Bangkok, Thailand.

2.1K 338 264
                                    

"Anjrit, EDGE?"

"Udah daritadi kali," celetuk Harry. "Gue aja mau update di Path nggak bisa-bisa."

"Ada yang nanya?"

"Terserah," balasnya telak. "Gue mau ke Circle K dulu, kali aja ada Ariana," sambungnya.

"Nggak. Yang ada lo malah bikin malu," kataku tegas.

Namun sepertinya Harry tidak mendengarkanku. Ia berlalu meninggalkanku yang seperti orang kesetanan. Kuhentakkan kakiku, lalu memutuskan untuk mengikutinya. Tapi, langkahku tertahan saat sepasang tangan kecil memeluk kakiku.

Aku menunduk. Ternyata sepasang tangan itu milik seorang gadis kecil berambut pirang berkisar 5 tahun.

"Napa, dek?"

"คุณเห็นแม่ของฉัน? (Apakah kau melihat ibu ku?)"

"Hah? Nggak ngerti...."

"Mama...."

Masalah terjadi saat gadis itu menjeritkan tangisan. Semua orang memandangku seakan akulah pelakunya. Padahal aku sama sekali tidak mengerti apa-apa. Aku menunduk, mensejajarkan tinggiku dengannya.

"Jangan nangis, dong. Mau permen?"

Perlahan tangisan itu mulai mereda saat kuberikan permen yang dibagikan di pesawat tadi. Aku menghela napas dengan lega. Sejenak, kebingungan melingkupiku.

Jadi anak ini ngerti bahasa gua?

"Anju."

"Kenapa, Kak?"

"Nggak papa. Nama kamu siapa?"

"Lux, Kak. Pake X bukan KS," tangan mungil Lux mengambil tangan kananku untuk dijabat.

"Aku Gemma. Lux lagi cari Mama ya?"

Lux membalas dengan anggukan.

"Gem, itu anak siapa?"

Serentak aku dan Lux menoleh ke sumber suara. Di sana ada Harry sedang menatapku kebingungan.

"Leh uga," kata Lux.

ANJRIT HAHAHAHA

"Anak hilang, Her. Bantuin gua ke bagian penjagaan dong," kataku merengek.

"Oh, kirain siapa," Harry tertawa garing. "ya udah."

"Eh, Kak. Aku mau di bawa kemana?" tanya Lux dilanda kepanikan.

Aku mengerutkan kening. "Lah, cari mamamu, kan? Ayo, pasti mama kamu juga nyariin kamu!"

"Tapi, 'kan... Aku belum kenalan sama Kakak ini," kata Lux sambil menunjuk Harry.

Harry yang ditunjuk, merasa kebingungan. Tak lama, tawa keluar dari mulutnya.

"Pesona gue emang dahsyat," Kata Harry masih dengan tawanya. "Halo, Dek Kecil. Aku Harry. Apa Ibumu masih single?"

"Aku Lux," jawabnya dengan cengiran, "Maksudnya?"

"Lux!"

Terdengarlah seruan seorang perempuan yang hampir mengagetkanku. Lux menjerit kegirangan, "Ma!"

Mereka berdua pun saling berpelukan. Selesai itu, Ibunya menatapku seolah mengucapkan terima kasih. Aku hanya bisa tersenyum manis.

"Terima kasih sudah menjaga Lux, dia memang sangat rewel!" Lux tertawa geli saat Ibunya menggelitiknya.

"Tidak apa, senang sudah bertemu dengan kalian."

"Mom, ini Gemma. Dan itu Harry."

"Aku Lou Teasdale. Bagaimana caraku membalas kebaikan kalian?"

"Tidak perlu repot-repot," kataku merendahkan diri.

"Sebagai rasa terima kasihku, bagaimana kalau kalian berdua menginap di rumahku? Kalian belum menyewa hotel, 'kan?"

TUMPANGAN GRATIS LAGI.

"Belum, sih. Tapi kalau tidak merepotkan, kami mau. Terima kasih, Lou."

Kami pun mengikuti Lou ke mobilnya.

***

"Kalian bisa tidur di sini, maaf karena kalian tidur di kamar Lux."

Aku mengamati ruangan ini. Wallpaper berwarna pink bergambar tokoh-tokoh princess dalam disney tampak ramai di mataku.

"Jadi kami tidur bersama Lux?"

"Tidak, Lux bersamaku. Sekarang kalian istirahat, aku tahu kalian pasti capek berada di pesawat berjam-jam."

Setelah itu pintu kamar ditutup. Sisa aku dan Harry yang berada di kamar. Si keriting itu kini merebahkan badannya dikasur.

Aku memilih untuk mengganti baju kemudian menelpon Luke. Jantungku berdegup kencang saat sambungan telepon itu menusuk telingaku.

Tut... Tut... Tut... Tut... Tut... Tut... Tuttuttuttut—

"Sudah kuduga."

TBC

Signal vs The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang