Sesampainya di London, gue memberi kabar kepada Mama dan Bunda Ayela terkait rencana gue malam hari nanti. Sesuai harapan, mereka memberikan doa terbaik nya untuk kelancaran rencana."Jaga Ayela baik-baik ya Abang... Mama percaya kalau Abang adalah laki-laki yang penuh tanggung jawab. Mama sudah anggap Ayela sebagai anak mama sendiri... ini kan yang Abang pinta kepada Tuhan? Alhamdulillah sudah ada titik terang. Jaga kepercayaan Mama dan Tuhan ya, Abang." Mama, tempat gue mengadu untuk semua permasalahan menyangkut gue dan Ayela. Mama nggak pernah menghakimi, bagi gue, Mama bagaikan bintang yang dititipkan Tuhan sebagai penuntun jalan. Dan Mama juga yang hari ini dengan ikhlas memberikan restunya tanpa hambatan.
Selanjutnya gue harus mengabari Bunda Ayela. Beliau yang nantinya akan menjadi orangtua kedua gue. It's hard to believe that this is all real. Membicarakan lamaran dengan orangtua perempuan yang gue cintai adalah hal terberat yang pernah gue rasakan.
"Assalamualaikum Bunda... ini Atthalla. Atthalla mau membicarakan sesuatu."
Gue harus menunggu beberapa detik sampai Bunda membalas gue. "Waalaikumsalam, Nak. Sudah lama nggak berkabar, ada apa?"
"Maaf Bunda, Atthalla menghilang belakangan ini. Maaf bikin Ayela sedih, atau Bunda mungkin ikut kepikiran. Athalla sekarang ada di London, aku udah tahu kalau Ayela dapat beasiswa di sini. Atthalla mau nyamperin Ayela Bunda. Atthalla mau melamar anak Bunda. Bunda dan Ayah apakah mengizinkan...?"
"Iya Nak Thalla, Bunda titip Ayela sama kamu, Bunda tahu betul bagaimana sifat kamu... Bunda sudah memberikan kepercayaan sepenuh nya terhadap kamu. Tolong jaga Ayela ya Nak... Bunda doakan semoga niat baik kamu selalu di terima oleh Tuhan. Bunda dan Ayah merestui."
Setelah mendapatkan nasihat dari Mama dan Bunda, gue kembali berpikir akankah gue bisa sepenuhnya menjaga dan membahagiakan Ayela? Selama ini terlalu banyak rasa sakit yang ia dapatkan karena gue.
Lantas gue teringat akan pesan Ghafin, Bunda, dan Mama. yang penting gue punya niat baik, dan gue bersungguh-sungguh.
***
Semalem gue dan Ayela membicarakan banyak hal dalam sambungan telepon, banyak hal yang Ayela ceritakan kepada gue. Tentang bagaimana teman barunya yang tak pernah lupa mengingatkannya makan, ia merasa bertemu lagi dengan Ghaisa nya, katanya.
Ternyata sistem Universitas Kanada dan London hampir sama. Sehari-hari Ayela tinggal di asrama, dan seorang teman yang dikatakan mirip dengan Ghaisa itu adalah teman asramanya.
Gue selalu merasa senang ketika Ayela bercerita tentang banyak hal kepada gue. Semua cerita yang ia ceritakan selalu terasa menyenangkan untuk didengar. Fakta bahwa dia tetap menganggap gue sebagai tempat ternyamannya untuk bercerita. Ayela masih menunggu gue untuk pulang. Pulang dalam artian tidak lagi jauh, dan selalu ada di dekatnya.
"Kak, udah dimana?"
"Di hotel. Kamu butuh sesuatu?"
"Ah, enggak. Kapan mau kesini?"
"Ayela, besok sore mau ke London Eye bareng aku?"
"Ya ampun, Kak. Ayo!"
***
London Eye persis dengan apa yang Ghafin katakan tempo hari, saat gue menanyakan tempat wisata yang paling cocok untuk rencananya. Dengan catatan, nggak boleh terlalu jauh dari letak asrama Ayela. Lantas pilihan jatuh pada bianglala Britania Raya ini.
Bianglala yang terletak di tepi jalan menambah kesan khusus untuk orang yang belum pernah menjelajahi kota London. Ditambah matahari yang langsung menyorot setengah bagian bianglala dan sungai Thames yang membawahi kawasan London Eye adalah enchanty-nya sendiri. Ayela pasti suka semua ini. Si dia adalah penggemar keindahan yang belum pernah ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainfall Along The Time (END)
RomancePertemuan yang di sengaja melalui event sekolahnya, membuat satu dari mereka harus merasakan beratnya jatuh cinta dengan laki lami yang belum selesai dengan masa lalunya, namun atthalla tau tentang perasaan ayela. tapi ia memilih untuk tidak berbuat...