Misscom

47.8K 5.9K 641
                                    

"MAAAAA, MAMAAAA."

Oh iya nggak boleh panggil mama.

"BUUK, IBUK!" Aku kembali berteriak sambil mencari di mana Mama berada.

"Mbak Sisi?" tanya seorang wanita yang berada di halaman belakang rumah.

"Iya." Aku menoleh ke arah seorang perempuan asing yang sedang menyapu halaman belakang rumah.

"Tante siapa, ya? Kalau boleh tahu?" tanyaku berusaha sesopan mungkin.

"Bulik yang bantu-bantu di sini, Mbak." jawab perempuan itu.

Oh, nyebutnya juga bukan 'tante' tapi 'bulik'.

"Ibukku di mana bulik?"

"Jam segini biasanya kalau nggak di kandang sapi, ya kandang ayam, Mbak."

Bahuku melemas. "Kandangnya di mana bulik?"

"Mbak, larinya cepet banget dah."

Astaga! Aku lupa ada Dani!

Aku berbalik lalu tersenyum sambil menunjukkan gigi. "Sorry, Dan. Terlalu excited nih. Hehe," cengirku.

Dani berdecak pelan. "Mau tak anter sekalian ketemu Bude nggak mbak? Jam segini kayaknya di peternakan sapi. Kalau jalan kaki jauh soalnya. Mending naik motor aja," tawar Dani dengan baik hatinya.

"IYA. IYA. MAU!" seruku bersemangat.

Dengan Vespa kekinian milik Dani, di jalan aku sibuk membayangkan akan bagaimana acara lamaranku nanti.

Di jalan aku senyum-senyum sendiri sambil membayangkan kalau Ayash melamarku, kemudian kita melakukan pendekatan singkat dan kemudian menikah.

Dan dunia serasa milik berdua. Duh pipiku pasti sudah merah.

"Happy banget rasanya," gumamku.

"Hah? Apa mbak? Aku nggak denger."

Suara Dani sukses membawaku pada realita saat ini. Aku sedang dibonceng Dani naik Vespa kekinian miliknya.

"Hah? Enggak kok Dan... Cuma lagi mikir aja nih."

"Mikir apaannya mbak?"

"Biasalah, mikir beban hidup, mau bantu nyerokin kotoran sapi apa ngambilin telur ayam."

Dani tertawa terbahak. "Mbak pasti habis ini di ospek Bude Tias nih."

"Apaan ospek. Udah kayak mahasiswa baru aja. Aku anaknya, Dan. Masa iya di ospek?" balasku ketika motor Dani sampai sebuah tempat bau yang campur aduk.

Ada bau rumput, bau kotoran, dan bau tangki-tangki kecil yang entah apa itu. Tapi sepertinya itu susu sapi isinya.

"Bude paling lagi di pendoponya. Dise-" Belum selesai Dani bicara, mataku sudah menangkap sosok Mama yang sedang duduk di pendopo kecil yang di sayap kanan dari kandang sapi.

"Maaaa!"

"Jodohin aku sama Ayash ya Maaa?!"

"Nggak usah pakai teriak. Yang sopan, Nduk. Dilihatin banyak pegawai tuh kamu," kata Mama mengingatkan agar aku tetap sopan.

"Emang siapa yang mau Jodohin kamu?" lanjut mama.

"Mama,"

"Emang ibuk bilang kalau kamu mau dijodohin sama Ayash?"

"Iya! Kata ibuk kan calon mantu idaman ibuk harus yang udah mapan, minimal pns. Ayash kan itu?" tanyaku sambil merapikan rambut dengan malu-malu ingin mengakui kalau Ayash itu tampan.

Clumsy SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang