Undecided

1.6K 269 88
                                    

Gemma mengganti pakaiannya begitu sampai di kamar hotel. Beda dengan Harry yang langsung membaringkan diri di tempat tidur tanpa membuka sepatu. Karena iba, Gemma menyelimuti dan membuka sepatu Harry yang sudah terlelap.

Gemma mengambil note beserta pulpen di dalam ransel. Ia menuliskan kata-kata agar Harry tidak perlu mencarinya jika anak itu sudah bangun. Karena selesai meletakkan note ini di atas nakas, Gemma akan refreshing ke taman yang sempat dia lihat saat berada di dalam taksi.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya ia sampai di taman kota. Tidak sulit untuk menemukan bangku taman ketika sepi. Hanya dia dan beberapa remaja yang sedang kencan.

Pikirannya mengingat kembali masa-masa pubertasnya, di saat remaja seusianya sibuk dengan membahas idola, hal berbau cinta atau mantan, ia malah sibuk mencari sinyal di sudut setiap ruangan hanya untuk menelfon Luke.

Setiap orang pasti mempunyai alasan ketika melakukan sesuatu, begitu pula dengan Gemma. Ia memang bukan perempuan kaya yang rela menghamburkan uangnya untuk berkeliling dunia. Ia melakukan itu semua karena Luke Hemmings. Jika bukan karena cowok itu, ia juga tidak akan mau melakukan hal idiot ini.

Pertanyaannya, harus kemana lagi ia pergi berkelana untuk bertemu dengan Luke? Atau bisakah dirinya diberi kesempatan untuk mendengar suara laki-laki itu dari telepon?

“Ini.”

Pemandangan yang pertama kali dilihat Gemma saat membuka matanya adalah seorang cowok dengan tangan yang terulur seperti hendak memberikan es krim ditangannya. Gemma menautkan alisnya karena bingung, sang cowok pun duduk di samping Gemma.

“Adik gue kalo lagi murung pasti senyum kalo dapat es krim gratis.”

Gemma mengambil es krim ditangan cowok itu dengan senyuman dibibirnya. “Thanks! Sepertinya gue dan adik lo sama.”

“Kenapa lo nangis?”

“Eh?”

This?” Cowok itu memperlihatkan jempol tangannya yang basah setelah mengusap pipi Gemma. “Habis diputusin pacar?”

“Pacaran aja belom pernah.”

“Nggak mungkin, mustahil cewek seumuran lo belum pernah pacaran selama hidup.” Kata cowok itu dengan kekehan.

“Ada tuh, gue buktinya.” Balas Gemma.

“Terus lo bangga?”

“Nggaklah! Gue juga mau pacaran yang kayak disinetron kali.”

“Gue saranin jangan mau kayak di sinetron, soalnya pasti si cowok nggak peka, suami selingkuh dan akhirnya kecelakaan karena kualat sama istri, atau si cewek nggak berani nyatain perasaan.”

“Gue bukan melihat dari konflik, gue melihat dari endingnya. Si cowok yang nggak peka pasti bakal peka dan pacaran sama si cewek, sang suami yang selingkuh pasti bakal bertobat, si cewek yang nggak berani nyatain perasaan pasti ujung-ujungnya si cowok bakal tahu dari mulut orang. Bisa ditebakkan?

Sementara gue, mencari seseorang yang gue sendiri nggak tau ada di mana. Biar pun dengan cara keliling dunia, tapi kan dunia luas? Nggak mungkin dalam sekali perjalanan gue langsung ketemu sama dia. Udah gitu setiap gue nelfon dia, pasti nggak bakal tersambung. Lo bisa nebak happy or sad ending, nggak??”

Sebagai lelaki yang gentle, ia membawa Gemma ke dalam pelukannya. Curahan hati yang dikeluarkan Gemma tadi membuat cowok itu mengerti alasan Gemma belum pernah pacaran. Yang membuatnya tidak mengerti, untuk apa perempuan ini masih keliling dunia disaat dia mengetahui bahwa dunia tidak sebesar lobang kunci dan sambungan telepon yang selalu terputus?

“Kalau boleh tahu, siapa nama cowok itu?”

“Dia sahabat gue, Luke Hemmings.” Jawab Gemma yang terdengar seperti gumaman karena perempuan itu masih menyembunyikan wajahnya di dada cowok tersebut.

“Dia beruntung punya sahabat kayak elo.”

“Ya.”

“Kenapa lo nggak berhenti aja? Lo kan bisa jalanin hidup lo seperti orang normal pada umumnya.”

“Lo mau buat gue lupain dia?!” Suara Gemma mendadak meninggi.

“Gue nggak mau lo lupain dia, gue mau lo relain dia. Semua yang lo lakukan ini sia-sia kalau sinyal dan dunia nggak mendukung lo untuk bertemu dengan dia.”

Tapi gue harus lanjut kalau mau tahu endingnya.”

“Dan kalau endingnya sad, lo mau apa? Memutar kembali waktu saat belum memulai perjalanan?”

Gemma diam tak berkutik. Kalau ia berhenti di tengah jalan, pasti ia akan dihantui dengan rasa penasaran yang besar.

“Maaf, seharusnya gue nggak bilang gitu sama lo.” Kata cowok itu merasa bersalah.

“Nggak apa-apa, omongan lo ada benarnya juga.”

“Lo tahu, gue bilang gitu karena nggak mau lo menyesal di akhir.”

“Gue hargain itu,” Gemma tersenyum.

“Ohya, gue Ash Stymest.”

“Gemma Styles.”

TBC

HALOO! AKU SLOW UPDATE LAGI HAHAHA.

Ingetin gue plis kalau kalian merasa gue terlalu lama update, habisnya gue kadang keenakan reading daripada writing jadi ya lupa update, wkwk.

Kayaknya gue suka banget kalau Gemma tiba-tiba mau berhenti. Ntahlah, gue kepikiran untuk sad ending..-_-

Kalian bisa lihat Ash Stymest di mulmed! Ganteng kan?;;)

p.s: MAKASIH UNTUK 1K VOMMENTSNYA. OMG AKU MAKIN SAYANG SAMA KALIAN HAHAHA :*:*

Signal vs The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang