Part 6

36 3 2
                                    

Memilih antara dua pilihan yang berat. Cinta pertama VS pacar pertama. Aku harus beneran nyari tau perasaanku. Tiba-tiba telponku berdering. Telpon dai Bin.

"Kenapa Bby?"

"Kamu lagi bingung kan milih aku atau Nunu?"

"Kok kamu bilang gitu? Aku mau ketemu kamu sekarang. Aku jemput ya"

"Oke"

Bin menjemputku.

Setelah berjalan cukup jauh, Bin menghentikan mobilnya dekat sebuah taman.

"Kita mau turun disini?"

"Kita nggak akan turun, Bby"

"Bby, kamu mau ga jadi istriku?"

Bin melamarku.

"Kamu yakin ini bukan karena buru-buru?"

"Bisa jadi karena buru-buru, daripada aku telat dan pada akhirnya nyesal?"

Aku menatap mata Bin dalam-dalam. Apa benar Bin serius. Aku terdiam begitu lama, membiarkan otakku memikirkan A sampai Z. Dan aku mengambil keputusan.

"aa..." aku tidak jadi meneruskan kalimatku. Ibu menelpon.

"Kenapa Bu?"

"Nunu masuk rumah sakit, dia kecelakaan" kata Ibu panik.

"Hah? Aku ke rumah sakit sekarang, Bu" kataku dan menutup telpon.

"Bby, ke RS sekarang"

Bin yang panik pun segera melaju menuju rumah sakit. Aku mencari tempat Nunu di rawat.

"bu, ibu, Nunu gimana bu?" tanyaku pada Ibu ketika sampai di depan ruangan Nunu dirawat.

"Dia belum sadar"

"Mami sama Papinya udah dikabari?"

"Hape mereka ga aktif"

"ya ampun"

Hari ini aku sangat depresi memikirkan Nunu, apa dia akan baik-baik saja

Hari ini aku sangat depresi memikirkan Nunu, apa dia akan baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu jam kemudian, dokter yang menangani Nunu keluar dari ruang operasi. Nunu sudah melewati masa kritisnya. Namun saat ini belum sadar. Nunu dipindahkan ke kamar. Aku dan Bin menemani Nunu. Saat melihat Nunu, hatiku sakit sekali. Aku tidak kuat menahan air mataku. Aku menangis sejadi-jadinya melihat keadaan Nunu.

"Nu, bangun Nu. Lu ga mau berantem lagi sama gue?" kataku berusaha agar Nunu bangun.

Bby, Nunu kok ga jawab aku sih Bby. Aku pengen ngomong sama dia, Bby" kataku pada Bin yang daritadi hanya lebih banyak diam.

"Nu, lu kok bisa kayak gini sih Nu. Nu, bangun Nu"

"Bby, uda Bby,, kita doain Nunu biar cepat sadar ya"

Bin menenangkan aku.

"Makasih ya Bby"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih ya Bby"

"Iya, Bby. Kamu disini dulu ya, aku cari makan dulu buat kamu. Kamu belom makan sejak tadi"

"Iya, Bby"

Saat Bin pergi, aku duduk di samping Nunu. Aku memegang tangan Nunu dan kembali menangis. Bin datang, dia kembali menenangkan aku. Bin sabar banget.

"bby, orang tua Nunu belum ada kabarnya?"

"belum, Bby"

"Apa mereka sesibuk itu?"

"Iya, Bby. Kalau sibuk banget kayak sekarang mereka bakal susah banget dihubungi"

"Kasian banget sama Nunu"

"Iya, Bby, makanya Nunu lebih senang menghabiskan waktunya di rumahku. Dia ngerasain kehangatan dengan tinggal di rumahku"

3 hari berlalu, Nunu belum juga sadar. Aku sama sekali belum meninggalkan rumah sakit. Orang tua Nunu juga sama sekali belum ada kabar. Aku makin kasihan dengan kondisi Nunu. Selain aku yang setia nemenin Nunu, Bin juga setia nemenin aku. Orang ini beneran baik banget.

"Bby, tangan Nunu gerak, Bby" kataku.

Bin segera memanggil dokter.

Syukurlah Nunu sudah sadar, aku dan Bin mengurusnya bergantian sampai dia benar-benar pulih. Sekitar dua minggu kami menghabiskan waktu untuk menemani Nunu di rumah sakit.

"Sembuh lu sekarang? Makanya jangan suka ngebut dong"

"Y/N, gue lagi kacau banget"

"heh? kenapa?"

"Mami sama Papi gue mau cerai"

"What?"

"Iya, setelah dengar kabar itu, mereka bahkan ga bisa dihubungi"

"Kamu sabar ya Nu" Bin berusaha ikut menenangkan.

"Gue harus gimana sekarang. Gue bakal hidup sendirian. Gue gamau milih antara mereka berdua"

Aku dan Bin terdiam mendengarkan cerita Nunu. Nunu pasti sangat terpukul dengan kejadian ini.

-----

Seminggu kemudian, Nunu sudah diizikan pulang oleh dokter. Aku dan Bin mengantarnya ke rumah. Di rumah, Ibu dan Bapak menyambut kepulangan Nunu. Ibu memeluk Nunu sangat erat dan tidak bisa menahan air matanya.

"Ibu udah denger ceritanya, Nu. Kamu yang sabar ya. Nunu masih punya Ibu sama Bapak disini. Nunu mau pindah disini pun gapapa"

Selesai makan, aku dan Bin duduk di teras berdua.

"Pertanyaan waktu itu masih berlaku ga?" tanyaku pada Bin

"Masih lah, uda mau dijawab?"

"Mau"

"Mau dijawab atau mau nikah ni?"

"Mau dua-duanya, haha"

"Serius? Beneran?"

"beneran"

"tapi ini waktu yang tepat ga sih buat ngumumin?"

"kayaknya sih"

"kamu ga bilang dulu sama Nunu?"

"menurut kamu gimana?"

"ga perlu bilang, gue denger kok. Selamat ya kalian" kata Nunu yang berdiri di depan pintu.

"Y/N, maafin gue sempat bikin lu bingung, Bin orang yang baik, gue bisa percaya kalau lu sama Bin. Tapi Bin, lu bakal sering liat gue, gue kayaknya bakal tinggal lama di rumah ini"

"Iya, Nu. Lu jadi abang ipar gue kan"

"nah, iya, itu aja. Sana gih kasitau ibu"

----------

"Pak, Bu, Y/N mau nyampein sesuatu. Bin uda ngelamar Y/N, Y/N terima. Ibu sama Bapak gimana?"

"Ya udah, kalau itu pilihan Y/N" kata Bapak

"Iya, Ibu Setuju kok" kata Ibu.

Pada akhirnya, aku merelakan cinta pertamaku untuk pacar pertamaku. Terima kasih ya Nu sudah menjadi orang yang sangat pengertian dan jagain aku selama ini. Terima kasih karena uda ngajarin banyak hal sama aku. Terima kasih uda dengan ikhlas biarin aku sama Bin. Semoga kamu segera menemukan jodohmu juga.

the end.


First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang