"Lupakan saja yang semalam, anggap saja one night stand dengan mantan istri."
Perkataan Xiaojun membuat Hendery terdiam, mudah sekali Xiaojun mengatakan hal itu? Padahal Hendery mati-matian ingin tanggung jawab jika terjadi sesuatu.
"Jangan memaksa, Hendery. Ini hanya satu kali, tak mungkin langsung jadi."
Perkataan yang cukup frontal, namun Hendery pada akhirnya hanya mengangguk. "Makan sarapan mu, habiskan!" Titah Xiaojun.
Hendery memakannya hingga habis, ia jadi ingat masa ketika mereka menikah dulu. Setelah makan, Hendery menawarkan diri untuk cuci piring. Tak enak hanya numpang makan di rumah Xiaojun.
"Setelah ini kau mau ke mana?" Tanya Hendery.
"Dokter Kun."
"Kau sakit?" tanya Hendery khawatir.
"Ya, lebih tepatnya sakit jiwa." Jawab Xiaojun enteng.
.
.
.
.
.
.
.
"Kau kenapa?" Lucas menatap Hendery yang melamun sedari tadi.
"Hah?"
"Apa aku harus menyiram tubuhmu dengan air keras agar kau tak melamun?"
"Berniat membunuhku?"
Lucas terkekeh. "Jangan suka melamun, asal kau tahu saja. Setan di kantor ini menyeramkan, aku tak ingin kau kerasukan hanya karena melamun."
"Diamlah, aku sedang banyak pikiran."
"Halah, paling juga mikir Xiaojun."
Mengapa Lucas tahu? Apakah pria itu cenayang?
"Sok tahu." Yang namanya Hendery, pasti banyak alibi. Ia selalu gengsi mengatakan jika ia masih mencintai Xiaojun.
Tapi ada hal lain yang membuat Lucas mengalihkan perhatian. "Kau habis one night stand dengan siapa?"
"Apa?"
"Lehermu!"
Spontan Hendery menghidupkan kamera ponselnya, melihat apa yang ada di lehernya. "Di gigit nyamuk."
"Nyamuknya Xiaojun ya?"
"A-apa? T-tidak!"
Lucas mengerti, ia hanya iseng saja tadi. Tapi respon Hendery sudah memberikan dirinya jawaban. "Aku tak menyangka, sudah bercerai tapi jatah masih tetap lancar."
"YAK! TUTUP MULUTMU!" Sebelum Hendery mengamuk, Lucas segera berlari. Sahabatnya itu selalu sensitif mengenai topik Xiaojun, lucu sekali.
.
.
.
.
.
.
"Kau? Melakukannya?" Kun hampir tak percaya ketika mendengar curhatan Xiaojun.
"Ya, dan aku sadar jika aku sepertinya sudah gila dan butuh tempat rehabilitasi. Ayo bawa aku ke rumah sakit jiwa!"
Kun malah tertawa terbahak-bahak, Xiaojun itu lucu sekali menurut nya. "Kau tak gila Xiaojun, tapi sedang jatuh cinta."
"Apa-apaan itu?"
"Kau jatuh cinta pada mantan suamimu, rujuk saja agar kondisi kejiwaan mu membaik."
"Aku menyesal datang ke mari, lebih baik aku langsung pergi ke rumah sakit jiwa!"
Xiaojun berdiri, keluar dengan perasaan marah. Saran Kun sama sekali tidak berguna, sedangkan Kun malah tertawa saat Xiaojun sudah keluar dari ruangannya.
Baru kali ini Kun melihat sahabatnya itu frustasi separah itu, bahkan mendiagnosis diri bahwa ia gila. Aneh-aneh saja, tapi jika di pikir lagi, Xiaojun memang gila. Gila karena sosok Hendery, Xiaojun saja yang gengsi.
.
.
.
.
"Maaf? Anda baik-baik saja. Mengapa harus meminta untuk di rawat di sini?" Seorang Dokter di rumah sakit jiwa yang didatangi Xiaojun itu terheran-heran.
"Tapi ... Saya rasa, saya gila Dokter."
Sang Dokter bingung, harus bagaimana lagi. Semua pemerikasaan hasilnya normal, tapi kenapa pria manis didepan nya ini berkata demikian. Pada akhirnya Dokter tersebut meminta Xiaojun bercerita tentang apa yang membuat nya demikian.
Xiaojun menceritakan semuanya tanpa malu, sedangkan Dokter tersebut malah tersenyum. "Saran saya, anda rujuk saja dengan mantan suami anda."
"Yaa!! Dokter sama saja dengan Dokter abal-abal Qian Kun!"
Dokter tersebut geleng-geleng kepala, ada ada saja tingkah pasiennya ini. Membiarkan Xiaojun pergi dengan amarahnya.
Sepanjang jalan Xiaojun masih saja mendumal tak jelas, untuk jalan kaki rasanya bokongnya masih sakit. Tapi tak peduli, ia bukan sub yang lemah.
Bruk!
"Ahh!" Xiaojun jatuh terduduk karena tak sengaja menabrak pohon di trotoar.
"Brengsek! Siapa yang menanam pohon di sini?" Padahal jika di pikir lagi, ia sering lewat ditempat itu, tapi kenapa baru sekarang ia marah?
Xiaojun menendang pohon itu dengan kesal. "Aku akan menebangmu lain kali!"
Berniat ingin melanjutkan perjalanan, Xiaojun kini terpaksa terhenti karena tak sengaja bertemu Hendery. Ingin putar arah, tapi Hendery lebih dulu memanggilnya.
"Payaah!"
"Xiaojun?" Hendery menyapa Xiaojun, namun si manis hanya tersenyum tak Ikhlas.
"Sedang apa ke mari?" Hendery memberanikan diri untuk bertanya, padahal ia juga gugup. Apalagi ketika melihat Xiaojun menggunakan syal di musim panas seperti ini untuk menutupi tanda yang ia buat. Mengingat kembali hal itu, Hendery jadi malu.
"Ini tempat umum, siapapun berhak kemari." Seperti biasa, jawaban ketus yang Hendery dapatkan.
"Kita sudah berada tepat di depan cafe, tidak ingin sekedar minum teh atau pesan dessert?" Tawar Hendery.
Xiaojun menoleh, ah benar, ia baru sadar. Tiba-tiba ia ingin makan matcha cake, tapi ia gengsi jika harus masuk bersama Hendery.
"Tidak perlu."
"Bena ..."
Kruukk!"
"Aku tahu kau lapar, jadi ayo pesan beberapa makanan." Hendery menarik tangan Xiaojun. Xiaojun merasakan ada sengatan aneh kala ia bersentuhan dengan Hendery.
Kelebatan itu datang lagi, ia segera meggeleng cepat. "Sadar, Xiaojun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Divorce ; henxiao
FanfictionHanya secuil kisah Hendery dan Xiaojun setelah resmi bercerai. note : - marriage life! - dom! Hendery. - sub! Xiaojun. - 17+ [boy x boy] started 23022022 ending - ©2022, lussiana_