[6] Kesepakatan

104 11 4
                                    

LOKASI BENGKEL M Twins Automotive memang cukup dekat dari gedung tempat penyekapan. Mereka sampai di sana sepuluh menit kemudian, dengan Arlen dan Theo yang sampai terlebih dulu. Ember sedang menutup pintu garasi ketika melihat keduanya datang. Dia masih mengenakan pakaian montir. Sisi wajahnya tercoreng oleh noda hitam. Dia menyipitkan mata, kemudian menatap Theo garang.

"Kau!" serunya kesal. "Ke mana saja kau ketika ada banyak pelanggan?!"

Arlen mematikan motor dan membuka helm.

"Aku yang memintanya ikut," jelas Arlen, mencoba menyelamatkan Theo dari kemurkaan. "Ada yang kau perlukan?"

Ember menatapnya sengit, tapi tak berucap apa pun. Dia lanjut menutup pintu garasi, langsung menoleh ketika melihat Theo yang sudah bergabung dengannya. Pemuda itu sudah lebih dulu menarik pintu garasi hingga tertutup.

Pada waktu bersamaan, mobil yang digunakan Mia telah kembali. Ember ikut menoleh ketika melihatnya datang. Dia mengerutkan dahi saat melihat tiga orang asing yang keluar dari sana. Yang satu adalah pemuda berambut hitam cepak, sedangkan dua yang lainnya adalah perempuan—dengan seorang anak perempuan yang digendong oleh perempuan lain yang lebih dewasa.

"Kami menyelamatkan mereka," jelas Arlen, menyadari tatapan curiga sang pemilik bengkel. "Rinciannya kau tanyakan saja pada Frank."

Pandangan skeptis Ember masih belum hilang. Dia sempat memperhatikan orang-orang itu sebelum membolehkan mereka semua masuk. Perempuan muda yang tak sadarkan diri kelihatan cukup pucat. Dia tak tega untuk membiarkannya begitu saja.

Berkat izin si pemilik bangunan, Theo langsung mengarahkan mereka ke pintu menuju basement. Mia menyalakan lampu, sementara Benedict langsung menghilang ke kamarnya. Sierra dan Oliver mengikuti ketiga anak itu. Arlen sendiri masih berdiri di dekat pintu bersama Ember.

"Dia anak buah Madam Helga," terang Arlen. Sama seperti Frank, wanita ini memang sudah mengetahui sepak terjangnya. Dia tak lagi heran pada kegiatan sehari-hari teman dari sang adik. "Dia akan berguna untuk penyelidikanku. Aku akan memerlukan tempat ini untuk berbagai kepentingan lain."

"Usaha kami ada di sini," tandas Ember. Keningnya mengerut keras. "Jangan jadikan tempat kerjaku sebagai arena perkelahianmu."

Arlen tersenyum separuh.

"Tidak akan."

Pandangan Ember semakin menajam. Arlen mengedikkan bahu.

"Aku tak bisa berjanji. Tapi, aku akan membayar kerugiannya kalau tempat ini hancur. Apakah kau tak mempercayaiku untuk masalah uang?"

Ember kentara sekali kelihatan kesal. Akan tetapi, dia hanya menarik napas panjang dan menyerahkan kunci duplikat pada Arlen.

"Aku ada urusan di rumah." Dia berjalan menjauhi pintu. "Bayar tempatku dua kali lipat, Preman. Aku akan menghitung kerugian peluang juga kalau kau benar-benar menghancurkan tempat ini."

Selang beberapa saat, wanita tinggi besar itu sudah pergi dengan deruman motor. Arlen menatap kunci di tangannya. Dia mendengkus pelan sebelum beranjak ke dalam. Matanya memindai ruang tengah yang kosong. Dia mencari keberadaan Sierra di tempat lain. Mereka ternyata sedang berada di kamar pribadi Mia. Perempuan muda itu sudah menyalakan penghangat ruangan. Dia juga telah membalut tubuh adik Sierra dengan pakaian hangat dan gundukan selimut.

Sierra duduk di tepi ranjang, tengah memeriksa suhu tubuh adiknya yang sudah mulai naik, tak lagi sedingin tadi.

"Kurasa dia akan siuman sendiri," ucap Mia di tengah keheningan. "Dia panik sampai kelelahan. Aku tidak menyalahkannya. Dia hanya cewek malang yang terjebak sebagai anggota keluarga orang berbahaya." Mia melipat kedua tangannya. "Dulu aku juga sering diculik waktu baru berteman dengan Theo. Dia akan terbiasa."

[1] Maple Candy #The Nox SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang