Askara memarkirkan motornya disamping mobil lamborghini merah keluaran terbaru milik bunda nya. Setelah itu ia memasuki rumahnya yang bernuansa putih.
"Baru pulang , ta? Habis dari mana dulu?"
Pertanyaan itu Askara dapat dari Tari tepat saat ia baru mucul dari balik pintu rumah. Tari adalah bundanya, bunda kesayangannya yang sangat ceroboh.
"Latihan basket, Bun." Balasnya seraya mendudukan diri dihadapan Tari yang sedang merajut syal untuk Cica anak anjing berusia 2 tahun kesayangan Tari.
Perlu kalian ketahui, bunda Askara ini sangat suka merajut dan sangat menyukai anak anjing yang lucu lucu.
"Sama langit?"
"Hm."
Askara hanya berdeham sebagai balasan.
"Ah, kamu sudah bisa bohong sama bunda ternyata." Ucapnya dengan tenang
"Bunda, gak percaya sama Tata?" Ucap Askara , Tata adalah nama kecilnya sekaligus nama panggilannya dirumah. Yakni Talenta, nama tengahnya.
"Langit ada di kamarmu, sejak empat puluh lima menit lalu." Senyum Tari. Alih alih marah mendapati putra satu satunya berbohong, ia malah mengulas sebuah senyum dengan santai.
Ini kali pertama Askara berbohong padanya, sejak kecil anak itu selalu menjadi anak baik, jujur dan penurut. Tak pernah mengecewakannya sekalipun dengan bersikap nakal seperti anak anak lainnya. Tari tidak ingin marah atau mempermasalah kan kebohongan pertama Askara. Mungkin, anak itu memiliki alasan mengapa berbohong padanya.
"Aku mengantar pulang teman sekolahku dulu, Bun." Jujur Askara. Sebenarnya ia tidak berbohong pada Tari, dirinya memang habis latihan basket sebelum mengantar Arunica pulang. Dan Langit juga bersamanya tadi,
Dan, mengapa juga saat ini Langit ada di rumahnya, padahal Askara tidak melihat motor anak itu terparkir di halaman rumahnya.
"Kamu punya teman lain selain Lea dan Langit? Siapa? Perempuan?"
"Iya" Singkat Askara. Sebenarnya, ia tidak yakin Arunica bisa dia sebut teman atau bukan mengingat mereka baru saling kenal nama siang tadi.
Tari menghentikan kegiatan merajutnya, ia memandang Askara dengan tatapan penuh arti "benar perempuan? Jangan bilang dia pacar kamu, ya?" Tebak Tari. Selama ini Askara tidak mudah berteman , sejak kecil ia hanya berteman dengan Lea juga langit saja. Hal itu kadang membuat Tari heran, mengapa putranya itu tidak pernah membawa teman lain selain mereka berdua.
Kali ini anak itu mengaku memiliki teman baru, langsung perempuan pula. Tari yakin, perempuan itu pasti pacar Askara, atau crush anak itu. Karena , sejak dulu Askara tidak pernah mau bermain dengan perempuan selain Lea. Jika anak itu memiliki teman perempuan lain selain Lea , pasti anak itu menyukainya.
"Apaan sih Bun, hanya teman biasa." Ucap Askara, mengapa juga bundanya mengira Arunica pacarnya hanya karena gadis itu perempuan yang dia antar pulang. "Udah ah, aku mau istirahat dulu kekamar ku." Lanjutnya seraya bangkit, meninggalkan Tari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Askara mendorong pintu kamarnya, menaruh asal tasnya dan langsung menghempaskan tubuh lelahnya ke atas sofa yang tersedia dikamarnya.
"Lo, ngapain di rumah gue?" Tanya Askara pada Langit yang asik duduk bersila sambil memainkan PS miliknya.
"Cari pencerahan." Balas Langit tanpa mengalihkan matanya dari layar televisi milik Askara
"Ngapain cari pencerahan di rumah gue? Biasanya juga nongki di cafe kecengin anak gadis orang!"
"Males gue. Setelah gue pikir pikir, kasihan juga anak orang gue baperin terus tanpa di kasih kepastian. Udahlah, mending gue main PS aja daripada bikin anak orang patah hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNICA (On Going)
Teen FictionArunica Gabriella Bible, gadis 17 tahun murid Starlight yang cukup pintar. Arunica cantik, ceria dan di gemari banyak orang karena keramahan dan kebaikannya. Tapi, tidak bisa di pungkiri , banyak juga yang tidak menyukai Arunica. Seperti Cassiera, a...