09

1 0 0
                                    

“Sejak pertama kali kita ketemu.. aku sudah mengagumimu. Rasa itu semakin besar ketika mendengar syair ayat yang kamu lantunkan untuk Allah dan para malaikatnya disepertiga malam, waktu nginap di rumahmu. Karena getaran hari itu.. membuatku percaya bahwa 'kamu memang hawa yang Allah kirimkan untuk melengkapi kekuranganku.”
.
.
Jangan Lupa Supportnya, yah. Share cerita sebanyak banyaknya biar authornya semangat dan ciptain ide yang menarik, terimahkasih.

💕Happy Reading💕

.
.
.

Bintang-bintang sudah menghias langit gelap, cantik berkilau menggantung disana memanjakan mata insan yang percaya keangungannya.

Namun ditengah suasana indah diluar sana, dua bola mata lentik memicing bingung pada dress  asing yang menggantung di salah
satu hanger stainlis dalam kamarnya.

“Cantik 'kan, Sal?”

Ujaran Dani yang berasal dari bibir pintu membuat wanita itu sontak berbalik. “Kamu yang kasi aku?” selidiknya tak percaya.

Dani menyandarkan diri pada kusen pintu dengan tangan terlipat didada. “Habibi,” jawabnya.

“Uweek!" Umpat Salsa. “Ngapain?”

“Jangan salah sangka dulu.” Dani menghampiri pemilik wajah kecut itu kemudian mengambil dan menegakkan Dress tersebut dihadapannya. “Cocok kamu.”

Salsa menapik kasar Drees itu, matanya meyala menatap. “Punya rencana apa kau sama Habibi?”

Suaranya memang sangat lirih namun penuh penekanan membuat pria itu merinding. Sekuat elusan dada Dani berusaha bertahan dengan tatapan tajam itu.

"Habibi mau kenalin kamu sama calonnya. Jadi gak usah mikir enggak-enggak.”

Penjelasan Dani belum membuat Salsa berhenti menatap kesal, ia masih sangat curiga.

“Atau kau harapin Habibi, yah! 'Aargh!!”

Tuduhan Dani berakhir pekikan ketika wanita itu melayangkan pukulan di pundaknya.

“Gila! kau cewek ato laki!” umpat Dani seraya mengelus pundak.

“Laki! klo Kamu berani macam-macam,” balas Salsa kemudian mengambil kembali drees berwarna kalem tersebut.

Dusty Pink, yang memang menjadi warna kesukaan membuat ia tak bisa memungkiri rasa takjub terhadap dress elegan berbahan brokat tersebut.

"Mas Habibi beli gaunnya dimana sih, Bang? cantik banget desainnya.”

“Yang jelas bukan di butik jadi-jadianmu,” cibiran Dani mendapat lirikan sinis dari Salsa, namun wanita itu kembali menatap kagum dressnya.

"Jam 8 malam kita sudah harus disana,” kata Dani.

Salsa terdiam, ia bergumam sendiri mengenai pembayaran makan malam nanti. Bagaimana bisa dirinya membiayai pertemuan diner antara Habibi dan calonnya?

Harga dirimu dimana, sal!

Dani yang mendengar gumanan tersebut hanya tersenyum sembari geleng-geleng kepala.

                          💕
Setelah melaksanakan salat 'isya Dani sudah siap dengan kemeja abu. Ia duduk di ruang tamu sembari memainkan ponsel menunggu wanita yang katanya masih berdandan dalam kamar.

10 menit kemudian.

“Mau kemana, Ndo?” tanya Abi Zukri ketika melihat putrinya keluar kamar dengan penampilan cantik mengenakan dress pemberian Habibi yang ia padukan dengan hijab pasmina yang senada dengan warnanya.

Naluri TitipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang