22

1.5K 109 5
                                    

𝓓𝓲 𝓹𝓪𝓰𝓲 yang cerah ini, Shani terpaksa berangkat sekolah menggunakan jasa ojek 𝘰𝘯𝘭𝘪𝘯𝘦 karena Gracio tidak kunjung membalas pesannya sejak semalam. Tadi sebelum berangkat sekolah, Shani sudah mencoba mengirim pesan 𝘴𝘱𝘢𝘮 pada Gracio, namun ia tetap tidak mendapat balasan. Shani melirik takut-takut saat merasa hampir seluruh siswa yang berada di Koridor memperhatikannya dengan tatapan yang sangat sulit untuk dijelaskan.

"Lo, masih berani masuk?" Tanya salah seorang perempuan yang sedang mengunyah permen karetnya, kalau Shani tidak salah, perempuan yang baru bersuara berasal dari kelas sebelas 𝙼𝙸𝙿𝙰 empat.

"Malu nggak sih kalau lo jadi dia?" Sahut salah satu temannya yang menggulir layar ponsel sambil sesekali melirik Shani.

Satu teman lainnya yang berambut pendek tersenyum meremehkan. "Nggak punya malu kali, orang dia aja pernah selingkuh sama sahabat cowoknya coba".

Shani menundukkan kepalanya saat menyadari ia yang menjadi bahan pembicaraan seluruh siswa di Koridor. Ucapan-ucapan yang sangat tidak nyaman untuk didengar terus dilontarkan oleh siswa-siswi SMA 48 Jakarta yang menyayangkan perilaku Shani. Kemudian, Shani yang sama sekali tidak mengerti mempercepat langkahnya memasuki kelas.

"Shani, ini beneran lo?" Eli menghadang Shani, ia menunjukkan sebuah gambar yang mampu membuat Shani tercengang, Shani buru-buru mengambil alih ponsel milik Eli yang diarahkan padanya.

"Kok bisa?" Shani tergagap, ia bertanya pada dirinya sendiri. Ingatannya melayang saat ia terbangun disebuah kamar hotel, jadi itu semua sebuah jebakan?

"Jadi beneran?"

Shani bergeming.

Eli mengambil kembali ponselnya, ia menyadarkan Shani yang terlihat sedang terkejut. Satu perempuan penghuni kelas sebelas 𝙼𝙸𝙿𝙰 tiga yang sejak awal tidak menyukai Shani mendorong tubuh Shani yang berdiri di ambang jalan.

"Kenapa? Lo kaget kalau kerjaan lo ketahuan?" Tantang Eve, gadis yang baru saja mendorong Shani.

"Eve", tegur Cindy yang datang bersama Eve, Cindy menarik paksa Eve menuju kursinya agar tidak berkata sembarangan.

"Shan"

"Minggir".

Feni menggeser tubuh Eli, ia menarik tubuh Shani menuju kamar mandi perempuan. Kedua tangan Feni menyilang didepan dada, ia tidak kalah terkejut saat melihat foto Shani yang sedang berciuman dengan seorang laki-laki dan foto Shani yang sedang tertidur bersama seseorang yang didalam hotel ditunjukkan Eli kepadanya.

"Shani aku tau kaget tapi kamu harus jujur sama aku, itu bukan kamu kan?" Feni bertanya setelah mengunci pintu, ia juga sudah memastikan tidak ada satu orang pun didalam bilik kamar mandi.

Shani berpegangan pada washtafel. "Itu aku, Fen".

Kedua bola mata Feni membulat. "Shan?"

"Itu bener aku, tapi demi Tuhan aku nggak pernah tidur sama siapapun". Shani menatap Feni, ia meraih satu tangan Feni untuk meyakinkan Feni. "Fen please percaya sama aku, jujur aku nggak mungkin sebodoh itu, Fen".

Feni memegang lembut pundak Shani, berusaha menenangkan sahabatnya yang terlihat sangat panik. "Aku percaya sama kamu, tapi orang-orang diluar sana nggak akan semudah itu percaya shan".

"Sebentar". Tubuh Shani mendadak kaku. "Jangan bilang kalau Gree udah tau? Chat aku nggak dibales sejak malem, fen".

"Shan, kamu tenang dulu coba".

Shani menggeleng, ia menggigit jemarinya. "Fen, aku harus apa kalau Gracio nggak percaya sama aku?"

"Shani", panggil Feni dengan suara selembut mungkin. "Kamu tenang dulu ya? Sekarang ke kelas dulu, udah bel masuk soalnya".

GRACIOSHANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang