Naruto berjalan dengan lemas kearah hutan.
Pikirannya melayang tidak karuan.Pak tua bodoh kau bahkan tidak pernah memiliki waktu untuk kami!
Setidaknya pikirkan Himawari!
Tou-chan, bangun lah kau membuatku takut!!
Bekerja keraslah Nanadaime!
Tou-chan mau kah kau menemaniku latihan?
Suara riang Boruto memenuhi kepala Naruto. Naruto. Naruto sudah tidak kuat lagi dia melampiaskan kesedihan dan kemarahannya kepada batu besar sehingga hancur. Bagaimana dia bisa menjelaskan ini kepada Himawari dan Hinata.
Naruto berteriak frustasi diiringi air mata yang berlomba-lomba untuk keluar dari matanya. Dia sudah kehilangan orang tuanya, teman-temannya saat perang dunia Shinobi ke-4, kehilangan kurama dan sekarang dia harus kehilangan anaknya.
Putranya.
Sasuke yang sedari tadi memperhatikan dari jauh merasa tidak berguna, jika saja hari itu Sasuke pulang ke Konoha mungkin Boruto tidak akan keluar desa dan semua ini tidak akan terjadi. Sasuke membulatkan matanya saat melihat Naruto mengambil kunai dan mengarahkan kunai tersebut ke lehernya.
Dengan cepat dia berlari ke arah Naruto dan menahan tangannya."Apa kau gila?" Ucap Sasuke
Kemudian ia duduk menenggelamkan
Kepalanya di antara lutut dan tangannya."Maafkan aku, jika saja hari-" ucapan Sasuke terpotong oleh Naruto.
"Mengapa kau meminta maaf Sasuke? Lagi pula ini adalah salah ku, karena tidak bisa menjadi ayah yang baik." ucap Naruto.
"Boruto mungkin sudah bertemu dengan, Ka-chan, Tou-chan, dan ero sannin" ucap Naruto seraya memandangi langit di atas mereka.
"Boruto sudah mengorbankan nyawanya, kita harus menghargainya dan melanjutkan perjuangannya" ucap Sasuke kemudian ikut duduk di sebelah Naruto.
Keheningan menyelimuti mereka. Mereka berdua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Naruto menyesali dirinya yang tidak memiliki waktu cukup untuk Boruto. Jika waktu bisa di putar kembali Naruto rela menjual jiwanya agar waktu bisa di putar dan memperbaiki semuanya.
"Sasuke, aku ingin meminta tolong padamu" ucap Naruto.
"Apa?"
" Bisakah kau selidiki desa iwagakure dan kirigakure?" Ucap Naruto yang membuat Sasuke terkejut. Pasalnya temannya ini tidak pernah sekalipun memiliki rasa curiga terhadap desa-desa lain.
"Ini seperti bukan diri mu, tapi aku akan melaksanakan perintah dari mu tuan Hokage" ucap Sasuke ini pertama kalinya Sasuke memanggil Naruto dengan sebutan Hokage.
"Aku hanya curiga, 2 desa itu memiliki rencana aneh. Mengingat bagaimana marahnya Shikamaru saat pertemuan kage sebelumnya. Bahkan dia ingin mematahkan leher Kurotsuchi dengan jurus bayangannya. Jangan terlalu mencolok"
"Waktta!" Ucap Sasuke kemudian pergi meninggalkan Naruto sendirian di hutan.
Naruto bangkit berdiri dan berjalan menuju makam gurunya, jiraya sang sannin legendaris. Meletakkan batu di sebelah makam gurunya dan mengukir nama putranya.
"Istirahat lah yang tenang putraku, maaf ayah bodoh mu ini tidak menepati janjinya untuk melindungi mu" ucap Naruto lirih.
Para Shinobi telah berkumpul di atas gedung hokage. Bahkan Hinata dan Himawari juga ikut berkumpul. Perasaan Sarada semakin tidak karuan, Mitsuki yang berdiri tepat di disebelahnya menyadari hal itu.
"Sarada tenanglah" ucap Mitsuki
"Perasaan ku tidak enak" ucap Sarada dia sudah tidak mampu membohongi perasaannya lagi.
"Perhatian tuan hokage akan segera datang"
Para Shinobi dengan cepat berdiri membentuk barisan yang rapih siap menyambut kedatangan sang hokage. Naruto datang dengan wajah yang sembab dan banyak menunduk yang membuat Sarada semakin khawatir.
"Boruto Uzumaki...telah...tewas" ucap Naruto dengan air mata jatuh di pipinya.
Hinata yang mendengarnya sontak kaget dan hampir terjatuh jika saja Sakura tidak menahannya. Himawari menangis keras dan di peluk oleh sang kakek Hiashi Hyuga
"Ini bohongkan" ucap Sarada
"Sarada..." Cho Cho menghampiri temannya itu dan mengusap bahunya. Temannya baru saja kehilangan teman dekatnya pasti dia merasa terpukul.
"Sebagai ayahnya.. aku harap kalian dapat memaafkan kesalahannya" ucap Naruto seraya menunduk dalam.
Sarada masih membeku mendengar berita tersebut. Hatinya sakit benar-benar sakit. Dadanya sesak seakan-akan mau meledak.
Orang yang ia cintai telah pergi untuk selamanya."Sarada... Kau baik-baik saja?" Tanya Cho Cho
"hn." Gumanya Sarada lalu membuka matanya.
"Sarada, matamu.."
Sharingan-nya aktif
Lebih tepatnya
Mangekyo Sharingan
Telah bangkit.
--
Langit sepertinya ikut merasakan duka
Yang dirasakan oleh pemuda yang sedang duduk diantara cabang-cabang pohon. Rasa sepi menerpanya dan kegelapan seperti memanggilnya."Setelah kehilangan mataharimu, apa yang akan kau lakukan, Mitsuki?" Tanya seseorang yang sedari tadi ada di balik pohon mengamati Mitsuki.
Mitsuki terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa, saat pertama kali datang ke Konoha tujuannya adalah memastikan bahwa Boruto adalah matahari nya. Setelah waktu berjalan dan mengenal apa itu teman dan sebuah ikatan tanpa sadar Mitsuki bukan lagi terikat oleh Boruto tetapi juga Konoha. Desa dimana dia menempuh pendidikan akademi ninja dan menjadi seorang Genin dari Konoha.
"Aku akan tetap di desa Konoha dan menjadi ninja dibawah perintah desa Konoha, aku harap anda memahami keputusanku" ucap Mitsuki
Seorang di balik bayang itu tersenyum kecil.
"Aku mengerti. Anakku sudah besar yah..., Kalau begitu aku akan kembali" Ucapnya
Mitsuki kembali melihat ke arah langit yang mulai bergemuruh. Meyakinkan keputusan Mitsuki bertekad untuk menjaga desa untuk mengenang sang sahabat. Sampai saat ini Mitsuki tidak menganggap Boruto adalah ancaman ataupun penghianat desa. Mitsuki yakin Boruto memiliki rencana tersendiri, walaupun harus berakhir dengan bertemunya ia dengan kematian.
"Boruto, aku akan menjaga desa yang kau cintai ini"
--
Haii gimana chapter kali ini?
Moga kalian suka yah!Ada yang tau nasib Boruto selanjutnya gk?
Happy reading
See you in the next chapter❤️
-N
KAMU SEDANG MEMBACA
waiting for you
Short Story"I will always be waiting for you, Boruto" - Uchiha Sarada "Sorry for making you wait for me, Sarada" - Uzumaki Boruto All Character always belongs to masashi kishimoto. Anime: Boruto : Naruto Next Generation Happy reading -N