01.09

2 1 0
                                    

"Jauh-jauh tangan lo, heh! Berani lo nyentuh gue, habis lo!"

"Heh bocil! Gak ada yang napsu sama tubuh krempeng lo itu. Mending lo lanjut naik deh."

"Ya mata lo gak usah lihatin pantat gue juga, babi! Gue bisa naik sendiri."

"Apaan orang lo kepleset mulu. Yang ada badan gue remuk ketimpa tubuh lo ntar."

"Jangan dipegang-pegang juga, sat! Tinggal koar-koar dari bawah juga gue denger."

"Bacot bener. Diem kalian!"

Queen masih beradu pandang dengan Alka yang berada di bawahnya. Ia mendapat tantangan dari Pandu untuk memanjat tebing setinggi ... meter sementara Alka ditugaskan untuk mengawasinya. Tapi bukannya mengawasi, Alka malah mencari kesempatan dalam kesempitan.

Pemuda itu memegang pantat Queen. Iya, pantat. Katanya biar Queen tidak jatuh. Sedari tadi, Queen tidak ada perkembangan. Memanjat tebing semudah itu menghabiskan waktu berjam-jam lamanya. Alka jadi bosan. Menyemangati Queen juga tidak ada gunanya. Gadis itu tidak tahu taktik memanjat.

Alka berbaik hati menawarkan bantuan. Tapi bukannya mendapat terima kasih, Queen malah memfitnahnya. Padahal saat itu Queen hendak jatuh namun berhasil Alka tahan meski tangan sucinya harus ternodai. Alka tidak habis pikir.

"Apa lo lihat-lihat! Mau gue colok mata lo!" ucap Queen lagi. Ia menatap sinis ke arah Alka yang tidak berniat pindah tempat di bawahnya.

Pemuda itu merotasikan bola matanya kesal. "Pede amat lo jadi orang. Gue lagi lihat langit kok."

"Sejak kapan langit pindah ke wajah gue, ha?!"

"Ya udah sih b aja. Sewot mulu daritadi. PMS lo?"

"Ya lo--eh iya juga ya. Apa gue mens?"

Alka sontak berpaling ketika Queen menyingkap roknya tanpa beban. Pandu yang memantau dari kejauhan turut membelalakkan kedua matanya sebelum akhirnya berpaling ke arah lain.

Minus akhlak!

"Heh! Tutup mata lo, Alka! Gak usah ngintipin gue!"

"Ya lo turunlah bego! Ngapain lo buka-bukaan di tempat umum? Nyalahin gue lagi."

"Lo turun dulu, goblok! Orang lo di bawah gue. Ngapain sih ikut-ikutan naik?"

"Gue mau praktekin ke lo. Kapan kelarnya kalau lo gak naik-naik."

"Orang susah bacot bener lo. Buruan minggir!"

"Iya-iya. Sabar!"

Pandu geleng-geleng kepala. Biarlah mereka beradu mulut. Tujuan Pandu menyuruh Alka mengawasi Queen tak lain karena ingin hubungan mereka membaik. Ia tahu, Alka akan mudah terpancing dengan Queen yang bermulut pedas. Dengan begitu, akan ada banyak interaksi untuk mengembalikan hubungan mereka.

Alka akhirnya turun disusul Queen yang tampak sedikit kesusahan mengimbangi tubuhnya. Padahal ia kurus. Berat badannya juga tidak sebanding dengan Alka. Bisa-bisanya kesusahan gerak.

Queen menyilangkan kedua tangannya di depan dada sembari terus melotot ke arah Alka. Ia pergi menghampiri Pandu yang duduk sendiri di kursi tunggu.

"Lihat! Gue beneran gagal, kan? Udah deh mending lo nyerah. Apa sih yang lo harapin dari gue, ha?!" ucap Queen to the point.

Pandu mendongak. Baru saja ia ingin merokok namun ditepis oleh Queen.

"Itu rokok gue satu-satunya, Queen." Ia berusaha menahan emosinya melihat benda kesayangannya terbuang sia-sia seperti itu.

Queen merasa tertantang. "Terus? Lo minta gue ganti rugi?"

"Gue bisa beli lagi." Lantas, Pandu mendongak, menatap Queen. "Lo nanya 'kan apa yang gue harapin dari lo?"

Pretty GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang