3. Begitu

386 43 0
                                    

sesampainya disana..

"sstthh ahh.. iyah disitu arghh"

Joshua berhenti setelah mendengar suara itu, perlahan dia melangkah dan membuka sedikit pintu dengan hati-hati.

lalu dia mengintip apa yang terjadi di dalam, dan ya dia melihat pamannya sedang duduk dikursinya dan dipijat seorang wanita seksi yang kekurangan bahan, disana ada seorang pria yang duduk di sofa dengan mengisap rokok

Joshua mempertajam penglihatan dan pendengarannya, dia tidak bisa mendengar terlalu jelas apa yang mereka bicarakan karena pria itu berbicara sangat pelan dan dia masih terdiam tanpa minat melakukan apa-apa.

"bagaimana keponakanmu?" ucap pria itu lebih terdengar jelas, merasa terpanggil Joshua pun semakin mempertajam pendengarannya mendengarkan dengan seksama.

"hmm dia sudahh ku bereskan shitt!! lebih pelan" jawab pamannya sekaligus mengumpat pada wanita yang memijatnya karena kesakitan

"benarkah?"

"hmmhh.. dan keluarga jeon yang menemaninya selama ini juga sudah ku bereskan, mereka ku asingkan ke canada"

"kapan kau akan melakukan nya?" pria itu mematikan rokoknya dengan menekan keras ke asbak

"nanti, setelah dia berumur 17 tahun. aku akan mendapat tanda tangannya"

"kau benar-benar manusia pintar Yoon Jeonghan" ucap lelaki itu tersenyum senang, Jeonghan memalingkan wajahnya terlihat tak suka lalu menatap wanita dibelakangnya sengit

"lebih keras lah sedikit! kau terlalu pelan"

wanita itu terlihat marah namun langsung memejamkan mata menghela napas membungkam mulutnya yang terlihat ingin mengumpat. Joshua mendengar semuanya, keluarga Somi yang hanya titipan sementara bayaran dari pamannya, dan kematiannya yang telah direncakan sudah lama oleh pamannya.

Joshua lalu pergi dari sana dengan wajah yang datarnya tanpa ekspresi apapun, namun pikirannya sangat berkecamuk.

semuanya sudah direncakan pamannya, bagaimana dia akan melawannya? dia bahkan tidak tau apa yang akan di lakukan pamannya itu, jadi apakah kematian ayah ibu, nenek kakeknya adalah ulah pamannya? bagaimana dia bisa melakukan semua itu!!

Joshua benar-benar tidak mengerti apa yang di pikirkan pamannya, apa pamannya ingin kekuasaan?? kekuasaan yang harus membuatnya membunuh keluarganya sendiri? apa dia gila!?

sesampainya ia dikamarnya, pikirannya benar-benar berkecamuk. Dia menatap langit yang sudah malam gelap namun terlihat cerah dengan banyak bintang juga bulan purnama yang indah, dia memikirkan apa untungnya mengirim Somi dan keluarganya kepadanya? apa untuk dia agar tidak kesepian dan merasakan kehangatan keluarga, atau untuk mencuci otaknya agar lebih mudah di bodohi? atau mengetahui kebiasaan dan kelemahannya?

Joshua tersenyum, "mungkin yang paling benar adalah yang kedua dan yang terakhir" ucapnya

dia juga memikirkan ucapan pamannya, setelah umurnya 17 tahun? bukan kan kakek bilang saat umurnya 18 tahun? apa pamannya ingin mempercepat semuanya? sepertinya benar.

dia memejamkan matanya sejenak lalu dengan perlahan membukanya, matanya berubah menjadi merah, tatapannya menjadi sangat tajam, juga terlihat kebencian yang begitu dalam di matanya.

"Cukup! kau telah mengambil semuanya dariku, akan ku ambil kembali yang menjadi milikku dan hakku, paman"

Keesokan paginya, sebelum berangkat Joshua sempatkan untuk ke gereja untuk berdoa sebentar, dia ingin mendapat berkat dan petunjuk, 6 tahun hidup dan besar di panti asuhan dia harap tuhan mengasihinya.

Paman!? [Jihan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang