01. Gara-gara Zidane!

669 43 18
                                    

"Tunggu!" Panggilan dengan suara dingin nan berat terdengar.

Lily yang sedang berlarian saat mendengar pengumuman siswa baru berkumpul di lapangan menoleh karena merasa dipanggil seseorang. Perempuan berambut panjang dengan gelang berwarna baby blue itu seketika berhadapan dengan Cowok bertubuh besar.

"Punya lo, jatuh.” cowok tersebut memberikan jepitan berbentuk beruang kepada Lily tanpa ekspresi.

"Ahh—terimakasih kak,"balas Lily sambil membungkukkan sedikit badannya. "Aku duluan, permisi."

Lily kembali berlari, cowok itu menatap kepergian Lily, hingga tubuh gadis tersebut menghilang di ujung karidor.

***

Lily Arabella Louisiana, Cantik dan lucu kata yang pas menggambarkan sosoknya. Terlihat menggemaskan dengan kedua pipinya yang berisi, memiliki tinggi badan yang hanya 150cm membuat nya terlihat mungil.

Hari ini adalah hari pertama nya duduk di bangku SMA, sangat tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Padahal baru kemarin Lily merasa memasuki dunia Putih Biru dan sekarang sudah mulai memasuki dunia Putih Abu-abu.

Lily menatap deretan nama satu persatu yang di tempel di mading sekolahnya. Mencari namanya serta kelas barunya.

'Lily Arabella Louisiana L. X Bahasa 2'.

Lily keluar dari Kerumunan, berjalan menuju kelasnya.

***

Sekarang Lily tengah berada di kantin. Tentunya bersama ketiga teman barunya Abel, Jeslyn dan Alice. Lily duduk di samping Abel, sedangkan Jeslyn dan Alice duduk bersampingan di hadapannya.

Alice pergi untuk memesan makanan, tidak lama kantin tiba-tiba saja ramai dengan jeritan-jeritan alay nan memekikan telinga.

Di arah pintu masuk Kantin, terlihat empat laki-laki tengah berjalan memasuki kantin, di pimpin oleh laki-laki yang memiliki tatapan tajam, serta wajah yang tampan namun terkesan dingin dan terlihat datar, tidak ada ekspresi sama sekali.

Lily mengenal mereka, Kakak angkat nya Zidane Johansson Lewis berada di sana. Tentu saja Lily juga mengenal ketiga sahabat kakaknya, apa lagi mereka bersama sejak SMP.

Pandangan mata Lily beradu dengan bola mata hitam pekat, yang menatapnya tajam. El Levin Galelio Evangelion, pandangan nya kini tertuju kepada adik sahabatnya. El menyeringai kecil, dan hal itu hanya di sadari oleh Lily.

Buru-buru Lily mengalihkan pandangannya.

"Eh eh liat deh!, Kak El merhatiin ke meja kita!" Heboh Jeslyn.

"Gilaa gila, gue baru dua hari sekolah di sini udah di perhatiin Ka El!" ujar Abel dengan pedenya.

"Kepedean banget lo pada. Bangun udah siang, nggak usah mimpi!" Sarkas Alice pedas yang baru saja datang membawa pesanan mereka yang di bantu ibu kantin.

"Kalian tuh kenapa sih? kayak cacing kepanasan aja deh." Ujar Lily sambil memutar kedua bola matanya malas.

"Ya emang lo nggak seneng apa? Secara tidak langsung Kak El and the gang tau kita hidup Lii!!" Balas Abel dengan gregetan.

Lily mengangkat kedua alisnya, "Harus banget emang ya?"

"Astaga Lily! Ya, harusss lah. Nih ya, mereka itu most wanted nya sekolah ini asal lo tau!" Jelas Jeslyn dengan menggebu-gebu.

"Tapi, gue denger-denger katanya Ka El itu paling anti sama cewek, mending lo hati-hati deh kalau sama Kak El jangan sampe lo berurusan sama dia!" Lanjutnya.

"Loh?... 'kan tadi lo sendiri yang kegirangan Ka El natap ke sini, tapi ko harus hati-hati?"

"Gue sekedar suka doang sih, lebih ke mengagumi. Soalnya Kak El itu paling nggak suka di ganggu sama cewek. Yang gue denger-denger ya, belum lama ada kakak kelas kita nembak Ka El, terus maksa banget pengin jadi pacar Kak El, malah berakhir di tolak mentah-mentah di depan umum."

Lily mengangguk paham. Sambil memasukkan sambal sebanyak-banyaknya ke dalam mangkok baksonya. Ugh sangat menggoda!

"Jangan banyak-banyak, baby!" Tekan Zidane yang tiba-tiba saja sudah di samping Lily memperingati sang adik saat memasuki sambal sangat banyak.

Abel, Jeslyn, dan Alice di buat melongo. Sontak saja hal itu membuat nya panik. Ah, Lily sangat kesal rasanya, padahal dengan jelas-jelas kemarin malam Lily dan Zidane sudah sepakat untuk tidak saling mengenal di sekolah, tapi lihat? Apa yang di lakukan kakaknya sekarang, sangat menyebalkan.

"H-hah? Baby?" balas Lily pura-pura bingung. "Maaf kak, kayaknya Kaka salah orang, gue Lily bukan baby." lanjutnya.

Sontak saja hal itu membuat Kevin dan Jery ingin tertawa, namun sebisa mungkin ia tahan.

"Lily Arabella Louisiana Lewis! Aku bukan gue!" ucap Zidane penuh penekanan di setiap nama dan terdengar seperti nada perintah di akhir.

"LEWIS?!" Teriak Abel, Alice dan Jeslyn dengan kompak.

Lily meringis pelan, menatap ketiga teman barunya.

"Kakak!" Rengek Lily dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Lily benar-benar cengeng ketika berhadapan dengan kakaknya.

"Nggak usah nakal. Kevin pesen makanan!" Suruh Zidane sambil mendudukkan dirinya di samping Lily, jadi sekarang posisi Lily berada di tengah-tengah. El mengambil bangku lain, lalu duduk di ujung meja, begitu pun juga dengan Jery. Sedangkan Kevin yang pastinya akan duduk di samping Abel.

"Nggak usah di makan baksonya, biar buat El aja." Zidane mengambil alih mangkok Lily, kemudian memberikan nya ke arah El. Dengan senang hati El terima, toh dirinya suka pedas.

Lily menatap nanar baksonya. Tak lama Kevin datang membawa pesanan mereka.

"Loh El, Kok lo udah makan duluan sih? terus ini nasi gorengnya?'' tanya Kevin bingung.

El menunjuk ke arah Lily menggunakan dagunya.

"Makan, abisin. Bentar lagi bel bunyi." Yang di balas anggukan lesu oleh Lily.

Jika kalian bertanya bagaimana keadaan ketiga temannya saat ini, mereka terlihat seperti robot. Sangat kaku, bahkan mereka yang biasanya banyak bicara tiba-tiba menjadi pendiam. Sungguh Lily membenci suasana seperti ini angat akward.

I'M NOT HER [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang