PROSES REVISI
Kost-Kostan Bu Emy , gudangnya cewek dengan visual gak ada batasnya . Sekumpulan sahabat dengan kedudukan dan pendidikan yang sama .
Latar belakang : Kuliah , keluarga
Genre : General fiction - Romance - drama - Teen fiction
( Non Ba...
Siapa yang tahu takdir? masa depan atau peristiwa terjadi? Tak bisa diduga. Nyatanya semuanya sudah diskenario, takdir sudah ditentukan. Yang artian mereka, sembilan gadis dengan perbedaan mendalam memang sudah ditakdirkan bersama. Dan itu singkatnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
-
Jika diceritakan awal mulanya mereka saling kenal dan berakhir bersahabat tidak akan ada habisnya. Intinya mereka sudah bersahabat tiga tahun lamanya, menjalani masa-masa ospek dan kuliah bersama. Tinggal di kost-kost an bukan berarti mereka itu miskin, hanya saja dari awal perjanjiannya begitu. Perbedaan wilayah jelas mempengaruhi, dan karena itu mereka bisa sedekat ini hingga dinobatkan sebagai 'sahabat sehidup semati'.
Jika mengingat masa ospek, adalah masa yang paling lucu kesembilan gadis itu alami. Datang terlambat hingga mendapat hukuman bersamaan. Sebab, mereka tidak akan pergi jika yang lainnya belum siap. Jadi sudah tau sedekat apa mereka kan?.
Pagi ini seperti biasa kost-kost an bu Emy selalu ramai dengan para penyewa kost, terlebih lagi kesembilan gadis itu. Bedanya, hari ini tidak lengkap. Yang artian di hari Kamis ini, tidak semua dari mereka ada kelas pagi.
Kicauan burung dipagi hari nyaris kalah karena gerutuan salah satu gadis berambut hitam legam dibawah bahu. Yang dari tadi mengocehkan jika ia bisa terlambat.
Ella yang notabenya satu kamar kost dengan Seli hanya mampu mencuri lirik pandang pada sang empu yang sedari tadi mengoceh.
"Astagaaa dimana sih mereka, ada kelas gak sih El?" Ella yang sedari diam merespon cengo pada Seli yang bertanya padanya.
Sambil diam sejenak, seakan memikirkan sesuatu lantas ia menjawab. "Yura, Fanya, Arin sama Sienna ada kelas pagi kok. Tenang, mungkin bentar lagi mereka keluar."
Seli menurunkan sudut bibirnya cemberut, sudah biasa jika tunggu-tungguan seperti ini. Namun kali ini berbeda. "Udah 15 menit kita nunggu El, mereka bangun belum sih?"
"Coba bentar-bentar, ehh tuh Arin sama Sienna." Niat ingin menelfon Arin tidak jadi karena melihat kamar dengan pintu putih di bagian pojok terbuka, menampilkan dua sahabatnya Arin dan Sienna yang tengah berjalan sambil memperbaiki penampilannya.
Mendongak dengan tubuh tegap, menghembuskan nafas lega. Seli menyilangkan kedua tangannya di depan dada, dan wajah datar kelewat judesnya. "Sumpah kalian tuh kenapa sih lamaa banget, telat ntar!"
"Yeuu sabarlah, di mana yang lain?" tanya Arin menolehkan kepalanya melihat beberapa pintu kost yang masih tertutup rapat.
"Tau, masih kalian aja." Respon Ella memakai kembali totebag coklat polosnya.