Kepala Hendery pening bukan main, saat ia tahu bahwa Xiaojun hamil dan lebih gilanya lagi pria manis itu menggugurkan kandungannya.
Ia bingung, siapa yang patut disalahkan? Dirinya atau Xiaojun? Tunggu, kenapa ia mengalahkan dirinya. Ini semua karena Xiaojun, jika pria itu jujur padanya dari awal semua ini tidak akan terjadi.
"Hendery?"
Hendery yang tengah asik melamun kini dikejutkan dengan panggilan dari Mark, ia menoleh dan menyambut baik panggilan tersebut.
"Ada apa?" Sebenarnya mereka adalah teman, yah dalam bisnis. Tapi sejujurnya mereka pernah satu universitas dulu.
"Melamun bukanlah hal yang baik."
Hendery terkekeh. "Aku tahu."
"Mungkin kau bisa membagi ceritamu padaku."
Akhirnya malam ini, Hendery mengatakan semuanya pada Mark, tentang masalahnya dan juga Xiaojun.
Hingga pada akhirnya tawa ringan mengalun dari mulut Mark. "Masih mencintainya eoh?"
Hendery merengut tak suka saat Mark mengejeknya. "Tidak, bagaimana bisa aku mencintai seorang pembunuh."
Hendery masih terus mengelak, mengatakan jika ia sudah tak mencintai Xiaojun. Mengatakan jika Xiaojun adalah pembunuh.
"Jika dari awal ia jujur, aku pikir aku akan menjadi Ayah." Gumam Hendery, namun Mark masih bisa mendengar nya.
Mark menerawang jauh dari tempat nya duduk. "Jangan menyimpulkan sesuatu sendiran, kamu tidak tahu apa yang Xiaojun pikirkan hingga melakukan hal ini. Tanyalah baik-baik, aku tahu Xiaojun bukanlah seperti yang kamu pikirkan. Kita mengenalnya sejak di universitas."
.
.
.
.
.
.
Xiaojun ingin ke kamar mandi, namun ia merasakan sakit yang berlebihan di perutnya. Ia tidak mungkin memanggil Renjun kemari bukan, ia bahkan kehilangan ponselnya. Ia yakin pasti masih tertinggal fi bukit, itupun jika tidak ada yang mencurinya.
"Akhh!" Xiaojun meringis saat perutnya kembali merasakan nyeri, ia berusaha berjalan dengan bantuan dinding. Entah bagaimana ceritanya Xiaojun kini hampir terjatuh karena pegangannya meleset.
Ia pikir ia akan jatuh, namun yang ia rasakan adalah sebuah tangan besar yang melilit pinggangnya. Menopang tubuhnya agar tak membentur lantai.
"Kau selalu ceroboh!" Sarkas sosok tersebut.
"H-hendery." Guman Xiaojun, menatap Hendery yang kini membenarkan posisinya agar berdiri.
"Ingin kemana?"
Xiaojun gugup, ia hanya menunjuk kamar mandi yang jaraknya cukup jauh dari tempatnya.
"Eehhh!" Xiaojun memekik kaget saat tubuhnya melawan gravitasi, Hendery menggendongnya menuju kamar mandi. Sungguh ia deja vu saat ini, mengingat kembali saat mereka masih bersama.
"Lakukan apa yang ingin kau lakukan, setelah selesai panggil aku!" Setelah mendudukkan Xiaojun di closet, Hendery berlalu pergi begitu saja. Meninggalkan tanda tanya besar di kepala Xiaojun.
Hendery itu sulit ditebak, bahkan saat pria itu hampir mencekik Xiaojun tadi. Tapi sekarang pria itu kembali ke ruangannya dan menolongnya.
Namun ia tak mau berpikir lebih, akhirnya Xiaojun menuntaskan apa yang ia ingin lakukan di kamar mandi. Setelahnya berjalan tertatih membuka pintu, yang ia lihat adalah Hendery yang duduk di sofa sambil memainkan ponsel.
"Kenapa tidak memanggil ku?" Tanya Hendery ketika menemukan Xiaojun yang sudah berdiri didepannya.
"Sudah tak sesakit tadi." Jawab Xiaojun.
Anak itu kembali duduk di ranjangnya, walaupun sedikit kesusahan. Tiba-tiba suasana canggung terjadi diantara mereka, tak ada satupun yang membuka suara.
"Aku minta maaf."
Pada akhirnya Xiaojun mengalahkan egonya, meminta maaf lebih dulu pada Hendery yang masih sibuk bermain ponsel.
"Hm?"
"A-aku pembunuh Hendery." Lirih Xiaojun, Hendery yang mulanya sibuk dengan ponsel kini sepenuhnya menatap Xiaojun.
"Ya. Kau pembunuh." Dan tentunya Hendery membenarkan kalimat tadi, bahwa Xiaojun memang pembunuh. Ia tak bisa berpikir jika Kakeknya tahu bahwa Xiaojun melenyapkan keturunan Wong.
"Aku tak pernah berpikir sejauh kamu berpikir, aku hanya memikirkan nasibku, karirku. Aku terlalu takut saat ada satu nyawa yang hidup dalam tubuhku, aku takut jika aku tak bisa menjaganya dengan baik. Aku hampir frustasi saat tahu jika aku hamil, bahkan setelah kita bercerai. Dan jika kamu berpikir ia bukan anakmu, dirimu salah besar."
"A-aku tak pernah dekat dengan siapapun setelah kita bercerai, saat aku menghitung hari ketika kita melakukannya untuk yang terakhir kali, itu hitungan yang pas untuk kandunganku. "
Xiaojun menjelaskan semuanya bahkan sebelum Hendery bertanya, pria itu hanya mendengarkan semua perkataan Xiaojun. Bahkan ketika mantannya itu membahas tentang kapan terakhir kali mereka melakukannya.
Hendery ingat jika waktu itu ia sengaja tak memakai kondom, ia pikir tak akan menjadi bayi. Tapi dugaannya salah, ia menceraikan Xiaojun. Dan sesaat setelah itu mantan istrinya hamil.
Xiaojun terisak pelan, memegang perutnya yang pernah menjadi tempat hidup buah hatinya dengan Hendery. Ada penyesalan, namun ia juga memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk.
Entah dorongan darimana, Hendery memberanikan diri merengkuh tubuhnya Xiaojun. Tubuh yang bertahun-tahun ia rengkuh saat tidur, namun pada akhirnya sekarang ia tak bisa merasakan tubuh kecil itu lagi di pelukannya.
"Jangan menyalahkan dirimu. Aku pikir- ini kesalahan kita berdua."
T.b.c
A/N
Sepertinya ini alur sudah tidak jelas awqawqq, tau g sih aku lagi salting pas baca translate live weibo xiaojun tadi siang.
Tadi kan Hendery nonton live nya Xiaojun, tapi pas Xiaojun ngajak Hendery buat live bareng di tolak Hendery.
Xiaojun. "Ahh! Kenapa kamu menolakku?" Mana mukanya kesal bgt wkwkw.
Trs Hendery klarifikasi. Bilang gini.
"Kamu sibuk ngerangkai lego dan baca komentar fans, pasti kamu gak perhatiin aku nanti."Anjrot anrjot😭😭
Cmiiw ya gaes, soalnya dapet di base negara sebelah😭
KAMU SEDANG MEMBACA
After Divorce ; henxiao
FanficHanya secuil kisah Hendery dan Xiaojun setelah resmi bercerai. note : - marriage life! - dom! Hendery. - sub! Xiaojun. - 17+ [boy x boy] started 23022022 ending - ©2022, lussiana_