[10] Kasino

88 10 0
                                    

MEREKA SAMPAI DI bengkel milik Ember saat petang tiba. Arlen sempat memaksa Sierra mampir ke sebuah restoran akibat jam makan siang yang telah terlewat. Dia kembali ke bengkel dengan membawa makanan, meskipun dirinya dan Sierra sudah mengisi perut di luar. Seperti yang diperkirakan, Theo dan yang lainnya langsung menerima makanan itu. Mereka mengelilingi meja makan dengan sukarela. Dari sudut matanya, Arlen juga melihat Theo yang tampak akrab dengan kenalan baru mereka, Anna.

Arlen melepaskan jaket musim dingin yang dipakainya. Dia menyampirkan jaket tersebut pada sebelah lengan, memperhatikan Theo dan Mia yang sedang memperebutkan sayap ayam. Benedict menengahi mereka, mengambil sayap ayam yang sedang diperebutkan dan langsung menuangkan saus serta mayonaise ke atasnya—campuran bumbu yang tidak disukai kedua temannya.

"Berengsek! Kau selalu bermain kotor!" seru Theo saat itu, teramat kesal.

"Kau tahu aku sudah mendambakan chicken wings, Bennie. Kenapa kau asal mengambilnya?!" timpal Mia, dia mengembuskan napas pelan selagi memijat pelipis. "Kalau bukan karena wajah tampanmu, kau sudah kuhabisi."

Benedict yang baru sedikit menggigit daging ayam langsung menoleh pada mereka berdua. Dia menyodorkan ayam tepung yang sudah dihiasi saus dan mayonaise.

"Kalian ingin? Ambillah," jawabnya ringan.

Theo dan Mia sudah mengepalkan tangan, hendak memberi pelajaran pada pemuda berambut hitam yang mengganggu mereka. Arlen berjalan mendekat. Dia mendengkuskan tawa. Perempuan muda yang terperangkap dalam kericuhan ketiga orang itu langsung menatapnya.

Anna memperhatikan Arlen lamat-lamat. Arlen kontan menoleh. Dia menyunggingkan senyum.

"Maaf karena sudah meminjam kakakmu terlalu lama, Anna. Kuharap tiga anak ini memberimu pertunjukan yang menarik." Arlen mengedikkan dagu pada Theo, Mia, dan Benedict. "Mereka sangat lucu, bukan? Bertengkar seperti anak kecil."

Anna mengerjap. Dia melongok ke belakang, seolah mencari kehadiran Sierra. Arlen hanya menebak-nebak bahasa tubuh gadis itu. Dia pun berucap, "Ah, Sierra sedang mengobrol sebentar dengan Ember. Dia akan segera turun."

Anna mengangguk. Interaksinya dengan Arlen cukup menarik perhatian tiga kenalan barunya. Mia dan Theo sudah berhenti bertengkar. Benedict dapat memakan sayap ayamnya dengan nyaman.

Arlen memperhatikan gadis remaja itu. Anna tiba-tiba mengambil bungkus makanan porsinya. Dia menyodorkan bungkus itu pada Theo, memberi gestur kepakan sayap dengan kedua tangan. Dia lalu menunjuk dirinya dan bungkus makanan milik sang pemuda.

"Eh?" Theo tampak kebingungan. "Kau ingin menukarnya?"

Anna mengangguk.

"Kau tidak suka chicken wing?"

Anna menggeleng. Dia menunjuk seluruh bungkus makanan dan mengangkat ibu jarinya.

"Semuanya oke?" simpul Theo. Dia menggaruk belakang telinganya. "Uh, sebenarnya tidak perlu—"

"Apakah kau mau menukarnya denganku?" sambar Mia. Anna menoleh. Dia mengangguk dengan spontan. Responsnya membuat Mia langsung menyeringai. "Bagus sekali. Anak perempuan memang sudah seharusnya saling mengerti! Anak laki-laki memang sampah!"

Detik berikutnya, Theo dan Mia kembali berdebat. Arlen mendengkus pelan pada perilaku mereka. Dia menatap mereka satu per satu. Ketiganya seolah langsung mengerti.

"Nanti malam, ada yang perlu kubicarakan. Aku akan memerlukan kalian."

Theo langsung menyeringai, kedua matanya berbinar. Benedict mengangguk sambil lanjut mengunyah makanan. Hanya Mia yang melontarkan pertanyaan lain.

[1] Maple Candy #The Nox SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang