Perdebatan antara Zae dan Lave terus berlanjut, hingga akhirnya Lave mengalah dan meminta pada kedua orang tua mereka untuk membiarkan Zae meninggalkan rumah sakit. Maka dari itu, sekarang Zae bisa berada di taman bunga di rumahnya. Taman yang penuh dengan segala jenis bunga berwarna-warni, dari yang mudah dicari hingga yang langka. Sungguh bukan hal sulit bagi keluarga Clowrine untuk mendapatkan itu semua karena kekuasaan dan kekayaan mereka.
Disisi lain, saat Zae sedang menikmati taman bunga indoor di rumahnya, Clowrine dan Sam-suaminya, pulang ke rumah. Mendapati anak gadis satu-satunya itu sedang melamun sendirian, langsung mereka hampiri.
"Kau tidak istirahat di kamar?" Tanya Clowrine hangat. Sosok ibu yang sempurna, bisa ngurus anak sekaligus bekerja. Zae menoleh dan tersenyum pada keduanya.
"Zae bosan di kamar terus," sahutnya.
"Ah, iya, nanti malam keluarga teman ayah mengundang untuk makan malam. Kau akan ikut kan?" Tanya Sam kali ini.
Zae terdiam sejenak, memikirkan tawaran ayahnya. Ia ingin sekali ikut karena pasti menyenangkan sekali. Tapi, bagaimana jika penyakitnya kembali muncul saat pertemuan itu? Tidakkah itu akan mempermalukan keluarganya nanti? Bagaimana jika saingan keluarganya mengetahui kelemahan keluarganya? Itu akan membuat suasana yang tidak bisa Zae bayangkan.
"Aku tidak akan ikut," sahut Zae pada akhirnya.
"Kenapa tidak ikut? Memang kita akan kemana?" Tanya Lave yang tiba-tiba masuk ke taman indoor bertudung kaca itu, masih dengan seragam sekolahnya.
"Zae menolak untuk ikut pertemuan dengan keluarga Rayhan," jelas Clowrine.
"Kalau gitu, aku tidak akan ikut. Biarkan aku disini, menjaga kembaran nakalku ini," ucap Lave seraya mengacak rambut kembarannya.
"Tidak, tidak, kau harus ikut. Lagi pula, disini banyak pelayan. Kau tidak perlu khawatir. Begitupun dengan ayah dan bunda," ucap Zae dengan wajah memohon. Akhirnya, mereka pun menyetujui permintaannya tersebut.
***
"Kami pamit dulu ya, jaga diri baik-baik," ucap Sam pada Zae yang hendak duduk di sofa ruang keluarga. Sekarang sudah pukul 7 malam, maka dari itu mereka sudah siap untuk pergi memenuhi undangan keluarga Rayhan.
"Ingat, kalau ada apa-apa langsung hubungi gue," timpal Lave memperingati. Setelah memastikan Zae mengiyakan ucapannya, Lave pun menghilang dari ruang keluarga.
Zae pergi ke dapur untuk membuat secangkir teh hangat. Sepertinya, menikmati teh sembari menonton drama kesukaannya akan menjadi kisahnya malam ini.
Waktu terus berlalu, pukul sembilan malam, Zae bangkit dari duduknya untuk mencuci gelas yang tadi ia gunakan. Meskipun di rumahnya banyak pelayan, tapi jam kerja mereka hanya sampai pukul delapan malam. Lagi pula, Zae sudah biasa melakukan keinginan dan kebutuhannya sendiri selagi ia mampu.
Suasana hening hanya berteman TV yang menyala dan keran air yang sedang ia gunakan. Hembusan angin dari ventilasi udara menyapa kulitnya, membuat Zae cepat-cepat kembali ke sofa. Ia mengambil ponsel yang diletakkan di meja untuk mengirim pesan whattapps pada Lave, namun tiba-tiba cahaya emas melesat tepat masuk ke dalam tubuhnya. Membuatnya terpental dengan keras menghantam lantai.
"Sshhh, sakiit," rintih Zae. Lave mendengar itu melalui sambungan telepon yang tanpa sengaja menyambung saat benturan dengan cahaya emas itu terjadi.
Halo? Zae? Lo baik-baik aja kan?, Tanya Lave panik disebrang sambungan ponsel.
"Lave...," Rintih Zae lagi.
Tahan bentar Zae, gue-. Sambungan telepon terputus karena ponsel Zae yang kehabisan baterai. Lengkap sudah penderitaannya malam ini. Zae berharap Lave dan kedua orang tuanya cepat kembali.
***
Lave membawa Zae ke kamarnya yang diikuti oleh kedua orang tuanya. Panik? Tentu saja. Di tengah kepanikan itu, Clowrine mendekati anak gadisnya. Mengusap kepalanya pelan dan mulai membuka telapak tangannya. Cahaya emas muncul dari sana, kemudian ia arahkan ke dada putrinya. Seketika, rasa sakit yang Zae rasakan menghilang.
Dan saat itu juga, rasa percaya Lave pada kedua orang tuanya menghilang. Terbukti sudah dugaan Lave bahwa kedua orang tuanya menyembunyikan sesuatu dari dirinya dan Zae. Lave kecewa karenanya.
"Bunda membuktikannya sendiri dihadapan kami," ucap Lave ditengah keheningan yang terjadi.
"Lave..." Sam, seperti orang yang ingin menjelaskan sesuatu, namun menahannya karena rasa bersalah dalam dirinya begitu besar.
"Jelaskan pada kami. Karena ini menyangkut kehidupan Zae, ayah dan bunda tau itu kan?" ucap Lave dengan intonasi mulai meninggi. Bertahun-tahun Lave merasakan perbedaan orang tuanya dalam merawat mereka. Itu tidak masalah, tapi yang membuat Lave mempermasalahkannya adalah keselamatan Zae seperti dipermainkan.
"Lave...bisakah kau tenang?" tanya Zae dengan nada lemah.
"Keselamatan Lo dipertaruhkan! Mana bisa gue diem gitu aja?! Rintihan Lo di telpon bikin gue hampir gila. Gue ngerasa gagal jadi saudara Lo. Kalau gue boleh minta tukar posisi, gue rela gantiin Lo buat nerima rasa sakit itu," ucap Lave lagi dengan oktaf yang semakin naik, namun merendah saat di akhir kalimatnya.
"Sayangnya, sekalipun ayah dan bunda mengizinkan kalian tukar posisi. Itu mustahil," ucap Clowrine membuka suaranya. "Biar bunda jelaskan."
Clowrine berdiri dan bertukar posisi dengan Lave yang tadi berada di samping Sam. Mereka membentuk pola lingkaran dengan Zae yang berada ditempat tidur dan Lave duduk disisi ranjang.
"Bunda adalah manusia asli keturunan Pearly Land," mulai Clowrine membuat Lave dan Zae mengerutkan keningnya.
"Sebuah negeri dengan konsep kerajaan kuno yang memiliki sumber daya alam melimpah. Untuk itu, raja dan ratu di sana memiliki kekuatan yang akan melindungi negeri yang terdiri dari dua pulau itu agar tidak terdeteksi dengan negara lain. Karena kekayaan alam yang mereka miliki bisa mengakibatkan perebutan dan pertumpahan darah," jelas Clowrine semakin membuat keduanya bingung.
"Lalu hubungannya dengan penyakitku?" Tanya Zae pada akhirnya.
"Itu bukan penyakit, sayang. Itu bakal calon kekuatan yang masuk kedalam tubuhmu sebagai calon ratu negeri itu. Bunda hanya mengunci bakal kekuatan itu agar tidak menyakitimu, sampai kau siap menerimanya," jelas Clowrine lagi.
"Bunda tidak melantur kan? Calon ratu?" Tanya Lave masih tidak percaya. Ini bagaikan cerita dongeng.
"Mungkin saja, calon raja sudah berada di negeri itu terlebih dahulu. Kau akan segera bertemu dengannya."
Penjelasan Clowrine tidak memberikan jawaban yang memuaskan bagi Lave dan Zae. Ini benar-benar membingungkan. Pertama, Zae tiba-tiba memiliki penyakit misterius. Setelah itu ia menjadi calon ratu. Calon raja sudah berada....
"Bunda jangan ngawur" ucap Zae menggelengkan kepalanya. "Aku bahkan tidak pernah mendengar nama negeri itu!"
"Tenanglah Zae," ucap Lave berusaha menyadarkan Zae yang histeris karena kenyataan yang tidak masuk akal itu.
"Bagaimana bisa tenang Lave?! Bunda dan ayah menyembunyikan ini semua! Kenapa harus....seperti ini? Kau tau kan Lave kalau Rayen..."
Zae menggantungkan kalimatnya. Rayen. Bagaimana jika Rayen tau persoalan ini? Apa tanggapannya nanti?
"Rayen tidak perlu tau soal ini. Sejak awal bunda melarang Zae berdekatan dengan laki-laki manapun. Ini takdir terbaik yang harus dilewati. Lusa, ayah dan bunda akan mengantarkanmu ke negeri itu," ucap Clowrine final. Mendengar itu, Zae langsung memeluk erat Lave dan menangis tersedu-sedu disana. Sementara Lave amarahnya memudar berganti kebingungan dalam diriny, ia masih berusaha mencerna semuanya seraya menenangkan kembarannya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Land
RomansaAzalea tidak pernah berpikir dirinya harus meninggalkan Rayen, demi kehidupan yang entah seperti apa. Ia tidak mengerti jalan takdirnya sendiri. Dipertemukan dengan sosok Zayden di kehidupan barunya menambah beban dalam hidupnya. Menahan amarah dan...