Perasaan itu mudah berubah, hari ini mungkin diriku menyukainya. Entah jika besok, atau hari berikutnya. Mungkin perasaan ini sudah pudar dan tak lagi sama seperti dulu.
Aku berkhayal jika Elder akan datang kembali, namun penantian ini seakan sia-sia. Kau tak kunjung datang, dan aku mengira jika dirimu sudah mati. Atau mungkin bisa saja kau sudah bersama gadis lain selain diriku.
Penatian ini menyiksa batinku, hingga pada akhirnya aku memilih untuk mengakhiri semua ketidak pastian ini. Maafkan diriku ini, Elder...
Hatiku kini berlabuh pada seorang laki-laki asing, namun dia hadir di waktu yang tepat. Saat diriku benar-benar kesusahan, dia selalu ada untukku. Rue yang menyadarkan segalanya, jika aku harus menerima kenyataan akan semua ini.
Jujur saja ragaku memang bersamanya, namun jiwaku seakan melayang entah kemana. Dimana pun diriku berada, kau selalu muncul didalam benakku. Dan kenyataannya ialah, aku masih tak bisa melupakanmu sampai saat ini.
Aku benar-benar sangat merindukanmu, apakah kau merasakan hal yang sama Elder?
Dan kini semesta mempertemukan kita kembali, aku tak tau rencana sang penguasa bumi dan langit. Apakah kita akan ditakdirkan bersama, atau kita akan menjalani kisah cinta dengan saling mengasihi orang yang bukan kita inginkan.
Benar, cinta memang tak harus memiliki. Namun, semua orang tentunya menginginkan hidup bersama dan saling mengasihi seseorang yang mereka cintai.
Sekarang aku sudah memiliki Rue, aku harus melupakan dirimu. Aku tak mau menyakiti hati Rue, walau perasaan ini tak sama seperti padamu. Aku akan belajar mencintainya dengan tulus sepenuh hati.
Kisah asmaraku bersama Rue dimulai dari sebuah kolom komentar media sosial, dia selalu mengkomentari semua postingan yang ku upload. Dan aku menyadari, sepertinya dia tertarik padaku. Hingga suatu hari dia mengajakku untuk bertemu, dan pada akhirnya kita berteman. Rue tak pernah memberi tahu padaku apa pekerjaannya, dia mengatakan jika dirinya bekerja freelance tanpa terikat waktu.
Sedikit pun diriku tak mempermasalahkan hal itu, namun seiring berjalannya waktu sikap Rue mulai mencurigakan. Dia sering berbohong, namun aku tetap diam dan berpura-pura tak tahu. Hingga akhirnya aku mengetahui jati dirinya yang sebenarnya, Rue seorang b*jing*n.
Aku menjalani sebuah hubungan ini bukan atas nama cinta, melainkan hanya sebuah pelarian juga pelampiasan. Ku anggap semua ini kebodohanku sendiri. Aku tau hubungan kami tak akan berlangsung lama, dan pada saat waktunya tiba akan ku akhiri sandiwara ini.
*
*
*Minggu, 5 Mei 2019
Kala itu diriku masih ingat, kita menonton sebuah film bersama di bioskop. Aku masih sadar akan perlakuannya terhadap diriku, dia benar-benar sudah kelewatan.
Aku tak tau, jika ia mengelabui diriku. Setelah meminum coklat cup pemberian Rue. Mendadak kepalaku terasa pening, mataku berkunang-kunang dan tak lama pun aku tak sadarkan diri.
Setelah beberapa jam kemudian aku mulai tersadar dengan kondisi tubuhku yang sudah terikat di kursi.
Entah dimana sekarang, dia membawaku ke tempat yang sangat suram, redup layaknya agonia.Mulutku ditutupi lakban hitam, kucoba untuk menghentakkan lengan dan juga kaki. Namun sia-sia, ikatannya begitu kuat sehingga tidak mudah dilepaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Story [Hiatus]
RandomKumpulan kisah pendek hasil khayalan seorang gadis gembel yang menyaru sebagai seorang penulis.