02. Kata Lily semangat

271 31 22
                                    

"DORR!" teriak Abel tepat di telinga Lily, yang tengah fokus menatap ke arah lapangan dari lantai dua.

"Astaga, lo tuh kenapa sih suka banget bikin kaget?"tanya Lily kesal, sambil berusaha menetralkan detak jantungnya.

Sedangkan yang berbuat ulah hanya cengengesan tidak jelas. "Ya lagian Lo sih"

"Loh, kok gue?"

"Ya iya, abisnya lo fokus banget ngeliatin nya, ngeliatin siapa sih?" Tanya Abel penasaran.

"Nggak, gue nggak ngeliatin siapa-siapa"

"Bohong banget, mending lo jujur deh sama gue, jangan sampe kejadian kayak kemarin keulang lagi" ucap Abel, menyindir Lily.

Ya, setelah tragedi kemarin. Lily di berikan banyak pertanyaan dari teman-teman nya hingga pusing. Bahkan teman sekelasnya ikut bertanya habis-habisan. Dan, kabar dirinya seorang adik dari Zidane Johansson Lewis sudah menyebar dengan cepat seantero sekolah.

"Gue tau ya lo dari tadi liatin Ka El"

"Nggak ih, jangan sok tau deh"

"Nggak usah ngelak, suka ya lo sama Ka El?"goda Abel sambil menaik turunkan alisnya.

"Nggak, mana ada gue suka sama kak El!, jangan ngarang ya lo!"elaknya.

"Halah!"Abel memutar kedua bola matanya malas. Kemudian berdiri di samping Lily, meletakkan tangannya di pembatas lalu menumpu dagunya menggunakan kedua tangannya. Ikut menatap ke arah bawah.

Abel tersenyum jail, "KAK EL KATA LILY SEMANGAT!"teriak Abel tiba-tiba.

Hal itu membuat atensi yang berada di bawah lapangan, maupun yang tengah berjalan di area lantai dua mengalihkan tatapannya ke arah mereka berdua.

El yang tengah bermain basket mendongakkan kepalanya, matanya menatap Lily dengan tatapan yang sulit di artikan.

Sedangkan Lily sebisa mungkin menetralkan dirinya, pipinya memanas, jantung nya berdegup kencang saat El menatapnya sangat intens. Tatapan El sungguh berpengaruh besar untuk Lily.

"Abel!"

"Apa sayang?"

"Nggak tau deh, kesel banget gue sama lo. Malu banget gue tau gak!"

"Utututu, Lily malu hmm?. Aelah nggak usah malu, katanya nggak suka"

"Abel! Jangan mulai deh" kesal Lily sembari meninggalkan Abel sendirian.

"Lah.. lah.. LAHHHH KOK GUE DI TINGGAL SIH?!"teriaknya.

"NGGAK PEDULI, ABISNYA LO NYEBELIN!"

"LILY TUNGGUU!!!"

***

El berjalan kearah lokernya sambil melipat jaket hitam miliknya. Membuka pintu loker, kemudian meletakkannya di dalam sana.

Setelahnya tangan El mengambil secarik kertas yang berada di dalam lokernya, kali ini hanya ada sebotol air mineral dengan roti kesukaan El. Tidak ada bekal di dalam sana.

El membaca note tersebut.

Maaf ya kali ini aku nggak bisa masakin buat Kak El! Soalnya bangunnya kesiangan hehehe...

Jangan lupa di makan rotinya!, Walaupun aku yakin banget sih bakal Kak El makan, apa lagi itu roti kesukaan Kak El...

Tunggu aku punya keberanian buat muncul di hadapan Kak El secara langsung ya.

-Baby Bear


El membawa note tersebut beserta roti dan air mineral yang di berikan entah dari siapa.

Ada rasa nyaman dalam diri El ketika ada yang memberikannya perhatian meskipun sekedar perhatian kecil.

Bahkan El tidak mengenal dan tidak tahu siapa yang selalu mengirimkan dirinya makanan di lokernya. Namun, El salut dengannya. Apa gadis yang menyukai El adalah gadis yang tangguh? Tentu saja bukan?, Jika tidak mana mungkin gadis tersebut bisa kuat menyukainya dalam waktu yang lama dan hanya bisa melihatnya dari kejauhan.

El memang selalu mendapatkan surat-surat, serta makanan dari para Fansnya. Namun, kali ini berbeda. Bekal dan note yang ia dapat dari gadis paling berbeda di antara yang lain menurut El.

Dan juga El sadar, bahwa gadis yang memberikannya bekal adalah orang yang sama saat dirinya duduk di bangku SMP.

Tanpa El sadari, sedari tadi ada yang memperhatikannya dari jauh. Gadis itu menatap kepergian El dengan senyum sumringah. El benar-benar tipikal yang sangat menghargai pemberian orang lain.

Gadis tersebut kembali melanjutkan langkahnya menuju kelasnya, bel masuk sebentar lagi akan segera berbunyi.

***

Jam istirahat kali ini Lily memutuskan untuk menghabiskan waktunya dengan membaca Novel di taman belakang sekolah seorang diri. Hanya di temani susu kotak serta beberapa camilan.

Seorang cowok tiba-tiba saja duduk di samping Lily, dan Lily belum menyadari hal tersebut.

Cowok tersebut tersenyum kecil melihat adik sahabatnya yang terlihat lucu dengan wajah yang terlihat kesal ketika membaca novel yang sedang di bacanya. El mengelus kepala Lily dengan pelan, sontak saja hal itu membuat Lily terperanjat kaget.

Lily menghela nafas pelan, "KAK EL!"teriak Lily dengan kesal.

El terkekeh pelan, "Maaf, kaget ya?"tanyanya.

"Jantung Lily mau copot banget rasanya"ucap Lily sambil mengelus dadanya.

Lily berusaha terlihat sebiasa mungkin di hadapan El. Selalu seperti itu, Lily terlalu takut El menyadari jika dirinya menyukai El. Lily terlalu takut jika suatu saat El mengetahui fakta tentang dirinya El akan menjauh darinya.

"Oh iya, Kak El ngapain di sini?"tanya Lily.

"Kenapa?"

"Loh kok nanya balik sih?!"Lily berdecak kesal.

"Cuma kebetulan lewat"

Lily memangut-mangutkan kepalanya.

"Kak El, Lily mau nanya deh."ucap Lily sambil menatap El dengan muka sok seriusnya.

El mengangkat sebelah alisnya seolah mengatakan 'apa?'.

"Kenapa sikap El suka banget sih berubah-ubah?. Kadang-kadang baik, tapi kadang-kadang juga dingin banget sama Lily kayak orang gak kenal. Muka Kak El kalau begitu rasanya pengen banget Lily tonjok deh."ucap Lily dengan perasaan kesalnya.

Jujur saja, sudah dari lama Lily ingin sekali bertanya seperti itu kepada El secara langsung. Kan Lily jadi bingung dengan sikap El yang berubah-ubah.

El mengangkat bahunya acuh, "Sesuai mood"jawab El seadanya.

"Sesuai mood? Seriously?"gumamnya. "Ck, dasar kulkas lima pintu"lanjutnya dengan pelan.

El menolehkan kepalanya ke arah Lily, "Ngomong apa barusan?"tanyanya dengan nada terkesan dingin.

Lily menatap El dengan polos, sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. "Emang Lily ngomong apa?"tanyanya sambil memiringkan kepalanya sedikit kesamping.

"Lupain, balik bentar lagi bel"ucap El sambil berdiri dari duduknya, kemudian berjalan meninggalkan Lily sendirian.

Lily menghela nafas pelan, kemudian menyandarkan tubuhnya di bangku taman. Akhirnya Lily bisa bernafas lega.

Mati-matian Lily menahan diri agar tidak terlihat salting di depan El. Pipi Lily memerah, perut Lily rasanya seperti ada kupu-kupu terbang yang menggelitikinya.

Jantung Lily bahkan berdetak sangat kencang dari biasanya, Lily terlalu lemah untuk berdekatan dengan El.

Lily memegang dadanya, merasakan detak jantungnya yang tak beraturan, "Gila, ini bener-bener gila. Bisa mati muda gue kalo deket-deketan sama Kak El terus"gumamnya.

I'M NOT HER [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang