01.07

1 3 0
                                    

"Gimana, Bos? Udah ketemu belum?"

Pandu menggeleng lemah. Ia menghela napas gusar sementara netranya masih setia menjelajah isi parkiran sekolah. Sudah sejam lamanya ia dan teman-temannya berkeliling mencari Queen di sekitar sekolah. Kata siswa yang tadi sempat lihat Queen piket kelas, gadis itu harusnya masih ada di area sekolah. Namun, sampai satpam menutup gerbang sekolah, Pandu dan teman-temannya tetap tidak menjumpai keberadaan gadis tersebut.

"Ndu, rehat bentar-lah. Capek gue mana pinggang gue encok," ucap Vano sekalian berkeluh kesah. Tangannya memegang pinggul ketika ia mencoba duduk di pembatas taman.

"Gue juga. Mana tuh bocil kagak ketemu-ketemu. Ngumpet kali gegara lo pakai bilang segala mau nyariin dia," sahut Azza yang setuju dengan ucapan Vano. Ia duduk di samping pemuda itu sembari mengatur napasnya yang tersenggal.

Sedangkan Pandu mengusap kepala belakangnya bingung. Iya juga. Apa perkataan Azza benar kalau Queen sengaja menghindarinya?

"Duduk dulu, Bos. Gak capek apa nyariin Queen terus. Siapa-siapanya kita juga bukan," ucap Alka sedikit sensi. Toh, ucapannya benar. Queen bukan siapa-siapanya mereka.

"Sekarang iya, tapi gue pastiin besok Queen bakal jadi ratu Alpanza. Camkan itu!" balas Pandu tegas. Alka langsung membuang muka, memilih mencabuti rumput guna menghilangkan rasa kesalnya.

Alka salah satu di antara banyaknya orang yang membenci Queen. Dulu, ia pernah terlibat masuk ke kehidupan gadis itu. Segala cara yang Queen lakukan benar-benar membuat Alka tidak habis pikir. Gadis itu berbeda dan Alka menyesal pernah masuk ke dalam kehidupannya.

Sekarang, Pandu malah ingin mengangkat Queen sebagai ratu Alpanza? Wah-wah .... Apa perlu Alka beri appresiasi kepada bosnya itu atas pencapaiannya kali ini?

Padahal Pandu tau masalahnya dulu. Sesimpel itukah ia melupakan masalahnya?

Andai Pandu merasakan bagaimana berada posisi Alka dulu. Ia yakin, seumur hidup ia tidak akan mendekati gadis bernama Queen lagi.

PLAK!

"Woy! Malah ngelamun. Dipanggil Bos noh!"

Alka mengerjap pelan. Tatapannya bertemu dengan manik mata Pandu yang begitu gelap.

"Paan?"

"Cek mobil merah sono! Barangkali Queen lagi swadikakap di dalam." Jawaban Vano sangat ngawur. Tidak mungkin ada orang yang berani ena-ena di area sekolah kalau bukan orang bodoh! Mana mobilnya anteng, tidak goyang-goyang.

Tanpa perlu disuruh dua kali, Alka pun bangkit dan berjalan mendekati mobil yang mereka maksud. Ia tidak familiar dengan mobil ini. Mungkin punya murid baru?

Tapi pertanyaannya adalah siapa yang berani bawa kendaraan pribadi semewah ini ke sekolah?

Alka mengintip kaca mobil yang ternyata tidak tembus pandang. Orang luar tidak bisa melihat ke dalam. Ia jadi kesusahan mengintip apakah ada Queen di dalam sana atau tidak.

Ia menoleh ke arah teman-temannya. "Bobol boleh gak, sih? Tapi gue gak yakin tuh bocah ada di mari," katanya mulai frustrasi. Pandu bergegas mendekatinya, ikut mengecek kondisi dalam mobil.

"Coba diketok, Van! Nanti kalau ada yang nyahut berarti ada orangnya," usul Pandu seraya mendorong Vano hingga pemuda itu menabrak mobil tersebut. Vano yang dikambing hitamkan hanya bisa mendengus kesal namun tetap menjalankan perintah dari bosnya itu.

TOK! TOK!

"Assalamualaikum, Bang atau Neng. Ijin buka pintunya ya. Mohon maap jangan dikira maling."

Pretty GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang