"Definisi rumah yang sebenarnya adalah tempat pulang bagi jiwa yang lelah."
'''
Malam semakin larut, langit mulai gelap. Di salah satu sudut kota, sebuah dunia lain yang terpisah dengan dunia nyata, ramai akan insan yang penat akan kehidupan. Sebuah tempat di mana mereka secara bebas berekspresi guna melepas beban.
Lampu-lampu berkelap-kelip di dalamnya menciptakan suasana yang semarak dan meriah. Musik EDM yang menggelegar terdengar dari speaker besar, membuat badan tak bisa berhenti mengikuti iramanya. Hiburan malam yang menyenangkan bagi mereka yang ada di sana. Tak terkecualiSeungcheol, Mingyu, dan Dino yang duduk di pojok ruangan memisahkan diri dengan keramaian di dance floor.
"Wonwoo mana?" tanya Seungcheol sambil meneguk minuman pahit di genggamannya.
Mingyu terkekeh mendengar pertanyaan Seungcheol, "Ke mana lagi? Sudah pasti pergi mencari mangsa bersama Dokyeom."
"Tadi dia berpesan padaku, jika ingin bergabung, mereka di ruang VIP kosong tujuh," tambah Dino.
"Dasar lelaki hidup belang!" ejek Seungcheol.
Sudah menjadi tradisi bagi mereka setiap mengunjungi club malam itu, Wonwoo dan Dokyeom pasti akan berpisah untuk mencari perempuan-perempuan cantik. Memang belum lama ini mereka genap berumur tujuh belas tahun dan dapat masuk ke tempat terlarang. Namun, dua buaya darat itu sudah punya banyak kenalan.
"Kau juga sudah seharusnya untuk mencari wanita Coups, orang tua mu sudah semakin tua dan semua kakakmu juga sudah menikah," culas Mingyu.
"Untuk apa aku mencari wanita jika aku memiliki kalian," elak Seungcheol santai.
Mendengar ucapan Seungcheol membuat Dino hampir tersedak, "Semakin mengenalmu aku semakin takut kau belok." Seungcheol hanya menyungging senyum tipis menanggapi Dino.
Tiba-tiba seorang lelaki bertubuh mungil, bermata sipit, dan berkulit putih berjalan ke arah mereka bertiga dengan gusar. Wajahnya berantakan dan kedua matanya bengkak. Presensinya yang tak pernah diharapkan di sini, sontak membuat mereka kaget.
"Hei Woozi, apa yang kau lakukan di sini?" cecar Seungcheol.
Tanpa babibu ia langsung menyambar gelas yang ada di tangan Mingyu.
"HEI ITU MIRAS!" pekik mereka bertiga.
Bagaimana mereka tidak kaget, tiba-tiba mayat hidup yang tidak pernah minum alkohol ini, meminum miras dengan kadar alkohol tinggi dalam sekali teguk.
"WOOZI, APAKAH KAU SUDAH GILA!" jerit Mingyu.
"Uhuk!"
Woozi terbatuk-batuk setelahnya. Jangan salah jika mereka bertiga menjadi panik seketika. Dino menjadi resah dan segera mengambil langkah membopoh tubuh mungil Woozi.
"Kita harus segera pulang, sebentar lagi ia pasti akan tumbang," titah Dino.
"Gyu, hubungi Wonwoo dan Dokyeom jika kita kembali duluan!" pinta Seungcheol.
Flashback
Sepulang sekolah tadi Woozi mendapati kedua orang tuanya tengah berada di rumah. Ini adalah kesempatan emas baginya untuk menunjukkan bakatnya kepada mereka. Awalnya mereka menolak karena hendak berangkat kerja. Sampai akhinya Woozi berhasil meluluhkan hati mereka setelah ia memohon sampai berlutut. Keduanya duduk di sofa yang menghadap pada baby grand hitam tempat Woozi berada.
"Jadi kau membuang waktuku yang berharga hanya untuk mendengarkan permainanmu yang payah ini?"
Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut sang Ibu usai Woozi menekan tuts terakhir. Vokal tersebut meluncur begitu saja dengan dingin. Sorot mata tajam itu begitu menusuk dengan kedua tangannya yang menyilang di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
°F*ck My Life - svt
Подростковая литератураSetiap kisah mereka mencerminkan pancarona yang indah sekalipun terselimuti awan kelabu. Ketika segalanya menjadi sulit, mereka saling memasok sedikit kebahagiaan. Suara hati mereka terhubung satu sama lain, bertaut dan berbicara dalam kepiluan. -s...