07

2.5K 209 9
                                    

Author POV.

Seperti biasa, pagi menyambut dengan cahaya matahari yang sejuk dengan embun pagi menghantarkan dingin menusuk kulit hingga si penghuni ranjang enggan untuk bangun, terlebih adanya sosok lain yang menemani dengan memeluk erat si pemilik ranjang. Begitu posesif.

Perlahan mata indah nan lembut milik satu orang yang berada dalam pelukan mulai terbuka, mengerjapkan mata untuk membiasakan diri, merasa asing dengan sebuah tangan yang berada di atas perutnya, Ia mendongak menatap wajah tampan yang damai dalam tidurnya tidak terganggu dengan dinginnya pagi.

Senyum terukir di wajah si manis, tangannya tanpa sadar naik untuk meraba dan mengabsen anggota wajah yang memiliki kesempurnaan itu.

Marviel, merasa paginya begitu sempurna, dengan cuaca sejuk yang menyambut dan sosok yang begitu Ia dambakan kini tengah terlelap serta pelukan posesifnya.

"Selamat pagi." Marviel tersentak kaget ketika sosok yang tengah Ia kagumi sudah terbangun.

"Selamat pagi." Tersenyum manis Marviel dan sosok tersebut masih terus bertatap enggan untuk bangun atau hanya sekedar mengalihkan pandangan.

"Tidur dengan nyenyak semalem?" Pertanyaan muncul setelah satu menit dengan keheningan.

"Heem, sangat nyenyak." Semangat Marviel menjawab pertanyaan yang terlontar membuat kekehan indah terdengar.

Jee, lebih dulu bangun dari tidurnya dan duduk di tepi kasur, mengusap wajahnya yang masih tersirat rwsa ngantuk di dalamnya.

"El, lu mandi duluan ya, biar gw beresin kamar lu."

"Oke, beresin serapih mungkin ya." Selanjutnya Marviel menghilang di balik pintu kamar mandi, Jee pun langsung bergegas untuk membereskan kamar milik sahabat nya itu.

Author POV end.

✹✹✹

Selepas mandi pagi, badan rasanya lebih ringan dari sebelumnya. Melihat kamar yang udah rapih tandanya Jee benar-benar membereskan ini kamar.
Berjalan turun ke bawah menuju meja makan dan mendapati Jee tengah duduk di kursi. Melamun ntah apa yang difikirkan.

"Jee, pagi-pagi lu jangan ngelamun, gantian sono mandi gw siapain sarapan."

Jee mengangguk dan berjalan lesu ke arah atas, gw bingung kenapa itu anak pagi-pagi begini udah loyo.
Bodoh deh mending siapain sarapan, untung bisa masak dikit-dikit.

Setelah semua makanan siap, Jee datang dengan badan lebih segar. Ganteng banget.

"Ayo makan, gw udah siapin semuanya."

Jee sekilas melihat menu makanan sebelum duduk di kursi.

"Kayak istri nyiapin sarapan suaminya." Bangsat sih ini maksudnya apaan ngomong begitu, rasanya diri ini ingin lebih memantaskan menjadi istri yang baik.

Ngaco emang pikiran gw pagi-pagi gini, lagian gw laki yakali jadi istri meskipun kalo sama Jee gw jadi pihak bawah.

"Mau di ambilin sekalian ga pak suami?" Tanya gw yang di balas kekehan ringan dari bibir penuh Jee.

"Sangat dibolehkan, tolong ambilkan makanan mas mu ini ya." Gw cuma senyum doang dan ngambilin sarapan buat Jee. Beneran berasa suami istri.

"Jee, lu masih mau disini kan? atau mau keluar sama Orla?" Tanya gw di sela sarapan.

"Gw pengen disini aja deh, lagian sama Orla... Gw barusan putus sama Dia."

Gw ngelag seketika, perasaan hubungan mereka berdua baik-baik aja deh, bahkan kemarin Jum'at masih mesraan bareng di meja kantin.

Friendzone (BL) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang