05. Kehidupan Carla

81 1 0
                                    

Carla mengganti bajunya dengan mini dress warna merah maroon yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Carla menggerai rambutnya yang diujungnya ia buat curly. Lalu menambahkan lipstik merah yang menambah kesan seksi pada dirinya. Carla juga mengenakan high heels setinggi 7 cm berwarna hitam. Tidak lupa ia menyambar tasnya, lalu keluar dari kamarnya.

Dengan tenang, Carla berjalan keluar rumah Leon. Carla menggunakan mobil yang ia gunakan tadi pagi. Tanpa, berpamitan pada Leon ataupun orang rumah, Carla menginjak gas mobilnya meninggalkan rumah mewah itu. Carla tahu jika Leon sekarang masih ada di kantor Smith Corp. Karena, setiap selesai mengajar pria itu akan langsung melanjutkan pekerjaannya di perusahaan.

Carla awalnya juga dibuat bingung saat mengetahui profesi dari suaminya. Leon yang sudah menjadi pemimpin perusahaan besar mengapa malah menjadi dosen juga. Dan rasa penasarannya terjawab saat dulu Papanya menjelaskan bahwa Smith University adalah awal Leon merintis karirnya. Dan pada saat umur Leon menginjak angka dua puluh lima tahun, Leon baru memegang perusahaan Smith Corp.

Carla menghentikan mobilnya saat ia sudah sampai ditempat tujuannya. Club malam dipusat kota terlihat sangat ramai. Carla memasuki club itu dan mencari keberadaan teman-temannya yang tadi sudah memberitahukan meja yang mereka pesan. Suara bising yang memekakkan telinga dan bau alkohol serta rokok sudah biasa bagi Carla yang sering menghabiskan malam ditempat terkutuk itu. Namun, Carla tidak perduli. Yang ia perdulikan adalah hidup bebas membahagiakan dirinya sendiri.

"Gila, sexy banget, lo." Carla hanya terkekeh mendengar decak kagum teman-temannya saat melihat penampilannya.

Carla mengedarkan pandangannya sejenak. Matanya bertatap langsung dengan mata Dylan yang sudah mengkodenya untuk duduk disampingnya. Carla mengangguk, lalu ikut duduk disamping Dylan.

"Hay." sapa Dylan saat Carla sudah mengambil tempat disampingnya.

"Hay, Kak." balas Carla tersenyum manis. Yang dibalas senyum yang tidak kalah manis dari Dylan.

"Dance with me?" tawar Dylan mengajak Carla untuk bergabung bersenang-senang dengan teman-temannya yang lain, yang sudah berada di area dance floor.

"Of course."

Mendengar persetujuan Carla, Dylan merangkul Carla untuk berjalan bersama. Menggerakkan tubuh mereka mengikuti musik yang berdentum keras itu. Carla seakan ikut hanyut dalam suasana yang tercipta diantara mereka. Senyum senang tidak lepas dari bibir keduanya. Menikmati keseruan yang tercipta.

Carla menghentikan gerakan tubuhnya saat merasakan rengkuhan pada pinggang rampingnya. Menatap pemilik tangan itu dengan senyum masih terpatri dibibir Carla. Tangannya malah bergerak mengalungkan tangannya ke bahu Dylan.

Dylan yang merasa perbuatannya disambut baik oleh Carla itu tersenyum senang. Ia menatap Carla intens. "Will you be my girl friend?" tanya Dylan mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan Carla sebagai pacarnya.

Carla meresponnya dengan terkekeh. "To the point banget, Kak."

Dylan ikut terkekeh mendengarnya. "Takut keduluan orang lain." balasnya.

Carla terkekeh dalam hati. Dylan memang sudah didahului oleh orang lain. Yaitu, Leon. Dosen mereka sendiri. Namun, Carla tidak ingin mengambil pusing dengan status mereka. Toh, pernikahan mereka hanya pernikahan kontrak. Setelah perjanjian kontrak berakhir, maka pernikahannya juga ikut berakhir. Jadi, tidak ada alasan bagi Carla untuk membuat dirinya terkekang dalam pernikahannya.

"Jadi?" tanya Dylan lagi ingin memastikan jawaban dari Carla.

Carla tersenyum, lalu mengangguk. "Yes, I will."

Mendengar jawaban Carla membuat Dylan mengembangkan senyumnya lagi. Tanpa, basa-basi ia meraup bibir merah yang sedari tadi menggodanya untuk ia lumat. Carla tidak berusaha menjauhkan dirinya. Ia malah menikmati ciuman yang Dylan berikan. Seakan-akan ia sudah terhanyut di dalamnya. Namun, saat ia merasakan ada tangan yang mencoba meraba tubuhnya, Carla segera menghentikan ciuman itu dan menahan tangan Dylan.

Carla menatap Dylan yang terlihat tengah menahan hasratnya. Carla tersenyum pada Dylan. "Jangan sekarang, Kak." ujarnya seperti tahu akan arah yang Dylan inginkan.

Dylan memejamkan matanya sejenak. Lalu kembali menatap Carla yang masih mempertahankan senyumnya. "Jangan lama-lama." katanya yang diangguki Carla.

.o0o.

Disisi lain, Leon yang baru pulang dari kantor itu segera memasuki rumahnya yang terlihat sangat sepi. Jam memang sudah menunjukkan tengah malam, tidak heran jika penghuni rumah ini sudah mengistirahatkan tubuhnya. Hanya ada beberapa pekerjanya yang memang mendapat tugas jaga malam yang terlihat masih berkeliaran.

"Tuan."

Leon menghentikan langkahnya yang akan memasuki lift saat mendengar ada yang memanggilnya. Ternyata Jack, asisten pribadinya. Leon tidak mengeluarkan suara. Ia hanya menunggu apa yang ingin Jack katakan padanya.

"Nona Carla tadi jam delapan pergi menggunakan mobil anda yang Nona Carla pakai tadi siang. Dan sampai sekarang, Nona belum pulang." lapor Jack yang mendapat laporan juga dari salah satu anak buahnya yang berjaga di rumah Leon.

Leon terdiam sesaat. Wajahnya masih tidak memperlihatkan ekspresi apapun selain datar. "Biarkan saja. Cukup awasi dari jauh." perintahnya pada Jack yang langsung diangguki oleh Jack.

Leon kembali membalikkan badannya melanjutkan niatnya untuk ke kamarnya. Ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya. Biarlah, Carla diurus oleh anak buahnya. Ia terlalu malas mengurus gadis bebas seperti Carla. Bukannya malas, tetapi ia merasa sangat lelah untuk sekarang.

Setelah Leon selesai membersihkan badannya dan mengganti pakaiannya dengan baju tidur, Leon segera merebahkan tubuh lelahnya di ranjangnya. Leon sudah memejamkan matanya saat ada suara notifikasi pesan masuk dari ponselnya. Dengan malas tangannya bergerak meraih ponselnya yang ia taruh di nakas samping tempat tidurnya.

Leon tidak mengenal kontak tersebut, terbukti dari tidak tersimpan nama pemilik nomer itu. Namun, sesaat ia dibuat kaget saat membaca isi pesannya. Leon bahkan sampai reflek bangun dari tidurnya dan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang.

Unknown number

Hay, Leon. Apa kabar?
Beberapa bulan lagi aku pulang.
Kamu masih mau nunggu, kan?
#Stella

Leon merasakan jantungnya berdegup kencang. Ada rasa senang sekaligus gelisah yang ia rasakan. Namun, ia juga tidak merasakan kelegaan saat membaca pesan itu. Pesan yang dikirim oleh seseorang yang berasal dari masa lalunya. Seseorang yang dulu selalu ia harapkan kembali padanya. Akan tetapi, dengan seiring waktu yang ia jalani sendirian, Leon bahkan sudah hampir melupakan nama perempuan itu.

Dan mengapa harus sekarang nama itu kembali mengusik dirinya. Kenapa disaat ia sudah tidak berstatus single. Dimana perempuan itu dulu saat ia tengah terpuruk sendirian. Leon yang tertatih melupakan kenangan mereka. Leon yang berusaha bangkit dari keterpurukannya dulu akibat perempuan itu. Perempuan yang dulu selalu mempengaruhi kehidupannya. Stella Haley.

Tanpa, membalas pesan dari perempuan yang mengaku bernama Stella. Leon menutup layar ponselnya membuat ponselnya sekarang memperlihatkan layarnya yang hitam. Leon kembali merebahkan dirinya. Matanya sudah tidak bisa terpejam kembali. Rasa kantuk dan lelah yang ia rasakan tadi seketika meluap begitu saja. Tergantikan rasa gelisah yang mendominasi hati dan juga pikirannya.

Leon menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang entah kemana. Pandangannya kosong hanya, karena menerima pesan dari seseorang yang ada di masa lalunya. Entah reaksi apa yang akan ia tunjukkan jika melihat Stella di depannya langsung. Apa ia bersikap seperti dulu yang merasa bahagia atau malah ia akan bersikap dingin, karena dulu Stella dengan tega membiarkannya terpuruk sendirian. Namun, Leon juga penasaran mengenai alsan Stella yang meninggalkannya tanpa pamit.

Pikirannya seketika terpenuhi dengan mana Stella.

.o0o.

Menikah Dengan Pak LeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang