Malam ini Lily memutuskan untuk berbelanja ke supermarket depan komplek nya seorang diri.
Dengan piyama bergambar beruang yang di lapisi cardigan berwarna putih Lily berjalan sambil sesekali bersenandung ria.
Lily mengambil keranjang untuk menyimpan barang-barang miliknya. Lily berjalan kearah rak-rak berisikan makanan-makanan instan. Mengambil nya beberapa bungkus, kemudian beralih kearah snack-snack.
Dirasa cukup, Lily berjalan kearah kulkas-kulkas. Mengambil beberapa botol minuman yang ia sukai. Serta sosis besar keluaran terbaru, dengan tidak tanggung-tanggung Lily ambil semua.
"Udah semua, tinggal beli susu sama sereal"gumamnya sambil mengecek kembali barang-barang yang di beli.
Lily menatap kearah Sereal yang biasa ia makan, terlalu tinggi untuk Lily ambil.
Lily menjijitkan kakinya berusaha menggapai kotak serealnya, namun nihil.
Tidak menyerah, Lily meloncat-loncat sambil berusaha menggapai kotak serealnya namun lagi-lagi gagal.
"Kalau gak bisa itu minta tolong"ucap suara yang terkesan dingin dari belakang tubuh Lily.
Lily tersentak, kemudian membalikkan badannya. Cowok tersebut mengambil kotak sereal yang Lily mau, kemudian memasukkan kedalam keranjang gadis tersebut.
Lily menyengir lucu ke arah El. "Makasih"
"Sendirian?"tanya El.
Lily mengangguk, "Iya, Kak El kenapa bisa ada di sini?"
El menunjukkan barang-barang yang ia beli, "Mau main ke rumah"
Lily menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Udah? Ayo bayar, biar lo balik sekalian bareng gue"ajak El.
"Tapi Lily beli roti bakar dulu ya?"
"Hmm."
Saat ini Lily dan El sudah berada di dalam mobil milik El. Keheningan menyelimuti mereka, tiba-tiba terbersit dalam benak Lily untuk bertanya tentang hubungan El dan Eca.
"Oh iya, hubungan Kak El sama Kak Eca gimana?"tanya Lily penasaran.
"Baik"balas El seadanya.
"Kak El Kayaknya sesayang itu ya sama Kak Eca?"tanyanya sekali lagi, yang di balas anggukan oleh El.
"Duh, Kak Eca beruntung banget bisa dapetin Kak El. Kira-kira jodoh Lily lagi ngapain ya?"
"Bukan Eca yang beruntung dapetin gue, tapi gue yang beruntung bisa dapetin cewek sebaik dia." El menjeda ucapannya, tanpa El sadari ucapan yang keluar dari mulutnya membuat hati milik gadis yang berada di sampingnya terasa sesak.
Lily menatap ke arah El dengan sendu. El terlihat bahagia ketika menceritakan tentang Kakak Kelasnya. Lily tiba-tiba saja merasakan tidak ada apa-apa nya di banding dengan Eca.
"Nggak usah mikirin cowok dulu, anak kecil nggak boleh pacaran."lanjut El, yang menyadarkan Lily dari lamunannya.
"Lily bukan anak kecil lagi ya!"ujar Lily dengan kesal.
Namun El bisa menangkap ekspresi wajah Lily yang terlihat sedikit murung?.
Saat sudah sampai di halaman rumahnya, Lily turun terlebih dahulu dari pada El.
"Lily duluan ya! Makasih tumpangannya Kak El. Langsung masuk aja Kak Zidane ada di kamar"jelasnya.
El mengangguk mengerti.
***
Zidane berjalan menuruni anak tangga satu persatu, "Lily tolong bikinin minum buat temen-temen kakak boleh?. Bi Asri udah pulang soalnya"
Lily yang tengah menonton TV menoleh, kemudian menganggukkan kepalanya.
"Mau minum apa Kak?"
"Bikinin Coklat panas aja empat, sekalian aja bikin lima buat kamu. Udah malem jangan minum-minuman dingin, nggak bagus."peringat Zidane.
"Iyaa iyaa bawel"
"Lily!"tegur Zidane.
"Iyaa maaf"
El menggelengkan kepalanya.
"Mommy sama Daddy dimana?"tanya Lily.
"Paling di kamar, lagi mesra-mesraan"
"Suka nggak inget umur deh."ucap Lily sambil mengaduk coklat panas yang ia buat.
"Nih udah jadi"
Zidane mengalihkan pandangannya dari handphone, kemudian berjalan menghampiri Lily mengambil alih nampan yang di pegang adiknya.
"Makasih, jangan tidur malem-malem. Kakak naik ke atas duluan"
Lily mengangguk.
***
Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Di saat orang-orang tertidur dengan nyaman di atas kasur mereka lain halnya dengan Lily yang kini tengah berada di dapur karena kelaparan.
Lily membuka kulkas, kemudian berjongkok untuk mengambil bahan-bahan yang berada di bawah kulkas, sepertinya Lily akan mengolah mie instan.
Saat sedang berjongkok tiba-tiba saja Lily mendengar suara dispenser air yang berbunyi membuatnya mengalihkan pandangan.
"Loh, Kak El nginep?"tanya Lily pada El yang tengah menenggak minumnya.
El mengangguk, kemudian El berdehem pelan, "Ngapain?"tanyanya.
"Mau bikin mie instan, mau?"
"Boleh"
"Ya udah mending Kak El tunggu di ruang TV aja sambil nonton"ucap Lily sambil memotong cabai, tomat, bawang putih dan bawang merah.
"Di sini aja"putusnya.
Lily mengangguk. Kemudian menuangkan minyak secukupnya kedalam kenceng berukuran sedang, di rasa sudah panas, Lily memasukkan semua bahan-bahan yang tadi sudah ia iris-iris.
Saat di rasa sudah wangi Lily menambahkan air kedalam nya hingga air mendidih, kemudian memasukkan dua bungkus mie instan beserta bumbunya. Kemudian di aduk hingga rata, setelah nya Lily memasukkan telurnya di masak hingga setengah matang. El dan Lily memang sama-sama penyuka telur setengah matang.
Lily menuangkan ke mangkuk mereka masing-masing, selesai. Lily menyodorkan semangkuk mie instan itu ke arah El.
El menerimanya, aroma mie yang Lily masak sangat enak dicium, El memasukkan sesendok mie buatan Lily.
Enak. Namun, El merasa tidak familiar dengan masakan Lily. El mengangkat bahunya acuh.
"Thanks"ucap El.
Lily mengangguk, "Hmm"balas Lily dengan singkat, karena terlalu fokus dengan makanannya.
El tersenyum tipis melihat itu, Lily terlihat lahap dengan masakannya sendiri. Bahkan pipinya yang besar semakin membesar ketika Lily memasukkan mie instan ke mulut nya dengan banyak.
Lily terlihat sangat tidak perduli dengan sekitar.
El bangkit dari duduknya, berjalan menuju wastafel untuk mencuci bekas makannya.
"Gue ke atas duluan, kalau udah selesai langsung tidur lagi. Besok kita masih harus sekolah"ujar El sambil mengelap tangannya.
Lily mengacungkan jempolnya sebagai tanda iyaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT HER [H I A T U S]
Teen FictionIni tentang Lily Arabella Louisiana Lewis, gadis yang menyukai kakak kelasnya secara diam-diam. Dia El Levin Galelio Evangelion. Tampan, kaku, cuek, tidak suka ketenangannya di ganggu oleh siapapun. Bagaimana jadinya jika El tau bahwa Lily-adik da...