Chapter 3 #part 1

10 2 0
                                    

Keesokan harinya...

Richard sedang berlatih sendiri di atas panggung, menghafalkan dialog, dan mempelajari ekspresi-ekspresi untuk perannya, meski sampai sekarang masih merasa aneh dan menjijikan.

Babon salah satu anggota yang bertubuh paling besar di teater ini menghampiri Richard sambil memakan gorengan di tangannya.

"Ica mana cuy?" tanya Babon.

"Nggak tahu, dari pagi belum dateng," jawab Richard dalam posisi seolah-olah sedang memeluk diri sendiri.

"Yah tuh bocah angot lagi kayaknya."

"Emang kenapa, Mas?" balas Richard penasaran. Karena memang ia juga sejak tadi menunggu kehadirannya.

"Biasa paling lagi galau. Walaupun kelihatan tomboy dia kan cengeng kalau masalah cinta." Dengan nada datar, Babon lalu menawarkan, "yah, biarin deh nanti juga balik lagi. Oia, lo sendirian latihannya kasihan, mau gue temenin? Gue juga lumayan handal peranin karakter wanita kok."

Richard hanya cengengesan sembari memperhatikan tubuh besar babon dan mulutnya yang berbercak minyak gorengan. Ia merasa merinding membayangkan kalau si Babon memainkan peran wanita, pasti sangat membuat mual.

"Mas, tahu alamatnya Ica? Saya mau coba ajak dia langsung aja deh. Kali aja mau ke sini nanti. " Richard sambil mengambil tasnya.

"Dia nggak bakal ada di rumah kalau sekarang. Mending lo samperin ke taman," jelas babon masih mengunyah gorengan di mulutnya.

"Taman? Di mana tuh?"

"Itu lo tinggal naik angkot terus nanti nggak jauh ada taman, nah paling di situ dia."

"oh, yaudah makasih, Mas. Saya mau ke sana aja deh."

"Yaa, hati-hati." Dan Richard sambil berjalan cepat bergumam, "hampir aja."

Di pinggir jalan depan gedung teater, ada banyak sekali angkot yang berjajar, Richard sambil melihat-lihat kebingungan karena ada banyak sekai angkot dan bermacam warna. Hampir berpikir sejenak, tapi akhirnya ia malah menaiki taksi untuk menuju taman.

Tidak sampai 10 menit ternyata ada sebuah taman yang terlihat cukup luas. Akhirnya ia berhenti dan kemudian masuk ke dalam taman. Di sana ia mencari-cari Ica, tetapi adasatu orang sedang duduk yang mirip sekali dengannya namun ketika ia menepuk pundaknya ternyata banci.

"Ahh, mas ganteng, mau main di mana? Yukk langsung aja di sini mumpung sepi. Gratiss deh buat mas yang ganteng ini mah, hihihi," ucap banci itu dengan suara yang dibuat-buat seperti wanita namun masih terdengar seperti lelaki.

"Maaf Mas- eh Mba, saya salah orang, kira-" belum selesai bicara Richard langsung ditarik kencang oleh banci itu, tapi ia berhasil melepaskannya dengan paksa dan langsung kabur darinya meski banci itu mulai mengejarnya.

"Ahhhhhh sial banget hari ini."

Berapa menit bermain kejar-kejaran seperti di film-film India, Richard akhirnya dapat lolos dari pandangan banci itu. Sambil terengah-engah dan berkeringat, ia duduk di sebuah bawah pohon yang rindang. Namun, tak lama ia mendengar suara isak tangis perempuan di situ hingga merasa merinding. Ternyata dibalik pohon itu ada memang seorang wanita dan mirip dengan Ica.

"Akhirnya, IC-" belum lagi selesai memanggil, ternyata itu banci yang lain. Setelah ia menengok ke arah Richard langsung menyeka air matanya dan tersenyum ke arahnya. Tapi banci ini lebih parah karena berkumis tebal! Akhirnya Richard tanpa aba-aba langsung kabur lagi untuk menghindari kejadian seperti sebelumnya meski kali ini ia dikejar kembali.

"Arrggghhh, LAGI? Ada berapa banyak banci di sini sih!" sambil berlari ia memperhatikan sekitarnya, ternyata ia baru sadar bahwa banyak sekali banci di sini.

"Massssss ganteng tolong hibur eneng dong!!" teriak banci itu sembari Richard mempercepat larinya untuk keluar dari taman ini.

Cukup jauh berlari dari kejaran banci, di luar taman ia sudah hampir ingin pingsan karena kelelahan dan tanpa melihat ke depan ia menabrak seorang wanita yang ternyata itu Ica yang asli. Namun ia tidak sadar bahwa posisinya sama percis seperti kemarin saat latihan di panggung dengan Ica yang berada di bawahnya.

Baru menikmati momen itu, banci yang tadi mengejar Richard sudah tidak jauh sambil memanggil-manggil. Ica pun melepaskan dirinya dan lalu mengajak Richard berlari sambil menarik tangannya. Mereka berdua pun berlari cukup kencang tanpa memedulikan apa pun.

*Jangan lupa tap votenya dan bantu share ke teman-teman kalian juga, biar aku cepat update chapter berikutnya ya. Happy reading guys.

Pangeran yang SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang