Askara menghentikan motornya di sebuah halaman rumah yang cukup minimalis. Ia membuka helm nya, mengedarkan matanya kesekeliling rumah Arunica, rumah Arunica cukup sederhana berbanding balik dengan rumahnya. Tapi walaupun terlihat sederhana dan minimalis rumah Arunica memiliki halaman juga beberapa lahan kosong yang sangat terawat dan bersih. Dan ada juga sebagian lahan yang di buat sebagai taman bunga yang begitu indah. Sehingga rumah ini terlihat sangat nyaman untuk di tinggali.
Ah, dulu juga Askara pernah , tinggal di rumah sesederhana ini bersama bundanya saat ia masih berusia lima tahun. Bahkan lebih sederhana dan kecil dari rumah Arunica. Tapi, rumah itu sangat nyaman dan hangat untuk di tinggali.
Tiba tiba saja Askara merindukan rumah sederhananya, sebelum ayahnya datang membawa mereka untuk tinggal bersamanya dirumah yang sangat besar seperti sekarang.
"Ini , rumah Lo?" Tanyanya memandang Arunica
Arunica mengangguk singkat, dengan seulas senyum yang sedikit di paksakan seraya mengembalikan helm milik Askara. "Eum, thank you."
Askara hanya mengangguk sebagai balasan.
"Lo mau langsung pulang?" Tanya Arunica sambil menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal.
"Emang, Lo mau nawarin gue mampir?"
Arunica menggelang cepat "Tentu aja nggak!" Ucapnya tanpa dosa dan berhasil membuat Askara menggelangkan kepala.
Bisa bisanya gadis itu tidak berniat menawarkannya mampir untuk sekedar basa basi. Padahal Askara sudah berbaik hati mengantarkannya pulang. Benar benar!
"Arunica" Panggilnya seraya merongoh saku hoodienya, mengeluarkan benda pipih berupa ponsel.
"Apa?"
"Boleh minta nomer, Lo?" Askara mengulurkan ponselnya pada Arunica
Kening Arunica mengernyit "Buat apa?"
"Apapun, boleh?" Ulang Askara
Arunica memandang lama ponsel yang Askara ulurkan , sesaat kemudian ia mengambilnya. "Karena Lo sudah berbaik hati mengantarkan gue pulang, jadi gue kasih." Ucapnya seraya mengembalikan ponsel Askara setelah mengetikan nomer ponselnya.
Askara mengangguk paham dan memasukan kembali ponselnya kesaku Hoodie.
Setelah itu Askara memandang Arunica yang masih berdiri disampingnya sambil memainkan tali ransel berwarna biru langitnya. Hal yang di lakukan Askara mengundang kerutan dahi dari Arunica .
"Lo , gak pulang?" Tanyanya karena Askara hanya berdiam diri sambil memandangnya setelah mendapatkan nomer ponselnya.
"Setelah liat Lo masuk." Balas Askara singkat.
"Ah, gitu. Kalau gitu gue masuk dulu, bye..." Senyum Arunica berbalik berjalan kearah pintu dan mengetuknya beberapa kali.
Sesekali matanya melirik Askara yang masih menatapnya dengan kerutan dahi. Arunica tersenyum canggung memperlihatkan deretan gigi putihnya pada Askara, sampai pintu di hadapannya terbuka. Dengan cepat Arunica mendorong pintu itu lalu masuk kedalam , ia langsung menutup cepat pintu itu. Membuat sang pemilik rumah yang baru saja membukakan pintu terkejut.
"Lo ngapain sore sore kerumah , gue?" Tanya sang pemilik rumah yang tak lain adalah Alina "Lo, diantar kak Askara?" Terkejutnya saat matanya tak sengaja melirik keluar jendela. Dimana Askara masih berada disana bersiap untuk pulang setelah melihat Arunica masuk kedalam rumah.
"Eum, ceritanya gak panjang, nanti gue ceritain Na." Arunica mendorong tubuh Alina menuju ruang tengah milik gadis itu
"Kok, Lo bisa pulang sama kak Askara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNICA (On Going)
Teen FictionArunica Gabriella Bible, gadis 17 tahun murid Starlight yang cukup pintar. Arunica cantik, ceria dan di gemari banyak orang karena keramahan dan kebaikannya. Tapi, tidak bisa di pungkiri , banyak juga yang tidak menyukai Arunica. Seperti Cassiera, a...