Empat belas

1.8K 146 7
                                    

Bening terbangun karena mendengar suara petir yang menggelegar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bening terbangun karena mendengar suara petir yang menggelegar. Objek pertama yang matanya tangkap adalah langit-langit kamar yang berwarna putih dengan sedikit sentuhan emas yang terlihat mewah. Dalam kondisi yang belum sepenuhnya sadar, Bening terdiam untuk beberapa saat. Seingatnya dia tengah berada di mobil. Karena mengantuk, Bening lantas tertidur. Tetapi mengapa kini dirinya ada di tempat ini. Siapa yang membawanya kesini? Maksudnya siapa yang menggendong dirinya. Garis? Mungkinkah laki-laki itu?

Bening segera merubah posisi menjadi duduk. Diamatinya setiap penjuru kamar lamat-lamat. Bening tahu betul dimana dia berada saat ini. Di tempat ini kejadian yang tak ingin Bening alami terjadi. Di tempat ini pula Bening kehilangan kesuciannya.

Bening ingat betul bagaimana Garis memperlakukannya malam itu. Bagaimana Garis menyeretnya masuk dan memasukinya dengan kasar tanpa memperdulikan Bening yang mengerang kesakitan meminta untuk berhenti.

Tangan Bening mengepal kuat dengan tubuh yang bergetar. Nafasnya memburu. Luka lama yang belum sepenuhnya kering kembali basah begitu otaknya mengilas balik kejadian malam kelam itu. Dadanya kembali merasakan sesak yang luar biasa. Bening merasa seperti ada benda berat yang menghimpit dadanya menghambat oksigen yang masuk.

Bening menggeleng, berusaha mengenyahkan memori kelam malam itu dari otaknya. Dia tak seharusnya mengingat kejadian itu lagi. Mengingatnya hanya akan membuat dada Bening sesak. Lagipula tidak ada yang bisa Bening rubah dari kejadian itu. Semua sudah terjadi. Melupakan dan berusaha memaafkan adalah sesuatu yang seharusnya Bening lakukan. Toh Garis juga sudah berusaha untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Lagi pun malam itu Garis dalam keadaan 'tidak sadar'. Jadi bukan salah laki-laki itu sepenuhnya.

Bening menghembuskan nafasnya pelan. Mengusap kasar lelehan air mata yang lancang mengalir di pipinya yang sedikit berisi. Diliriknya jendela besar dengan gorden yang terbuka. Diluar ternyata sedang turun hujan.

Jam dinding menunjukkan pukul empat sore. Bening menyibak selimut, lantas beranjak turun. Berjalan menuju pintu kamar mandi yang ada di pojok ruangan.

Karena udara yang terasa dingin, Bening memutuskan untuk menunda membersihkan dirinya. Didalam, Bening hanya membasuh wajahnya dan mengambil wudhu karena dia belum melaksanakan sholat Dzuhur dan Ashar.

Setelahnya Bening keluar mencari keberadaan koper kecil miliknya. Benda tersebut ada di sebelah pintu masuk. Bening lantas membukanya dan mengambil alat sholat yang sengaja dirinya bawa dari rumah. Usai mengerjakan kewajibannya, Bening kembali merapikannya.

Bening menatap tetesan hujan yang tampak dari luar pintu kaca. Hujan masih mengguyur dengan deras. Disertai suara gemuruh yang terdengar.

 Disertai suara gemuruh yang terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Started From A MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang