Jake : "Kau hanya perlu memikirkan tugasmu, Jake." [dalam hati]
-
-
-
-
-
-
-
Tersisa beberapa hari sebelum akhirnya Jake akan melaksanakan tugasnya.Kemarin mereka tidak sempat mengunjungi Layla karena beberapa urusan. Dan hari ini, Jake seolah membuat jadwal khusus.
Bersama Jay, dia mengunjungi sebuah kedai makanan di pinggir jalan yang cukup ramai.
Jake ingat, Layla pernah berkata,
'Selama dirawat, aku tidak pernah lagi makan tteokbokki. Aku harap aku bisa memakannya sebelum waktuku habis. Ah, itu makanan favoritku, hehe..."
Dewa kematian tidak memiliki perasaan juga belas kasih.
Dan sekarang, makhluk paling keji itu tengah mengantri untuk mendapatkan seporsi tteokbokki.
Lucu sekali.
Jake : "Kenapa aku disini dan kenapa aku melakukan ini?"
Jake mendesah frustasi sambil menatap lurus ke arah makanan yang dibuat dari tepung beras itu.
Jay : "Excuse me, seharusnya aku yang bertanya seperti itu."
Jake : "Jay, apa menurutmu aku banyak berubah?" [tatapan kosong]
Jay : "Yo, sepertinya begitu. Ekhem...Apa ini karena Layla?"
Jake : [Mengangkat bahu] "I dunno. Aku harap ini tidak akan terjadi pada target selanjutnya."
Jay : "Kau benar. Entah kenapa aku jadi ikut kerepotan."
Jake : "Hey...Kau partnerku, jadi itu wajar."
Jay : "Ya ya...kau selalu benar." [cuek]
Usai menunggu cukup lama akhirnya Jake mendapatkan pesanannya. Tanpa membuang waktu, mereka segera bergegas mengunjungi Layla di rumah sakit.
Layla sangat menyukai hembusan angin yang menyapa kulit wajahnya. Perasaanya selalu tenang tiap kali berdiri di balkon kamarnya. Untuk sementara waktu, Layla lupa perihal usia pendeknya.
Hanya untuk satu minggu terakhir ini, dia akan berusaha dengan baik. Mengesampingkan egonya sebagai orang yang membenci kematian dan menghadapi semua dengan keberanian.
Jake : "Sedang apa disana? Jangan berpikir untuk bunuh diri karena aku yang akan mengambil nyawamu."
Layla segera berbalik, membuat raut tak peduli kemudian menghampiri Jake serta Jay yang sudah berdiri di kamarnya.
Layla : "Tidak perlu kau ingatkan. Aku paham dengan jelas. Tuan menyebalkan."
Perempuan itu bahkan mengabaikan wajah kesal Jake dan lebih memilih untuk menghampiri Jay yang membawa kantung plastik berisi tteokbeokki.
Layla : "Heol! Jay, kau pengertian sekali. Tidak seperti dewa kematian yang lainnya." [menyindir]
Layla meraih kantung plastik yang ada di tangan Jay. Duduk di atas ranjangnya, perempuan itu membuka bungkusan dengan perasaan senang.
Sementara itu, Jake sudah memberikan tatapan mematikan untuk Jay yang hanya bisa mengeong diam.
Layla : [Makan dengan lahap] "Woah...ini enak sekali."
Layla : "Hah...sebentar lagi aku tidak bisa menikmati masakan ibu dan makanan kesukaanku yang lainnya."
Terlihat Jake dan Jay yang sudah duduk tenang di kursi pengunjung. Entah kenapa rasanya suasana kali ini sedikit canggung, padahal kemarin-kemarin mereka menghabiskan waktu dengan baik.
Mungkinkah karena sisa waktu Layla yang semakin tipis?
Jay : "Kau selalu sendirian disini?"
Layla : [Mengangguk] "Hn, ibuku sibuk bekerja dan aku anak tunggal. Ayahku...meninggal karena kecelakaan."
Layla : [Mengalihkan pandangan] "Ditambah lagi, aku tidak memiliki teman."
Untuk beberapa menit ke depan tidak ada yang berani membuka suara.
Layla : "Ah! Apakah nanti setelah waktuku habis, kita bisa masih bertemu?"
Sejenak, Jake dan Jay saling bertukar pandang.
Jake : "Tidak bisa. Dimensi kita berbeda, tidak mungkin bisa bertemu lagi." [ketus]
Jay : "Benar, kau akan di bawa ketempat peristirahatan terakhir dan kami tetap akan melanjutkan tugas."
Jadi setelah ini, mereka akan berpisah untuk selamanya.
Layla : "Bagaimana kalau aku kirim surat untuk kalian?" [bercanda]
Jake : "Tch...kau pikir disana ada tukang pos? Dasar bodoh."
Layla : [Tertawa] "Memangnya siapa yang akan melakukan itu? Aku hanya bercanda, bodoh. Seperti dugaanku, kau memang tipikal yang membosankan. Benar kan, Jay?"
Jay : "Hah? A-ah, i-iya."
Next Chapter 05
Cerita ini tidak ada unsur plagiat ya, cerita ini aku buat pakai ide ku sendiri 😉✌️.
KAMU SEDANG MEMBACA
God Of Death | Jake [END]
FantasiMenceritakan tentang seorang dewa kematian yang mencabut nyawa seorang perempuan dengan sebuah kecupan, tetapi perempuan itu takdir nya berkata lain, perempuan itu masih hidup karena dewa kematian tersebut menangis Sebelum membaca follow dulu yuk.