[5] Kawan atau Lawan

114 10 1
                                    

SELAMA BEKERJA UNTUK Madam Helga, Sierra tak pernah sekalipun kecolongan. Keselamatan Anna selalu menjadi prioritas. Dia selalu memastikan kalau gadis muda itu tidak dimanfaatkan oleh orang-orang yang membencinya.

Map cokelat digenggam erat-erat. Sierra menahan decih. Beberapa saat lalu, dia sudah berhasil memperingati Harrison Aber. Dia telah mengancamnya untuk menarik tuntutan hukum. Tanda tangan kontrak juga sudah didapatkan. Pekerjaannya berjalan lancar, seperti biasa. Mengapa sekarang dia malah harus dihadapkan pada masalah merepotkan seperti ini?

Untuk memastikan bahwa ancaman yang didapat bukan sekadar gertakan, Sierra sempat menghampiri apartemen. Siang tadi harusnya Anna sudah pulang dari sekolah. Sekarang adalah tahun pertama SMA-nya. Dia menghadiri sekolah reguler untuk pertama kali, tidak lagi mengandalkan homeschooling. Sierra mengizinkannya mengikuti sekolah reguler karena sebentar lagi dia bisa memastikan keamanan Anna dengan kedua tangannya sendiri. Keputusan itu sepertinya sedikit riskan, mengingat hasil yang sekarang didapatnya.

Sierra memindai ruang apartemen. Dia menahan kepalan tangan saat melihat betapa berantakannya tempat tersebut. Bedebah gila itu sepertinya membawa Anna dengan paksa. Perlawanan Anna berakibat pada seluruh kekacauan ini. Sierra mengamati pecahan vas di lantai, ceceran air dari gelas yang terjatuh, hingga kursi bantal yang rusak dan menghamburkan busa-busa halus. Dia segera menyimpan map cokelat berisi kontrak ke dalam laci. Tanpa mengganti pakaian, dia segera menyambar kunci motor dan mengendarainya menuju alamat yang tadi disebutkan oleh Arlen Friedrich.

Embusan udara menusuk-nusuk kulit. Sierra mengatupkan mulut, mengerling pada rok pendek yang benar-benar mengganggu. Dia mencoba mengabaikannya dengan menaikkan kecepatan motor. Tangannya terasa kebas begitu dia sampai di tempat tujuan.

Sierra melepas helm dengan segera. Dia sedikit mengibaskan rambut sebelum berjalan menuju gedung tak berpenghuni yang ada di hadapannya. Telapak tangan menggenggam erat gagang pisau lipat. Dia juga lebih dari siap untuk menarik pistol yang tersembunyi di balik rok pendeknya.

Sierra memandang area sekitar, mengamati tumpukan kayu yang telah ditumbuhi jamur-jamuran. Sekilas, tidak ada pemandangan mencurigakan yang mengindikasikan kehadiran seseorang. Dia baru bergerak dengan refleks ketika mendengar ketukan sepatu pada lantai. Kurang dari satu detik, Sierra telah membalikkan badan. Dia menarik pistol dan mengarahkannya pada seorang pria yang sudah pernah dilihatnya.

"Oh, apakah aku mengganggu waktu kerjamu?" ungkap sosok itu. Kedua matanya mengamati penampilan Sierra, memandangnya dari atas hingga bawah, memindai tanpa rasa malu. "Sekarang kau sedang berperan sebagai sekretaris seksi?"

Siera tak terprovokasi oleh komentar itu. Dia masih mengacungkan pistol pada si pria bermata kelabu, Arlen Friedrich.

"Di mana Anna?"

Arlen melangkah maju, sama sekali tidak terancam pada senjata tembak yang sedang ditodongkan ke arahnya.

"Di tempat yang aman," timpal Arlen, tak memberi keterangan lebih. Dia mengamati Sierra lurus-lurus. "Kau membawa sampel obat itu?"

Pegangan Sierra pada gagang pistol semakin erat. Dia menatap Arlen dengan awas, melihatnya yang semakin mendekat.

"Aku sudah mengatakannya, sampel obat itu sudah kuserahkan pada—"

"Madam Helga?" potong Arlen, telah berdiri hanya satu langkah saja dari Sierra. Ujung pistol itu teracung lurus ke dahinya. "Orang yang sudah mengkhianatimu?"

Sierra mengernyit samar, tak termakan oleh omong kosong itu. Dia mengerling ke sekitar, melihat Arlen yang benar-benar hanya sendirian. Kesempatan ini bisa digunakan untuk melawannya. Akan tetapi, dia tidak tahu jika tiba-tiba Arlen meminta anak buahnya untuk menyakiti Anna. Penyanderaan selalu membuatnya dihadapkan pada pilihan sulit. Dia kemudian teringat pada kehadiran Oliver.

[1] Maple Candy #The Nox SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang