"DADDY!"teriakan dengan nada manja terdengar dari lantai dua. Lily berlari menuruni anak tangga.
"Jangan lari-lari Baby, bahaya!"peringat Leon, namun tak di hiraukan oleh Lily.
"Miss u daddy!"ujar Lily sambil memeluk Leon dengan manja.
"Mee to baby girl", Leon mengusap kepala Lily dengan lembut kemudian mencium kening putri kesayangannya.
"EKHEMN"suara deheman dari arah belakang tubuh Leon terdengar, sontak saja hal itu mengalihkan perhatian mereka berdua.
Di sana, Mawar berdiri menatap mereka berdua dengan jengkel, "Ini nggak ada yang kangen sama mommy?"tanya Bunga sambil pura-pura menatap sekeliling rumah. "Oke lah kalau gitu, besok-besok nggak usah ada yang minta ajarin masak ke mom lagi."
"Mommyy!"rengek Lily sambil berjalan menghampiri Mawar.
Mawar dan Leon terkekeh pelan, "kangen mommy banyak-banyak"ucap Lily dengan manja, membuat Mawar, Leon serta Zidane yang baru turun dari kamarnya tersenyum mendengarnya.
"Kenapa nggak ngabarin kita dulu sih kalau kalian mau pulang?"tanya Zidane, sambil memeluk sang Daddy.
"Kenapa?. Kamu nggak seneng Daddy sama mommy pulang?"tanya Leon yang di balas anggukan setuju Mawar.
"Bukan gitu, 'kan kalau Mommy sama Daddy ngabarin kita dulu, aku sama Lily bisa jemput kalian di bandara."jelas Zidane.
"Betul betul betul"sahut Lily sambil menganggukkan kepalanya.
"Daddy nggak boleh suudzon tau!"lanjutnya.
"Daddy bukannya suudzon, siapa tau kalian benar-benar kesenangan bebas karena nggak ada Daddy sama Mommy"jawab Leon sambil mengedikan kedua bahunya.
"Mana ada kayak gitu!"balas Lily dan Zidane serempak.
"Tuhh 'kan kompak, pasti udah di rencanain!"kompor Mawar.
"Mommy ih!"rengek Lily.
"Becanda, ya udah Mommy sama Daddy naik ke atas dulu ya?, Nanti Mang Ujang bawain oleh-oleh yang Mommy sama Daddy beli buat kalian"kata Mawar.
Lily dan Zidane mengangguk. "Selamat istirahat Mommy Daddy!"Ucap Lily dan Zidane bersamaan, kemudian mengecup pipi kedua orangtuanya secara bergantian.
"Kak udah makan belum?"tanya Lily tiba-tiba.
"Belum, kenapa?"
"Lily lagi pengin makan bubur ayam depan komplek deh, tapi bibi udah masak belum ya?"
"Ya udah ayo, kayaknya udah tapi gapapa nanti Kakak suru pegawai rumah abisin. Ayo mumpung masih pagi, nanti keburu habis!"
Lily mengangguk, "Yukkk, Lily gini aja deh"
"Ya udah tunggu, Kakak ambil dompet dulu"
"Okeyyy!"
Lily dan Zidane memakan bubur mereka masing-masing dengan khidmat. Hingga tak lama kemudian suara tidak asing menginstruksikan mereka.
"Kita boleh gabung?"
Lily dan Zidane mendongakkan kepalanya serempak. Itu suara Ecaa, di sebelahnya ada El yang berdiri menatap ke arah mereka. Dilihat dari penampilannya nampaknya mereka baru selesai berolahraga.
Lily mengangguk kaku, sedangkan Zidane menatap adiknya dengan lembut, kemudian mengelus pelan kepala Lily.
"Kalian abis joging ya?"tanya Lily tiba-tiba.
"Iya nih, kebetulan lewat sini"jawab Ecaa dengan lembut.
Lily memangut-mangutkan kepalanya, melanjutkan makannya yang tertunda.
El memasukkan beberapa sendok sambal kedalam mangkuk nya. "Jangan makan sambel banyak-banyak Lee"ucap Eca sambil menjauh kan sambal dari jangkauan El.
El berdehem pelan.
Selama makan berlangsung Lily tidak mengeluarkan suara sedikitpun, dirinya hanya menyimak. Sedari tadi hanya Zidane dan El yang berbicara, selebihnya di isi dengan pembicaraan El dan Eca, tentu di tambah dengan perilaku perhatian yang El berikan kepada Eca. Mulai dari mengusap puncak kepala Eca, menyuapi Eca, serta membersihkan makanan yang tersisa di ujung bibir Eca.
Lily menatap mereka dengan senyum tipis. Meski dalam dirinya menjerit tidak terima. Lily tidak munafik, Lily iri dengan Eca, dan itu terlihat menyakitkan.
"Kak Zidane, Lily mau beli jajan dulu ya! Kakak tunggu sini"pamit Lily.
Sebenarnya Lily tidak ingin membeli jajanan, dirinya hanya tidak ingin melihat kemesraan El dan Eca lama-lama. Sangat tidak bagus untuk perasaannya. Lily tidak sekuat itu.
Lily menangis dalam diam di tempat yang cukup sepi, membayangkan kemesraan El dan Eca tadi membuat nya merasakan sesak di dadanya. Lily memukul dadanya pelan, Lily menghembuskan nafasnya perlahan, menghapus jejak air matanya dengan kasar. Kemudian bangkit berjalan menuju tukang jajanan agar Zidane tidak curiga.
Lily berjalan kearah Zidane, El dan Eca yang tengah berdiri di depan tukang bubur ayam. "Maaf lama, tadi ngantri soalnya"
"Gak papa, kita pamit duluan ya Lily, Dane!"pamit Eca dengan ramah.
Lily membalasnya dengan anggukan kepala sambil tersenyum kecil.
Lily menatap Kakaknya, "Yukk pulang!"ajak Lily.
Zidane mengangguk.
Saat sudah sampai di rumah, Lily turun terlebih dahulu dari pada Zidane. Saat hendak membuka pintu kamarnya, suara Zidane membuat Lily mengurungkan niatnya memasuki kamar.
"Masih mau pura-pura kuat?"
Lily menundukkan kepalanya.
"Stop pura-pura kuat depan Kakak Ly. Kakak gak sebodoh itu!"
Zidane memegang kedua pipi adiknya, menarik lembut kepala Lily agar menatap nya.
"Nangis aja, jangan di tahan. Kak Zidane gak bakal marah sama Lily."ucap Zidane dengan lembut.
Ucapan Zidane terasa seperti mantera sihir baginya. Tak lama Lily mengeluarkan semua rasa sakit yang sedari tadi ia tahan. Lily memeluk Zidane dengan erat, menangis hingga sesegukan di dalam dekapan Zidane.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT HER [H I A T U S]
Teen FictionIni tentang Lily Arabella Louisiana Lewis, gadis yang menyukai kakak kelasnya secara diam-diam. Dia El Levin Galelio Evangelion. Tampan, kaku, cuek, tidak suka ketenangannya di ganggu oleh siapapun. Bagaimana jadinya jika El tau bahwa Lily-adik da...