Richard dan Ica setelah berlari cukup jauh akhirnya berhenti di sebuah warung klontongan untuk membeli minuman. Nafas mereka sudah ngos-ngosan, tapi setelah itu Ica tertawa terbahak-bahak atas kejadian yang menimpa Richard itu.
"Haa, kok lo bisa dikejar banci kayak gitu sih? Nyusain banget. Tapi gue ngakak," kata Ica sambil tertawa tidak berhenti meledek Richard.
"Saya tadi ditunjukin taman itu sama mas Babon, katanya kamu kalau lagi galau adanya di taman." Richard menahan rasa malu dan kesal.
"Dasar Babon!!" dengan nada kecil Ica jengkel sudah memberitahu anak baru (Richard) mengenai dirinya.
"kenapa dengan mas Babon?"
"Enggak. Lagian lo bukan ke taman itu. Ketahuan taman itu aja sebutannya 'Taman Waduri'. Bukan nanya dulu sih sama orang-orang." Ica dengan wajah betenya.
"Haa? Waduri apa tuh? Perasaan bukan itu nama tamannya."
"Wanita Berduri!" jelas Ica kencang ke dekat telinganya Richard. "Terus lo ngapain nyari gue ke taman?"
"Yaa, gimana saya mau latihan terus belajar kalau sendirian," ungkap Richard sembari melihat sepatunya hancur akibat kejar-kejaran tadi. "Yaudah mau anterin saya nggak ke mall, saya mau sepatu nih rusak gara-gara tadi."
"Deh, ngapain ke mall segala kayak orang kaya aja lo. Ikut gue," tangkas Ica.
"Terus beli di mana?"
"Udah ikut gue aja, Chard. Nanti juga tau."
Ica pun memimpin jalan mengajak Richard tanpa memberitahu akan ke mana. Mereka berdua menaiki angkutan, tapi karena untuk pertama kalinya Richard menaikinya, ia tidak tahan dengan aroma bercampur-aduk.
Dua kali menaiki angkut, Richard sudah menahan rasa mualnya sejak tadi dan akhirnya mereka sampai.
"Selamat datang di pasar antik, " ucap Ica selepas turun dari angkutan, wajahnya terlihat sangat bahagia.
"Ohh, jadi ini pasar antik, terus ngapain kita di sini?" ucap Richard bernada datar, walau sebenarnya ia sedikit takjub melihat barang-barang klasik yang dijajakan sangat terlihat menarik.
"Ih ngeselin lo. Yaudah sini!" Ica langsung menarik tangan Richard ingin membawanya ke tempat penjual sepatu di sana.
"Halo bang Beler," sapa Ica kepada penjual itu yang sudah jadi langganannya.
"Eh elo, Ca. Nyari sepatu lagi?" tanyanya ramah.
"Ca, ini yang jual abis mabuk apa-" Ica langsung menyikut perut Richard. "Nggak bang Beler, ini buat dia, sepatunya kawe kayaknya masa dikejar-kejar banci aja langsung rusak," sela Ica memotong bisikan richard.
"Ahh, elu tong. Tampang doang ganteng, tapi pakai barang kawe," kekeh penjual itu yang memang tawanya terdengar seperti orang mabuk. "Nah ini kebetulan ada barang baru, lumayan masih bagus, ori juga lagi," tambahnya sambil menyodorkan sepasang sepatu.
"Wah ini kan Nike, bagus nih. Saya coba dulu ya bang," sambut Richard sembari mencoba sepatunya. "Wihh mantap, pas nih. Berapa mas?"
"Tiga setengah aja buat lo mah, temennya Ica."
"Wah lumayan juga, tapi saya nggak bawa cash sebanyak itu, mas? Transfer aja bisa?" tanya Richard serius.
"Ikut gue dulu, Chard. Emang lo bawa duit berapa?" tarik Ica menjauh sedikit dari penjual itu.
"Saya cuma bawa 900 ribu, belum narik uang lagi, tapi ada kalau di ATM ada buat transfer," jelas Richard.
"Itu mah cukup, bodoh."
"Haa? Katanya 3,5 juta, kan?"
"Bukan 3,5 juta tapi 350 ribu, Richard."
"Seriusan? Itukan harga barunya mahal banget, Ca. Saya punya itu di rumah dulu." Tanpa membalas perkataannya lagi, Ica mendekati penjual itu lagi."Yahh bang belek kayak siapa aja, udahlah 250 aja, lagi nggak bawa uang banyak nih," tawar Ica memelaskan wajahnya. Tapi akhirnya dikasih karena Ica memang pelanggan setianya dan Richard pun langsung membayar lalu mereka pergi berkeliling.
"Bisa aja kamu, Ca. Ini sangat murah! Nggak nyangka bisa malah bisa ditawar lagi harganya. Gila memang penjual itu," ucap Richard kegirangan.
Cukup lama mereka berkeliling pasar itu, ternyata banyak sekali yang akhirnya Richard beli, seperti kemeja, celana, jaket, baju dan lainnya karena memang ia tidak mempunyai baju ganti lagi. Sedangkan, Ica juga banyak dibelikan Richard dengan sisa uang yang ada.Di sepanjang itu mereka banyak berbincang, tertawa layaknya seorang yang sudah lama kenal. Sebab sifat Ica yang mudah bergaul itu. Ica juga akhirnya sejenak melupakan tentang rasa galau selepas kemarin putus dengan Ray. Karena hari ini terasa cukup panjang hingga malam dan Richard juga mengantarnya pulang, mereka menjadi lebih saling mengenal.
~Duhh Richard diremehin😂 ada apa nih sama mereka berdua 😳
*Jangan lupa tap votenya dan bantu share ke teman-teman kalian juga, biar aku cepat update chapter berikutnya ya. Happy reading guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran yang Sakit
RomanceTentang seorang lelaki yang memiliki kehidupan mewah namun begitu terkekang sampai suatu ketika bertemu dengan seorang wanita teater yang super asik.