabulkan doaku. Tanpa sengaja aku dijodohkan dengan orang yang sangat aku cintai. Menurut kamu, apa alasan aku untuk enggak bahagia sekarang? Aku sudah lebih dari cukup, Ar"
***
             Devah membanting pintu rumah, masuk tergesa-gesa mencari sosok Sandra yang harusnya sudah di rumah sedari tadi. Sandra tampak terbaring di tempat tidur dengan isakan tangisnya. Devah yang seketika melihat sosok Sandra setelah membuka pintu kamar itu mendadak terpaku.
             "Kamu pulang sama Arkhan ?"
             "Iya", jawab Sandra pendek.
             "Aku enggak bermaksud bentak kamu, aku cuma emosi aja, kamu tiba-tiba..."
             "Dev, bisa enggak jangan bahas masalah tadi, aku mau istirahat",potong Sandra.
              Seketika Devah meninggalkan Sandra di kamar, ditutupnya pintu dan laki-laki itu melangkah menuju ruang makan. Apa sikapnya di restoran terlalu berlebihan. Tak berselang lama telfonnya berdering. Terpampang nama Arkhan disana.
              "Halo, Bang. Kenapa, Bang?", tanya Devah khawatir.
              "Sekali lagi lo bikin Sandra menangis di depan gue, gue akan bikin lo menyesal", ancam Arkhan. Devah membeku. []

             

Someone We DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang