Ketika palu itu di ketuk, semuanya telah berakhir. Moment indah dengan rasa cinta membuncah kini telah menjadi kenangan dan hanya menyisakan rasa kesakitan.
Pernikahan yang mereka gadang-gadang sejak bangku sekolah, kini tak sesuai harapan. Di usia pernikahan mereka yang ke tiga tahun, mereka di hadapkan banyak cobaan hingga berujung perceraian seperti sekarang.
Hendery maupun Xiaojun, masing-masing dari mereka menginginkan hal ini. Mereka merasa mereka sudah tak cocok lagi.
Ketika Xiaojun selalu ingin berkarir di usianya yang masih muda, dan Hendery yang selalu mendesaknya untuk berhenti dan hanya menjadi ibu rumah tangga.
Masalah sepele, namun karena keegoisan mereka berdua, kini mereka telah resmi bercerai. Membangun hidup masing-masing dari awal atau bahkan bersikap seolah tak saling mengenal.
"Terimakasih, aku pikir aku banyak belajar dari hal ini." Setelah selesai persidangan, Hendery dan Xiaojun berbincang sebentar di restoran disamping gedung peradilan.
Xiaojun tersenyum. "Ya, inilah akhir kita."
Berbincang sebentar dengan mantan suami bukan hal buruk bukan?
.
.
.
.
.
.
.
"Kau mau kemana?" Renjun, sepupu Xiaojun kini sedang berteriak memanggil sepupunya yang tiba-tiba lari meninggalkannya.
Xiaojun seolah tuli, tujuannya sekarang hanyalah toilet. Perutnya serasa di kocok, ia ingin memuntahkan semuanya, tapi yang keluar hanya cairan bening.
"Kamu kenapa?" Renjun datang menghampiri Xiaojun.
"Hoekk, ungh!" Kepala Xiaojun terasa berputar-putar.
"Kamu tadi habis makan apa? Ayo kerumah sakit! Aku jadi takut." Renjun yang takut terjadi apa-apa dengan sepupunya itu segera memapah tubuh lemas Xiaojun ke mobilnya untuk pergi ke rumah sakit.
Renjun cukup kesusahan karena badan Xiaojun lebih berisi daripada dia, namun ia tetap berusaha.
Mengendarai mobil dengan cukup cepat, karena tak tega melihat wajah Xiaojun yang pucat pasi. Membelah jalan menuju rumah sakit terasa melelahkan ternyata.
Sesampainya di rumah sakit, Renjun langsung saja membawa Xiaojun ke IGD untuk diberi perawatan, belum sempat sampai di IGD Xiaojun terlebih dahulu kehilangan kesadaran.
"Jun!!! Ahhh!" Renjun bingung, bagaimana ia bisa membawa tubuh Xiaojun? Tenaganya tak sebesar itu.
"Ayo saya antar!" Tiba-tiba seorang laki-laki datang.
Akhirnya!!
Renjun bersyukur akhirnya ada orang yang mau menolongnya.
.
.
.
.
.
"HAMIL????" Teriakan Renjun menggema di seluruh ruangan. Memegang kepalanya yang berdenyut nyeri.
"Ahhhkkk sialan!" Ia meruntuki sikap Xiaojun yang bodoh, bagaimana bisa ia hamil???? Apakah dengan Hendery? Ia harus mencari tahunya nanti.
.
.
.
.
"Apa?" Xiaojun yang baru saja sadar langsung diberikan informasi jika ia tengah hamil, tentu saja ia terkejut bukan main.
"Siapa ayahnya? Hendery?" Renjun menatap Xiaojun penuh selidik.
"S-sepertinya......" Xiaojun menjawab dengan ragu, perasaannya campur aduk. Takut, sedih, senang bercampur menjadi satu.
"Kapan kalian terakhir kali melakukannya?" Tanya Renjun.
Xiaojun mulai berpikir, tanpa sadar wajahnya tiba-tiba memerah. "S-satu bulan yang lalu? Mungkin. Yang ku ingat sebelum akhirnya kami bertengkar hebat sampai memutuskan untuk bercerai."
"Sekarang bagaimana? Tidak mungkin kan kau datang minta pertanggungjawaban pada mantan suamimu!"
Xiaojun menunduk. "A-aku tak tahu."
Renjun memijat pangkal hidungnya. " Sekarang pilihan mu hanya ada dua, pertahankan atau gugurkan!"
.
.
.
.
.
.
"Ayah." Hendery terkejut bukan main saat melihat ayahnya berada dirumahnya, ingat! Rumahnya.
"Kenapa tidak memberikan kabar jika kamu bercerai dengan Xiaojun?"
Ayahnya tidak berubah, selalu to the point saat berbicara. Ia bingung bagaimana sekarang?
"Sebenarnya......"
Akhirnya Hendery mulai menceritakan semuanya, awalnya Ayah Hendery marah. Namun bagaimanapun juga ini adalah keputusan mereka berdua, jadi ia bisa apa?
"Sekarang dia tinggal dimana?"
"Rumah lamanya." Jawab Hendery.
Tuan Wong hanya mengangguk paham. "Besok datanglah ke rumah utama, Kakek akan mengajak mu makan malam disana dengan kakak-kakak mu."
"Dalam acara apa?"
"Menyambut ku pulang mungkin?" Setelahnya Ayah Hendery terkekeh pelan larena melawak namun tidak lucu.
"Aku malas." Jawab Hendery.
"Kenapa? Dia kakekmu, kakakmu besok juga kesana, jarang kan lihat kakak-kakak mu pulang."
"Pasti si tua itu merencanakan sesuatu untukku. Alasan kenapa aku selalu mendesak Xiaojun untuk hamil dan berhenti bekerja adalah karena Kakek, ia selalu ingin cicit untuk perusahaan!"
"Eh?" Tuan Wong terkejut, tadi Hendery tak bercerita soal hal ini, namun karena emosi anak itu mungkin ia lupa jika telah memberi Informasi penting pada Ayahnya.
"Hendery!" Tuan Wong berteriak keras saat anaknya itu pergi tanpa pamit, bahkan meninggalkan nya sendiri. Padahal ia jauh-jauh dari Jerman pulang untuk menemui anaknya, tapi malah di sambut seperti itu oleh anaknya.
Dan tujuan Hendery sekarang adalah tempat biasa ia menghabiskan waktu untuk menenangkan dirinya. Tempat sepi di bukit sebelah utara kantor, disana ia terbiasa menghabiskan waktu sendiri, atau mungkin bersama Xiaojun dulu. Ya, hanya masalalu.
T.b.c
A/N
Pdhl mah masih saling suka, hadeh
KAMU SEDANG MEMBACA
After Divorce ; henxiao
FanfictionHanya secuil kisah Hendery dan Xiaojun setelah resmi bercerai. note : - marriage life! - dom! Hendery. - sub! Xiaojun. - 17+ [boy x boy] started 23022022 ending - ©2022, lussiana_