Layla : "Hm, tentu saja."
Shim Layla memang anak yang dingin dan tidak pandai berbicara dengan orang sekitar. Dia tidak pernah memulai interaksi terlebih dahulu karena menurutnya itu percuma. Toh, usiannya tidak akan lama lagi.
Ibunya sudah keluar sejak beberapa waktu lalu, menyisakan dirinya yang masih sibuk mengadukan jari ke atas layar ponsel dengan cekatan.
Layla masih larut dalam kegiatannya hingga angin mulai bertiup kencang dari biasanya. Bahkan jendela di ruangannya sampai terbuka.
Bulu di sekujur tubuhnya memang tanpa aba aba, menghadirkan hawa dingin menyeruak dalam hitungan detik yang membuatnya menggelinjang kedinginan.
Layla hendak turun dari ranjangnya ketika atensinya dikejutkan oleh kedatangan dua lelaki berpakaian serba hitam yang berdiri di luar jendela.
Layla : "Heol!, apa sekarang aku sedang melihat hantu?"
Layla hanya menggelengkan kepala sembari menepuk pelan pipinya saat menyadari kedua lelaki itu melayang di udara.
Layla : "Atau jangan jangan, aku sudah mati?"
Kedua lelaki itu menatap tanpa suara, memperhatikan Layla yang tidak menunjukkan ekspresi terkejut seperti kebanyakan target.
Memutar bola mata jengah, Layla mulai melangkah menuju jendela dan memberikan tatapan tak suka pada kedua lelaki itu.
Layla : "Kalian tidak keberatan kan kalau aku tutup jendelanya, kan?.
Udaranya dingin sekali, aku tidak mau mati kedinginan."Selanjutnya, Layla bisa melihat wajah kedua lelaki itu tercengang kaget. Mereka sama sama menukikkan alis pertanda tengah kebingungan.
Layla : "Hah..Layla, sebaiknya kau tidur." [Bicara sendiri]
Sedikit lagi Layla berhasil mengunci jendela sebelum akhirnya salah satu dari dua lelaki itu memegang tangannya. Tanpa permisi, mereka berdua langsung masuk dan berjalan melewati Layla yang berjengit kesal.
Jake : "Kau yakin dia target kita, kau tidak salah orang, kan?" [berbisik]
Baik Jake maupun Jay sama sama tidak percaya kalau perempuan itu adalah target mereka karena gerak geriknya tidak menunjukkan orang yang sedang kesakitan sedikitpun.
Jay : "Kau mengejekku, ya?. Aku tidak pernah salah memberikan informasi."
Jay membuka kembali death note miliknya dan menunjukkan kepada Jake.
Jay : "Shim Layla, delapan belas tahun. Sisa waktu satu minggu lagi."
Entah apa yang salah, tapi Jake merasa tugasnya kali ini sedikit berbeda.
Layla : "Jadi?, bisa jelaskan kalian itu siapa dan ada keperluan apa hingga Dateng kesini??"
Karena Jake masih sama saja diam sambil menatap wajah Layla. Jay mulai mengambil alih.
Jay : "Aku Jay dan dia Jake. Kami datang kemari untuk mengambil nyawamu."
Mereka pikir, Layla akan langsung menangis tersedu meminta nyawanya diselamatkan dengan berbagai cara. Tapi nyatanya tidak, perempuan itu hanya menyunggingkan senyuman miring setelah mendengar penuturan dari Jay.
Layla : "Pfft..memangnya kalian siapa?. Kenapa aku harus percaya pada kalian?."
Layla : [Menatap Jake] "Apa kau malaikat?".
Jake menggeleng, ia melangkah lebih dekat hingga mencium dengan jelas aroma manis yang menguar dari tubuh Layla. Untuk beberapa saat, mereka saling beradu tatap tanpa mengucapkan apapun.
Jake : "Aku bukan malaikat, aku dewa kematian."
Layla sadar posisi mereka sekarang tidak bisa dikatakan aman, lelaki didepannya itu memiliki pahatan wajah yang sangat sempurna.
Mata jernih dengan tatapan yang tajam, rahang tegas dengan bentuk sempurna dan bibir berisi.
Layla bertanya dalam hati, apakah visual dewa kematian harus setampan mereka berdua?
Jake : "I'll take your life with a kiss."
Seolah ahli, Jake mengucapkan kalimat itu dengan nada yang terkesan rendah dan seksi. Matanya tertuju pada bibir sehat milik Layla. Aroma manis menguar dari sana dan masuk ke indera penciumannya dalam sekejap.
Layla masih terdiam tanpa suara dan Jake semakin mendekat. Saat mereka sudah berhadapan. Jake kembali menatap Jay guna memastikan sesuatu.
Jake : "Kau benar benar yakin dia orangnya?"
Jay : "Hm, aku sangat yakin."
Jake : "Okay...kalau begitu, aku akan melakukannya dengan cepat."
Seiring wajah mereka yang berdekatan. Layla tidak menampakkan perlawanan berarti.
Layla : "Aish..tunggu dulu!" [mendorong wajah Jake]
Dia bisa melihat wajah Jake yang dihiasi rasa tak terima. Tak peduli, kakinya beralih mendekat ke arah Jay.
Layla : "Aku tahu cepat atau lambat aku akan mati. Jadi anggap saja ini permintaan terakhirku. Berikan aku beberapa hari lagi."
Jay : "Sisa waktu mu memang satu minggu lagi".
Layla : "Satu minggu? Tapi kenapa dia akan mengambil nyawaku sekarang?!" [menunjuk Jake]
Jay : "Ah, itu tak masalah. Karena cepat atau lambat nya kau akan -"
Layla : "Hah... baiklah baiklah. Aku mengerti".
Tersenyum miring. Layla menelisik lebih teliti penampilan Jake dari atas sampai bawah sebelum akhirnya berbisik di telinga lelaki itu.
Layla : "Satu minggu..aku masih punya waktu sebanyak itu. Jadi, lakukan tugasmu nanti jika kau sudah jadi temanku."
Jake : "Apa? Temanmu? Tidak tidak. Aku tidak mau."
Layla : "Okay, kalau begitu kita udah sepakat." [senyum]
Layla mengangkat kedua bahunya acuh. Mengabaikan wajah tak suka milik Jake, ia beralih duduk di atas ranjang.
Jake : "Kenapa aku harus jadi temanmu, huh?"
Layla : "Terserah. Kalau kau tidak mau, katakan pada siapapun yang memerintahkan mu, kau tidak bisa memenuhi tugas kali ini."
Layla : "Hey Jay. Apa dia akan mendapatkan hukuman? atau jangan jangan dia akan dikutuk menjadi manusia dan hidup di bumi?"
Jay rasa Layla bukan tandingan yang mudah. Selama menjadi mitra kerja, dia tak pernah mendapati Jake mengeluarkan ekspresi selain wajah dingin dan datar.
Jake : "Okay, I got it."
Jake : "Aku akan menjadi temanmu hanya untuk satu minggu ke depan."
Layla : "Oho..ternyata malaikat kematian juga punya hati nurani." [meledek]
Jake : "Aku bukan malaikat!"
Layla : "Hey, tidak perlu berteriak!!!"
Untuk pertama kali selama hidupnya. Layla merasa sedikit lega. Dia bahkan hampir tertawa tanpa sadar.
Well, siapa sangka di sisa hidupnya dia bisa berteman dengan Jake-si dewa kematian.
Next Chapter 03
Cerita ini tidak ada unsur plagiat, cerita ini aku buat menggunakan ide ku sendiri 😉🙏.
KAMU SEDANG MEMBACA
God Of Death | Jake [END]
FantasiMenceritakan tentang seorang dewa kematian yang mencabut nyawa seorang perempuan dengan sebuah kecupan, tetapi perempuan itu takdir nya berkata lain, perempuan itu masih hidup karena dewa kematian tersebut menangis Sebelum membaca follow dulu yuk.