Chapter Four

5 4 0
                                    

Kesunyian dan kegelapan malam hari telah tergantikan oleh suara burung dan pancaran sinar matahari di pagi hari.
Membangunkan para penghuni bumi untuk memulai aktifitasnya kembali seperti semula.

Terduduk di balkon kamarnya, sudah menjadi rutinitas sehari-hari yang Veera lakukan setiap pagi hari. Hal itu ia lakukan tak lain hanya sekedar untuk memberikannya semangat dalam menjalani kehidupan yang penuh lika liku ini. Matanya tak henti-hentinya ia edarkan hanya sekedar ingin memanjakan matanya melihat dan menikmati pemandangan di pagi hari. Yang menurutnya dapat memberikan kedamaian dan ketenangan pada pikiran dan jiwanya.

"Masya Allah banget, alam semesta yang engkau ciptakan ini ya Allah. Aku sangat bersyukur masih di beri kesehatan dan umur yang masih engkau titipkan untukku, hingga aku masih bisa menikmati segala keindahan dari apa yang engkau ciptakan". Ucapnya disertai ukiran senyum di wajahnya. Menandakan betapa bahagianya ia dan terkagumnya pada apa yang sekarang ia nikmati.

Merasa pagi mulai sirna, ia beranjak dari duduknya, kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam kamaranya. Mengambil segala keperluan yang ia butuhkan, lalu kemudian masuk kedalam kamar mandi, guna untuk membersihkan dirinya.

____^^^____

Sore Harinya....

Di lain tempat seorang laki-laki baru saja mendudukkan dirinya di sebuah kursi yang berada di kawasan taman. Pikirannya terus menerawang mengingat kembali pertemuan singkat yang terjadi pada sore hari itu. Ia tahu disinilah awal mula ia merasa penuh ketenangan dan damai pada jiwanya.

Semakin ia mengingat pertemuan di sore itu, semakin membuatnya ingin sesegera mungkin dapat bertemu kembali pada sosok perempuan itu. Teringat akan suatu hal, tangannya mulai merogoh sebuah benda pipi yang berada pada kantong celananya. Diambilnya benda itu kemudian ia hidupkan, dan beralih pada ikon bergambar telpon, di kliknya ikon itu. Tertera beberapa nama dan nomor orang-orang yang ia simpan.

Satu jari tangannya mengklik sebuah tempat pencarian, kemudian jari-jari tangannya kembali mengetikkan sebuah nama seseorang yang nomornya telah ia simpan dan diberi nama "Rain Girl". Saat nama itu telah muncul, ia menatapnya begitu lama. Ia merasa bingung dengan dirinya sendiri, tujuannya mencari kontak itu pada ponselnya karna ia ingin menelponnya. Namun entah mengapa ia seakan ragu untuk melakukan hal itu.

Otaknya di penuhi berbagai pertanyaan seperti, apa yang harus ia lakukan? Apakah ia memiliki keberanian itu? Kalau semisal gue menelponnya dan ia mengangkatnya, apa yang harus gue katakan? Apakah gue harus berbasa basi dengannya? Tidak...tidak itu sama sekali bukan diri gue. "Oh ayolah, berfikir-berfikir. Jangan mempermalukan diri lo dengan kebodohan akan kegugupan lo ini Al. Huftt lo emang benar-benar sangat bodoh dalam hal seperti ini".

Lama ia bergelut dalam pikirannya, hingga tak memperhatikan disekitarnya, bahwa hanya ia yang seorang diri duduk di taman itu. Semua penghuni taman itu telah beranjak pergi dari tempatnya, karna mereka sadar akan pertanda apabila langit sudah mulai terlihat mendung.

____^^^____

"Emmm, sepertinya akan turun hujan lagi, akan lebih baik kalau aku membawa payung". Ucapnya

Veera sekarang berada di balkon kamarnya, ia sedang berdiri menatap langit yang terlihat mendung. Terbesit di dalam pikirannya ia ingin keluar rumah, untuk menikmati udara di sore hari.

Berbalik, dan melangkah memasuki kamarnya, tak lupa ia menutup pintu balkonnya. Kemudian melangkahkan kakinya ke lemari pakaiannya. Ia membuka lemarinya, lalu mengambil hoddie berwarna pink yang merupakan warna favoritnya.

Kakinya kembali ia langkahkan ke arah kaca besar yang ada di dalam kamarnya, tepat di samping lemari pakainnya. Melihat pantulannya di cermin membuat kedua sudut bibirnya terangkat keatas, mengukir senyum manis pada wajahnya. Senyuman yang terbit itu menandakan bahwa ia begitu puas dengan pantulan dirinya di cermin, yang memperlihatkan penampilannya saat ini.

Dirasa sudah cukup dan sudah siap, kakinya kembali lagi ia langkahkan ke arah pintu keluar kamarnya, tak lupa payung yang berada di sudut kamarnya ia ambil, dan menentengnya. Tak...tak...tak... Suara pijakan sepatu yang berpijak pada tangga, menuju ke lantai bawah dimana pintu utama rumahnya itu berada.

"Tuan putri mama mau kemana emmm, terlihat rapi sore-sore begini?" Tanyanya padaku

"Emmm, aku mau keluar ma, bolehkan?" Jawabku, dengan sebuah pertanyaan.

"Memangnya kamu mau kemana? diluarkan langitnya mendung, sebentar lagi pasti hujan". Ucapnya, dengan mengajukan pertanyaan kembali.

" Veera cuman kepengen jalan-jalan aja ma diluar, yah...cuman sekedar menikmati sore hari, mama gak perlu khawatir Veera bawa payung kok, dan gak akan lama deh, boleh yah, mamaku tersayang. Please" ucapku dengan ekspresi memohon.

"Baiklah, tapi ingat keluarnya jangan lama-lama yah, pulang gak boleh kemaleman". Ucapnya mengizinkanku, kemudian tersenyum dan mengelus lembut kepalaku yang tertutup hijab.

"Yeyyy, terima kasih mamaku yang paling aku sayang, Veera janji gak akan lama-lama, dan pulangnya gak kemaleman" balasku dengan senyuman sumringah.

"Kalau begitu aku pamit keluar yah ma, Assalamualaikum". Ucapku, seraya menyalim tangan mamaku. " iya, waalaikumsalam, ingat hati-hati". Balasnya. "Siap bu komandan, hehehe" ucapku sambil terkekeh ringan.



🌻TBC🌻
Jangan lupa Vote and Commentny!

Thanks For You!

🌻🌻🌻


@AnVeraa34_
23 februari 2022

RAIN GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang